Happy reading<3
.
.
.
.
."Fahmi" panggilan itu sontak membuat langkah Fahmi terhenti saat sedang berjalan hendak menuju kamar. Terlihat Abah nya sedang duduk di kursi panjang ruang tamu.
"Dalem Bah" Fahmi menjawab lalu mendekat ke arah sang Abah.
"Kamu diminta untuk datang ke pesantren Shiratul Karomah sama Gus labib"
Gus labib?
Siapa itu?
" Kamu lupa dengan Gus labib?" Tanya Abah Yusuf ketika melihat raut bingung anak nya.
Fahmi mengangguk.
"Teman sekolah kamu dulu Mi. Dulu saat kamu masih madrasah Aliyah di pesantren kakek nya. Nah, sekarang Ahmad merintis pesantren sendiri"
Ah, Fahmi ingat sekarang!
"Ada apa kok Gus labib meminta Fahmi datang kesana Bah?"
"Abah juga tidak tahu. Katanya dia ingin cerita sesuatu sama kamu. Bukannya dulu kalian teman dekat?"
Fahmi mengangguk,"iya Bah. Kami dulu memang dekat"
Merasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Fahmi segera berjalan menuju kamar nya.
****
Pagi - pagi sekali, usai sholat subuh dan mengikuti pengajian rutinan bersama Abah di pesantren, dirinya sekarang sudah berada di perjalanan menuju pesantren yang Abah maksudkan dengan mengendarai mobil sendirian.Entah apa yang difikirkan Fahmi, tiba - tiba dia memikirkan Aira. Dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya? Apakah dia sudah menikah? Apakah penantian nya selama ini untuk menunggu Aira benar? Atau justru dia sudah menemukan pria yang lebih baik yang bisa membimbingnya? Ah, memikirkan itu membuat dada Fahmi sesak sendiri. Sudahlah, jika memang jodoh, Fahmi yakin akan bertemu suatu saat nanti.
Sebelum sampai, Fahmi berhenti sebentar di pasar membeli buah tangan untuk Abah Ahmad disana.
Saat sudah selesai dengan belanjanya, Fahmi berjalan dengan perlahan menuju mobil. Namun saat melewati pedagang daging, ada perempuan yang sedang tawar menawar dengan si pedagang. Itu memang hal biasa. Namun hati Fahmi tergerak untuk mendekati nya.
"Ayolah bu. 1 kilo 30 ribu saja ya. Uang saya ngepas banget loh ini"
"Gak bisa neng. Harganya memang segitu. 1 kilo 35 ribu. Kalo eneng gak percaya, bisa tanya ke pedagang lain" ucap ibu itu malas karena gadis ini begitu memaksa.
Astaga, gadis itu bingung. Bagaimana ini? Jika bukan karena Abah yai nya yang ingin makan daging ayam, sudah pasti Aira tidak akan disini dengan memohon - mohon. Tapi bagaimana lagi? Uang nya ngepas dan belanjaan nya pun tidak mungkin jika di kembalikan dan minta tukar uang untuk membeli daging.
"Ya Allah , bantu Aira..." Bisiknya dalam hati.
Sebenarnya bisa saja Aira membayar kekurangan itu. Tapi uangnya akan dipakai nanti untuk membayar ojek. Jika jarak dari pasar ke pesantren dekat tidak masalah. Lah ini? Lumayan lama jika harus berjalan kaki.
Tapi sudahlah. Tidak masalah dirinya harus berjalan kaki daripada pesanan Abah yai nya tidak terpenuhi.
Tiba - tiba Aira merasa ada tangan yang melewati dirinya dengan menyodorkan uang 10 ribu kepada si ibu penjual daging ayam, membuat Aira sedikit tersentak kaget.
"Buat bayar kekurangan mba nya Bu. Kembalian nya buat ibu aja" jawabnya karena mendapat tatapan aneh dari si ibu.
"Oh, pacar nya ya mas? Lain kali kalo belanja di temenin ya. Jangan di biarin belanja sendiri terus beli barang duit nya kurang" balas ibu itu ketus kemudian membungkus daging.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cinta Sang Gus [END]
Teen FictionJika laki - laki yang baik untuk wanita yang baik, boleh tidak jika dirinya yang jauh dari kata baik ini mendapatkan seorang laki - laki yang baik nan sholeh? Annansya Aira. Gadis cantik yang harus masuk pada tempat dimana orang - orang menyebutnya...