3 三

40 12 0
                                    

ーーーーーーーーーーーーーーーーー"𝗬𝗼𝘂 𝗱𝗼𝗻'𝘁 𝗱𝗲𝘀𝗲𝗿𝘃𝗲 𝘁𝗼 𝗵𝗲𝗿 𝗹𝗼𝘃𝗲

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ーーーーーーーーーーーーーーーーー
"𝗬𝗼𝘂 𝗱𝗼𝗻'𝘁 𝗱𝗲𝘀𝗲𝗿𝘃𝗲 𝘁𝗼 𝗵𝗲𝗿 𝗹𝗼𝘃𝗲."

⊹ฺ













・⁠・⁠・

Aku mendudukan diriku pada bangku taman yang cukup untuk diisi dua orang. Meneguk habis soda yang baru saja kubeli di Toserba.

Manikku menatap lurus ke arah ayunan dengan tatapan kosong. Kantung mataku semakin gelap, dan tubuh yang tidak terurus.

Ah, biarkan saja.

Setelah habis, aku menyenderkan punggungku pada senderan kursi taman. Sesekali menghela nafas lelah.

Lesatan momen kemarin muncul di ingatanku. Kepalaku sakit, hatiku tercabik. Semua terasa sangat...

Menyakitkan.

"Maaf... Karena aku, kau dan Satoru tidak berjalan baik." Utahime menunduk tak berani bersitatap denganku, bahu wanita ini bergetar pertanda ia sedang menahan tangisnya.

Aku tidak bisa menahan rasa bingungku.

Sore itu, Utahime atau pujaan hati Satoru mengajakku bertemu untuk sekedar bercengkrama.

Tak enak hati menolak, aku hanya bisa mengiyakan ajakan wanita cantik ini. Walau berakhir canggung.

Utahime memang cantik.

Sangat cantik.

Tidak heran jika Satoru tergila-gila padanya. Aku pun jika menjadi seorang pria pasti akan memperjuangkan wanita ini dengan seluruh jiwa dan ragaku.

Oke, lupakan.

Aku sedikit terkejut saat wanita ini meminta maaf untuk sesuatu yang bukan salahnya.

"Tidak. Ini semua bukan salahmu, Utahime-san," ucapku sambil menyeruput tenang kopi hitam yang ku pesan.

"Tidak, ini semua salahku... Andai saja aku tidak memperpanjang masalahku hingga berakhir menyinggung klan Gojou, kau tidak akan terlibat dalam masalah ini."

Hah?

Apa? Apa?

HAH?

Aku tanpa sadar tersedak. Membuat Utahime panik setengah mati.

"[Name]-san, daijobu?!"

Aku menggeleng, lalu mencoba menenangkan diri.

"Apa maksudmu dengan kata menyinggung itu?"

"..."

"Utahime-san."

"Aku..."

Aku meremas kaleng soda di tanganku hingga hancur. Tanganku sedikit tergores karena kelakuan nekatku.

Sialan, aku benci dengan Si Bangsat itu.

Aku mengacak rambutku. Gila, aku sungguh akan gila sekarang.

Bagaimana bisa aku baru tersadar sekarang bahwa pria bangsat tak berotak itu lebih setan daripada setan itu sendiri.

Aku menunduk dalam. Hingga sepasang sepatu terlihat menapak tanah. Aku tau siapa pemilik sepatu ini.

Aku mendongak, menatap benci Satoru yang hanya menatapku dengan tatapan teduh.

"[Name], ayo pulang..."

"Penjahat," tanpa rasa takut aku melontarkan kata itu. Persetan dia akan marah, aku tidak peduli.

"Kau penjahat, Satoru!"

"Sialan, kau benar-benar pria bengis tak berperasaan!!"

Aku mulai menangis.

Dengan air mata yang bercucuran, aku menunjuk Satoru penuh kurang ajar dan perasaan benci yang menggebu-gebu.

"..."

"BRENGSEK!! PRIA BRENGSEK!!"

"[Name], maaf..."

"BASI. KAU TELAN HABIS SAJA SPERMA BUSUKMU ITU, SIALAN!"

Marah.

Aku sangat marah.

"Aku hamil, [Name]."

Pria bejat ini.

"Saat aku meminta pertanggung-jawabannya, dia menyuruhku untuk menggugurkan anak kami..."

"KAU TIDAK PUNYA HATI!!"

Aku memukul keras tubuh Satoru yang masih berdiri tak bersuara.

Aku benci pria ini. Sangat.

"Sekeras apapun aku meminta apa yang seharusnya aku dapat, ujung-ujungnya aku gagal menjaga apa yang aku cintai."

"Maksudmu?"

"Anakku gugur, [Name]..."

"... Dibunuh atas perintah Satoru."

"[Name], maaf..."

"SIALAN, DUNIA PUN TAK SUDI MENERIMAMU!!!"














"SIALAN, DUNIA PUN TAK SUDI MENERIMAMU!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

". . ."

𝐇𝐎𝐌𝐄 ; g.satoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang