📌WARNING : Mental Health Issue⚠️
Tinggal dua hari lagi menuju kegiatan PKKMB, Nevan sangat sibuk untuk menyiapkan kegiatan Mahasiswa Baru ini. Seperti tidak ada istirahat baginya, ketika ia melihat notifikasi bubble chat dari groupnya itu yang harus datang pada pukul 8 pagi, ia harus sudah tiba di kampusnya untuk membantu teman-temannya mempersiapkan kegiatan ini.
Nevan sudah tiba di kampus bersama dengan pacarnya, "Aku duluan yah.." Ucap Misel yang meninggalkan Nevan sendirian yang sedang sibuk membawa barang bawaannya. Nevan yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya saja lalu kembali fokus ke barangnya itu. Setelah ia menenteng semua barang bawaannya, ia segera pergi ke tempat kumpul teman-temannya itu. Ketika Nevan sampai di sekre sambil menaruh semua barangnya di lantai tiba-tiba ada yang memanggilnya, "Van, lo kesini deh sebentar. Gue mau minta tolong." Nevandra yang mengetahui kalo dirinya sedang dipanggil, menganggukkan kepala sambil mendekat ke arah teman yang memanggilnya itu, "Apa Ren?" Tanya Nevan ke temannya itu.
"Eh gue bantuin editin poster ini dong. Entar malem mau gue rilis ke Instagram soalnya." Nevan hanya menganggukkan kepalanya, lalu duduk di sebelah temannya itu.
"Lo mau gue editin gimana?" Tanya Nevan yang sedang menatap layar laptop tersebut.
"Pokoknya temanya tentang PKKMB H-1 nya soalnya, warna posternya sesuain warna kampus aja tapi jangan gelap-gelap." Ucap Karenina meminta tolong sambil menyeruput es tehnya itu.
"Oke deh ya Van, kalo udah kabarin gue aja. Gue mau ke anak-anak. Thank you." Karenina pergi untuk menghampiri teman-teman yang lainnya dan meninggalkan Nevandra sendirian.
Setelah kepergian Karenina, tiba-tiba di sebelahnya sudah ada pacarnya,
"Sini." Suruh Nevan ke pacarnya untuk duduk disebelahnya karena daritadi pacarnya hanya berdiri di sampingnya."Lagi apa?" Nevan yang mendengar itu mengalihkan fokusnya ke arah pacarnya itu, "Aku lagi edit, gak liat?" Setelah Nevan mengatakan itu keadaan hening seketika, "Aku mau beli makan, ikut yuk." Ajak Misel ke Nevan yang daritadi sibuk menatap layar laptop, "Yaudah beli aja. Aku lagi gak bisa, kamu tau kan aku lagi ngedit." Ucap Nevan.
"Aku mau makan di luar." Ucap Misel ke Nevan.
"Sel, kalo kita berangkat makan berdua tapi anak-anak lagi disini semua, gak enak Sel sama mereka." Ucap Nevan yang sudah mengalihkan fokusnya menjadi ke arah Misel.
"Ya kan aku pacar kamu, kok gak diturutin, lagian anak-anak pasti tau kalo kita pergi buat apa." Ucap Misel dengan wajah kesalnya.
"Bukan gitu, Sel. Ya ampun. Maksud aku, kamu gak kasian sama mereka tapi kita lagi enak makan-makan." Ucap Nevan ke Misel untuk memberitahunya.
"Kamu takut kalo anak-anak laper tapi gak takut pacar kamu juga laper? Ya kalo mereka laper, mereka bisa makan juga kali tanpa kita suruh." Jean yang mendengar hal itu memperhatikan Nevan dan Misel sedang ribut dan segera ia menghampiri Nevan dan Misel.
"Pan, gue beliin balon dong kayaknya balonnya kurang deh, terserah beliin berapa, entar harganya beritahu aja ke Rena." Nevan yang mendengar hal itu menghelakan napasnya dan segera berdiri dari tempat duduknya, "Ayo." Ajak Nevan ke pacarnya itu, yang diajak pun menjadi sumringah. Sebelum mereka keluar dari Sekre, Nevan mencari Karenina.
"Ren, editnya gue lanjut nanti. Gue tinggal dulu bentar beli balon sama makan." Karenina yang melihat Nevan dan Misel dari kejauhan sana hanya memberikan jempolnya tanda tidak apa-apa mereka pergi. Lantas mereka segera keluar dari Sekre dan pergi menuju ke tempat makan.
*
H-1 sudah mendekati hari PKKMBnya itu. Wianna yang terdiam di kamarnya merasa bosan. Padahal belum seminggu ia berada di Surabaya tapi ia sudah kangen sama Ibu dan Kakaknya itu.
Biasanya di jam segini, ia selalu menyetel TV di ruang tamu dan Ibunya ikut menimbrung bersamanya untuk menonton TV. Tapi sekarang, ia sendiri dan merasa kesepian sampai ada ide terlintas di pikirannya untuk menghubungi kakaknya, "Gue hubungin abang gak ya?" Setelah menimbang-nimbang akhirnya ia mengambil ponselnya yang berada di sebelahnya itu.
You
Bang?
Tidak ada jawaban dari Kakaknya itu, Wianna sekali lagi mengirim pesannya.
You
Bang?
Dih, gak di jawab.
BANG...
Padahal masih jam 4 sore juga.
Gue telpon nih.
Lama tak ada jawaban dari Kakaknya itu, Wianna akhirnya menelpon kakaknya. Ketika ingin menekan tombol telepon di ponselnya tiba-tiba Kakaknya sudah meneleponnya duluan, "Anjir, nih orang gak bales chat gue, tapi dah main telepon aja." Ucap Wianna kaget ketika mengetahui Kakaknya meneleponnya duluan.
Setelah menekan tanda 'accept' pada ponselnya itu, segera ia bawa ponselnya mendekati telinganya, "Ada apaan?"
"Santai ajalah Boss." Ucap Wianna selalu tengil ketika bersama Kakaknya itu.
"Cepetan, ada apaan lo nge-WhatsApp tadi?" Tanya Kakaknya dari ponselnya.
"Gak apa-apa sih. Gue cuma pengen nelpon lo aja." Ucap Wianna.
"Bilang aja lo kangen gue." Kata Kakak Wianna sepertinya ingin menggoda adiknya itu.
"Dih, apaan lo geer amat jadi orang. Gak ya." Ucap Wianna sedikit penuh emosi.
"Wih, santai Boss, gue bercanda juga kali. Lagian kalo gak bercanda itu juga beneran lo kangen gue, ya kan?" Wianna diam ketika mendengar ucapan Kakaknya itu. Memang benar, ia kangen Ibu dan Kakaknya. padahal ia sudah tidak tinggal bersama dengan Kakaknya ketika Kakaknya itu awal masuk kuliah tapi rasa kangen ke Kakaknya baru terasa akhir-akhir ini, apa ini yang dirasakan anak rantau pikir Wianna.
"Win, kok diem. Lo gak kesambet kan?" Tanya Kakaknya di seberang sana. Tiba-tiba satu tetes mengalir ke daerah pipinya.
"Hah?" Hanya itu jawaban Wianna. Mendengar suara Wianna yang sengau, Jaffin pun panik, "Win, lo gak apa-apa kan disana?"
"Gak apa-apa gue." Masih singkat jawaban Wianna.
"Win, lo nangis ya?" Tanya Kakaknya.
"Gak, ngapain gue nangis." Ketika mengucapkannya suara sengau Wianna terdengar jelas di ponsel Jaffin, "Iya lo nangis. Gausah bohongin gue. Gue Abang lo ya. Gue tau apapun yang lo lakuin." Hening seketika setelah Kakaknya mengucapkan itu.
"Kalo lo mau nangis, nangis aja Win. Gak usah ditahan." Lama Wianna tidak menjawab, "Ada apa?" Tanya Jaffin ke Wianna yang masih diam itu.
Wianna lantas menangis dengan suaranya yang kecil tapi masih mampu di dengar Kakaknya itu.
"Cerita aja, biar lo enak. Gue nih Abang lo dan lo adik gue. Seharusnya lo bebas curhat ke gue gak apa-apa."
"Gue kangen— Gue kangen kita. lo, Ibu, sama—" Wianna tak mampu melanjutkan kalimatnya. Jaffin mengerti apa yang dimaksud adiknya itu, "Win. Lupain ya Win. Gue gak ngelarang lo buat inget dia. Tapi tolong jangan di inget terus. Gue takut lo sakit. Kita udah bahagia begini ya Win. Ada gue, Ibu, sama lo. Kita udah bahagia bertiga. Sekarang kita bersama gak akan kepisah lagi."
Wianna yang mendengar itu tiba-tiba mematikan sambungan telepon kakaknya dan nangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHSA
Fiksi Remaja"𝐑𝐀𝐇𝐒𝐀" "Mau permen gak?" "Lo nyetok berapa bungkus permen di rumah?" "Banyak sih. Kalo lo mau gue bisa bawain lo sebungkus besok." "Gila." 𝐈𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐤𝐮𝐫𝐚-𝐤𝐮𝐫𝐚 𝐚𝐥𝐢...