ーーーーーーーーーーーーーーーーー
"𝗧𝗲𝗮𝗿𝘀 𝗮𝗿𝗲 𝘄𝗼𝗿𝗱𝘀 𝘄𝗵𝗲𝗻 𝘆𝗼𝘂 𝗰𝗮𝗻'𝘁 𝘁𝗲𝗹𝗹 𝗲𝘃𝗲𝗿𝘆𝘁𝗵𝗶𝗻𝗴."⊹ฺ
・・・
Kalau ditanya tentang perasaanku saat ini, hanya ada satu kata yang bisa mewakili segala perasaan yang cukup lama terpendam.
Sedih.
Iya, sedih.
Terkadang, bila sudah tak dapat tertampung lagi, air itu akan terjatuh dengan sendirinya.
Terkadang, bila kata-kata tak dapat lagi menjadi hal yang dapat menyampai maksud atas segalanya, isaknya lah yang menjadi perantara.
Rasanya sedih sekali. Seperti ingin menyerah saja.
Sebagai wanita yang diajarkan menjadi sosok yang wajib memendam daripada mengutarakan. Rasanya sangat aneh jika saat ini aku terlihat sedang bersedih.
Satoru menatapku nyalang. Tidak ada tatapan hangat di manik bersinar yang selalu aku kagumi itu.
Aku hanya bisa menunduk, merasa tekanan yang ku dapat mampu membuat bulu remangku berdiri.
Terlalu takut, bahkan untuk mengangkat kepala pun aku tak mampu.
Berat sekali rasanya harus terus-menerus menekan diri untuk berdamai dengan segala rasa sakit ini.
"DASAR PEREMPUAN HINA TIDAK BERGUNA!!"
Tubuhku bergetar hebat. Nafasku tak beraturan. Keringat dingin membasahi pelipisku.
"CEPATLAH PERGI KE NERAKA, SIALAN!"
"ANAK BODOH, NERAKA PUN TIDAK AKAN MAU MENERIMA PEREMPUAN SEKOTOR DIRIMU!"
Tubuhku semakin bergetar.
Kilasan memori buruk itu mulai bermunculan tak tau arah seiring kerasnya makian yang ku terima.
Detak jantungku berpacu cepat.
Sangat cepat.
"JALANG KOTOR!"
"PEREMPUAN KOTOR!"
Cukup...
"KAU TIDAK PANTAS HIDUP, MATILAH!"
"Beban keluarga, cepatlah mati!!"
Sudah cukup...
Ini sangat menyedihkan.
Dadaku sakit.
Hatiku sakit.
"JALANG HINA, AKU TIDAK AKAN PERNAH SUDI BERSAMAMU!!!"
"Cukup, Satoru!!!"
PLAK!
"TUTUP MULUTMU, SIALAN. KAU TIDAK PUNYA HAK DI SINI!!"
Aku menangis tanpa suara. Tamparan telak yang aku dapat baru saja kenapa menyakitkan sekali?
Maksudku, ditampar bukan hal yang asing untukku. Aku selalu diperlakukan seperti ini, tapi kenapa kali ini lebih menyakitkan?
Apa yang membuatnya menjadi ribuan kali menyayat hati?
Apa karena aku mendapatkannya karena aku berusaha untuk mempertahankan harga diriku sebagai seorang wanita?
Atau, karena pria yang kucintai lah yang melakukannya padaku?
"Cepatlah mati, agar aku bisa dengan cepat menikahi Utahime!"
Sialan, sakit sekali.
Aku menggigit keras bibirku, menimbulkan rasa asing dari cairan merah yang tak sengaja tertelan. Aku menatap nanar ke arah Satoru berjalan pergi.
Dan setelahnya, rasa sakit ini semakin menekanku hingga pada dasar terdalam.
Benar kata dia, i really don't deserve to be loved.
Maaf, karena terlalu percaya bahwa cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Maaf, karena aku terlalu percaya bahwa perempuan sehina diriku pantas mendapatkan cintamu.
Maaf, karena terlalu percaya bahwa cinta akan selalu dibalas cinta. Maaf, karena sejenak aku lupa tentang siapa diriku di matamu.
Maaf, karena sudah menjadi perempuan yang kurang ajar.
Maaf, karena dengan tidak sengaja menganggapmu sebagai Rumah.
Maaf.
"Kak, [Name] mau pulang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐎𝐌𝐄 ; g.satoru
FanfictionBagaimana denganku yang mengharapkan Rumah untukku pulang. Sementara, tidak ada kamu di dalamnya?