10. Kangen atau Apa?

2.4K 143 2
                                    

Sudah 3 hari berlalu setelah kejadian kemarin, Jingga masih mendiamkan semua pesan dan telfon Raka. Biar saja! Biar tau rasa dia bagaimana rasanya diabaikan beberapa tahun.

Namun 3 hari ini pula dosennya tersebut marah-marah tanpa alasan di grup diskusi mereka. Sepertinya dia lagi sentimen. Ada saja maunya yang main perintah-perintah tidak jelas dan komplain pekerjaan mereka.

"Kalian foto apa saja yang sedang kalian lakukan hari ini"

"Kenapa kumpul di sekolah semua? Tanya sekretaris desa, harusnya kalian juga membantu administrasi di kantor desa!!"

"Tidak ada yang boleh di posko!"

"Sudah cari data UKM apa saja? Adakan penyuluhan dan pendampingan SEGERA!"

"Proker sampai mana?"

"Kalian begini saja nunggu disuruh! Sekarang keluar dari posko semua sebelum jam 8 pagi. Kalian bikin berita dan masukkan ke media berita online. Saya tunggu lusa kirim link nya ke saya!"

Semuanya menggerutu sebal 3 hari ini seperti kayak mau sidang saja. Yang laki-laki hampir misuh-misuh dengan kelakuan Raka. Sementara trio kwek-kwek mereka berinisiatif menanyakan pada Sarah, kenapa Raka sampai kesetanan seperti itu.

"Kata mbak Sarah nggak ada apa-apa. Mereka baik-baik aja" jawab Ivy masih bingung.

"Ya emang nggak apa-apa. Wong masalahnya bukan sama kamu atau Bu Sarah" ketus Ferry.

"Ini kalau pak Raka masih gini juga. Bisa-bisa nanti tiba- tiba kesini kunjungan kita bisa habis" keluh Andre.

Ferry menghampiri jingga yang sedang duduk di teras sendirian. Gadis itu sedang malas menanggapi kericuhan teman-temannya. Dari 3 hari kemarin setelah pulang dari mengajar, ia pergi ke sawah menyapa bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang bercocok tanam atau bekerja di sana. Ia bisa menghabiskan waktu disana sampai siang atau menjelang sore. Duduk di saung atau berjalan sejauh mungkin hingga sampai punden.

Jingga bisa duduk berjam-jam dengan mengambil sisa jerami padi atau bawang. Ia melupakan ponselnya dan sibuk membentuk jerami-jerami itu sebuah hasta karya yang unik.

 Ia melupakan ponselnya dan sibuk membentuk jerami-jerami itu sebuah hasta karya yang unik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jingga tersenyum dengan hasil menganggur nya. Setelah jadi satu, dia sibuk memilih jerami-jerami yang lain lalu menyatukannya membentuk pola agar bisa dijadikan tas. Satu fakta yang ditemukan lagi darinya, bahwa jingga memang tidak pintar tapi dia suka menghabiskan waktu untuk melemaskan otot tangannya. Itupun kalau tidak mager. Jingga peenah membuat ketrampilan membuat tas dari tali rami dan koran bekas. Paling nggak caranya sama saja. Namun kalau dari jerami akan terlihat estetik.

"Ngga ..." Panggil Ferry. Gadis itu menoleh sekedarnya.
"Kayaknya kamu harus ambil hatinya pak Raka deh" jingga menoleh, mengerutkan dahinya

"Kenapa tiba-tiba sama aku. Nggak sama Ivy aja. Aku kan nggak punya hubungan apa-apa sama dia"

"Ngga... Cuma orang bodoh yang nggak akan nangkep kalo kalian berdua itu ada apa-apa. Aku nggak tau kalian ada hubungan apa tapi pak Raka dari 3 hari yang lalu tuh udah kayak anak kecil tau nggak. Nggak ada yang tau maunya apa. Rewel banget. Susah nebak maunya apa. Dia tuh begitu setelah anterin kamu kesini kemaren. Plis Ngga.. kita baru seminggu disini, tapi rasanya udah kayak dapet tugas negara ke antah berantah. Kalo dia begini terus bisa-bisa Minggu kita nggak bisa kemana-mana. Padahal agenda kita, besok Minggu kita mau refreshing jalan-jalan Ngga... Plis" ucap Ferry panjang lebar, tangannya menarik kedua bahu Jingga menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu.

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang