36. Pedang

3K 422 15
                                    

Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 Do it like this by P1harmony
Happy reading readers termwah!

👑👑👑

"Nona apa yang dilakukan oleh putra mahkota tadi? Apakah nona dan putra mahkota sedang-" Bella berdiri disamping nonanya yang sedang menulis sesuatu di meja belajarnya.

"Hentikan imajinasi liarmu Bella," potong Evelin. "Si kulkas itu benar-benar telah mengancamku," lanjutnya.

"Benarkah?"

"Dia sudah mengetahui bahwa diriku yang mengambil tusuk rambutnya. Lalu dia selalu mengancamku disetiap saat," Evelin tak sepenuhnya berbohong. Lieven memang telah mengetahui bahwa dirinyalah yang mengambil tusuk rambut milik pria itu. Namun Lieven tak selalu mengancamnya bukan? Itu tidak masalah, setidaknya ia bisa menghancurkan imej putra mahkota didepan Bella.

Bella menatap punggung nonanya iba. Ia tak tega melihat gadis yang berasal dari dunia lain itu menderita seperti ini.
"Apakah itu menyulitkan bagi nona? Jika nona tak suka disini maka aku akan menemani nona pulang ke kediaman Duke Bextor sekarang,"

Evelin berbalik menatap Bella.
"Tidak Bella, jika aku kembali maka aku akan kesulitan menemui Willow,"

"Saya akan selalu bersama nona," tekad Bella.

Evelin tersenyum, gadis bersurai emas itu menutup jendela belakang miliknya yang masih terbuka. Namun ia melihat sebuah bayangan seseorang yang terbang dengan cepat melewati penginapannya. Hal itu membuatnya penasaran. Namun rasa letih mengalihkan segalanya. Gadis itu memilih untuk melupakan tentang bayangan itu. Mungkin saja seorang prajurit yang sedang berpatroli bukan?

Evelin beranjak naik ke tempat tidurnya yang keras. Ia sudah mulai terbiasa dengan kasur keras di zaman kuno itu walaupun ketika bangun tubuhnya akan terasa kesakitan. Gadis itu menyuruh pelayan pribadinya untuk tidur disampingnya. Dengan paksaan nonanya, Bella mau tak mau tidur disamping gadis itu. Jujur saja Bella sudah menganggap nona disampingnya itu adalah nonanya sendiri. Bahkan ia sudah sedikit melupakan Nona Evelin yang asli.

Evelin memejamkan matanya. Ia tahu bahwa harapan dirinya untuk mempertahankan hidup di dunia kuno ini cukup sedikit. Ia tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Bahkan novel yang ia baca itu hanya membantunya 50% dan 50% yang lainnya ditentukan oleh usahanya sendiri. Bila ia salah langkah maka kematian menantinya.

***

Pagi ini orang-orang istana telah berkumpul bersama para nona calon permaisuri. Misi kedua yang akan dilakukan oleh para nona yaitu bertanding pedang. Para nona telah dibagi menjadi tiga pasangan. Yaitu Evelin bersama Arline, Flora bersama Ella, dan Ivory bersama Adele. Mereka akan bertarung dengan teman pasangannya. Nantinya tiga pemenang babak pertama akan bertanding pedang kembali, begitu pula dengan tiga nona yang kalah. Namun para nona diberikan hak untuk mengundurkan diri jika tidak mampu.

Para nona telah berjejer rapi dengan pakaian berpedang milik mereka. Namun Evelin masih belum terlihat dibarisan itu. Gadis itu masih sibuk dipenginapannya karena tak memiliki pakaian berpedang. Meskipun ayahnya adalah seorang jenderal istana tak membuat Evelin tertarik pada hal-hal berbau senjata.

"Nona Evelin sepertinya tidak serius mengikuti ajang pemilihan permaisuri ini," ujar Adele keras.

"Sepertinya kau benar Adele," timpal Laure yang ikut bergerombol bersama para nona. Gadis itu beberapa hari yang lalu sibuk mengurus Willow di Palvilum Hitam sehingga dirinya belum sempat menyapa para nona.

Flora mendekati Adele dan Laure.
"Apa yang kalian berdua bicarakan? Bukankah itu keterlaluan,"

"Nona Flora kau terlalu baik kepada Nona Evelin sehingga melupakan kesalahan gadis itu yang pernah diperbuatnya pada masa lalu," sahut Laure.

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang