Part 28. Pejuang Restu

1.2K 129 9
                                    


Jam menunjuk pukul 06.05 saat Arin pergi ke pasar untuk membeli sayur dan keperluan dapur. Dia baru saja kembali ke rumah milik Kayla, yang kini ia tempati sendiri. Sebuah pesan membuatnya mengurungkan niat untuk membuka pintu.

Dia memilih membuka pesan dari kekasihnya dulu.

Kang Ci Lok

[Sayang, aku jadi pergi ya.
Jadwal ke Wonogirinya
Kita undur dulu.
Jangan kangen.
Cuma seminggu kok.
Demi Cuan]

Arin mengetikkan balasan untuk kekasihnya, Riko.

Arina PP

[Asal besok pas ijab
Kamu nggak chat
Batal nikah aja,
Inget, posisimu
Bisa digeser EZA]

Kang Ci Lok

[Ya enggak lah
Awas aja bawa-bawa Eza
Jangan nakal ya
Kabarin kalau kemana2]

Arina PP

[Sok sokan banget kabarin
Ini jam sama HPku
Udah kamu pasangin
Anuan kan?
Dikira aku oon?]

Setelahnya, bukan chat yang ia dapat, tetapi telepon.

"Kok tahu sih, Yank?"

"Tau lah, 11 12 ama Pak Jaz kamu tuh. Udah kayak tahanan kota aja aku. Tapi ya, nggak apa-apa sih. Asik juga diawasin. Berasa punya orang tua." Suara Arin sedikit tercekat.

"Sayang ... Kenapa? Udah nggak usah mellow deh. Kamu kan punya aku. Insyaallah aku bakal jagain kamu, sebisaku, meski nggak bisa setiap waktu ada di dekatmu tapiㅡ"

"Iya, Mas Riko Sayangnya Arin. Makasih ya udah sayang sama aku," ucap Arin menahan tangis.

Arin yang berdiri di teras rumah terkejut saat tangan kokoh meraih tubuhnya. Mendekapnya dari belakang.

"Mas?" lirih Arin.

"Hmm ...."

Arin yang semula membiarkan Riko memeluknya dari belakang, kini membalik tubuhnya. Ia mendekap tubuh atletis milik calon suaminya.

"Jangan tinggalin aku ya," lirih Arin.

Riko terkekeh pelan sembari mengecup puncak kepala Arin.

"Meninggalkan dalam konteks apa? Kalau jangan meninggalkan dalam konteks setiap hari setiap waktu nemenin kamu, jelas aku nggak bisa. Aku dibayar untuk mengurus-urusan orang. Jadi, nggak bisa nemenin kamu terus."

Arin semakin merekatkan pelukannya.

"Bukan itu, jangan pergi ... Dari hidupku," ralat Arin.

Riko membalas dekapan kekasihnya.

"Aku udah pernah biarin kamu pergi dan rasanya enggak enak. So, nggak akan aku ulangi lagi. Aku nggak mau kehilangan kamu, lagi."

"Bener ya? Nggak akan ada mantan kamu yang tiba-tiba datang dan minta kamu tanggung jawab kan?" tanya Arin sambil mendongak.

Riko mendesah kesal. "Rin, jangan ngerusak moment dong."

"Habisnya, takutnya ada yang kayak dulu. Tiba-tiba datang, mana hamil lagi. Kan ngeri," cicit Arin.

Green or Pink (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang