꒰ ∷ ─ chpt. 008˚ ꒱

1.3K 200 49
                                    

selesai makan malam, mereka berdua mencuci piring bersama. waktu lain yang cukup berharga bagi jeongin karena bisa melihat tawa lebar felix. 

ia ditinggal sendirian setelahnya karena nagisa mulai cari perhatian pada sang ayah.

sementara felix dan nagisa bermain di kamar, jeongin melanjutkan pekerjaan rumah yang tadi tidak sempat ia lakukan karena datang terlambat. 

ia segera mengambil vaccum cleaner dan membersihkan ruang tengah. saat membersihkan sekitar kabinet meja televisi, jeongin melihat pigura foto yang terpajang agak belakang.

benda itu tertutup dengan foto foto nagisa yang lain. ia mengambil pigura yang sedikit berdebu itu.

"perempuan.. cantik sekali. apa ini istrinya felix yang dulu ya?" gumam jeongin memandangi foto tersebut.

perempuan itu berambut coklat panjang. tingginya tak terlalu jauh dibawah felix. ia menggendong seorang bayi yang sepertinya baru berusia beberapa bulan. pasti itu adalah nagisa.

jeongin mendengus mengembalikan pigura foto tersebut, "perempuan macam apa yang tega ninggalin anak dan suaminya sendiri?"

jeongin melanjutkan bersih bersih sampai selesai. setelahnya ia melepas celemek dan mencuci tangan. 

ia ingin langsung pulang melihat jam dinding sudah menunjuk angka jam setengah sembilan. jeongin mengetuk pintu kamar nagisa untuk pamit. 

jeongin mulai sedikit heran karena tak terdengar suara apapun di dalam.

tidak mendapat jawaban, jeongin membuka pintu itu perlahan. ia langsung disambut dengan nagisa yang tertidur nyenyak di kasur bayi dan felix ketiduran di sebelahnya.

"pasti capek ya mengurus anak sendirian sambil kerja..." gumam jeongin tersenyum lembut menyampirkan rambut felix.

perasaan tak suka pada mantan istri felix semakin menggebu melihat felix yang sampai ketiduran seperti ini. 

dia harus bisa membagi waktunya untuk bekerja menghidupi keluarga sekaligus merawat anaknya yang masih balita.

jeongin tidak tahu apa felix pernah menyerah atau menangis. tapi, melihatnya masih bertahan dan bisa tertawa bersamanya sudah cukup membuktikan kalau felix adalah orang yang sangat kuat.

"kak felix... ayo kembali ke kamarmu~" jeongin berkata lirih agar tak sampai membangunkan nagisa atau membuat felix kaget. jeongin nampak kebingungan saat felix tak bangun juga.

akhirnya daripada menunggu terlalu lama, jeongin angkat tubuh felix perlahan. ia menggendongnya pengantin, posisi yang paling mudah dan aman, sama sekali tak berniat modus.

merasakan tubuhnya bergerak, felix mengerjapkan mata perlahan, "oh jeongin ...? sudah mau pulang? maaf.. aku.. ketiduran..."

jeongin menoleh ke bawah, merasakan tubuh felix yang terlalu ringan. ia berjanji akan memasakkan semakin banyak agar felix nambah berat badannya. 

jeongin tidurkan felix di kasurnya dan felix segera mencari boneka beruangnya.

"tadinya aku mau pulang tapi nggak jadi deh" kata jeongin kembali dari entah mengambil apa. felix menoleh merasakan jeongin naik ke ranjangnya.

"buka bajunya, kak"

"HA?!?!"

felix segera memeluk tubuhnya sendiri erat erat sambil menatap jeongin marah. pipinya memerah semua. jeongin hanya menghela napas sambil menarik tangan felix secara lembut.

"aku hanya akan mijetin punggung kakak." kata jeongin mulai membuka botol lotion bayi.

"kau bisa melakukannya?" tanya felix ragu ragu sambil melepas bajunya.

"bisa kok, aku sering mijetin badanku sendiri kalau kaku kebanyakan duduk buat ngerjakan tugas" kata jeongin membalikkan badan felix menyuruhnya tengkurap.

ia terpaku sebentar melihat punggung yang mulus seputih susu itu. 

sebenarnya felix mandi pakai sabun apa sampai tubuhnya seindah ini? 

apa karena kebanyakan mandi dengan sabun nagisa jadi kulitnya bisa sehalus kulit bayi? 

jeongin bertanya tanya dalam hati memikirkan alasan yang paling masuk akal.

"a-akhhh j-jeongiiiin" sebentar saja felix sudah mendesah keenakan.

matanya terpejam dan tangannya menggapai gapai seprai. otot punggungnya yang terasa terbakar dengan nikmat saat ditekan jeongin.

jeongin meringis, "punggungnya kakak kaku sekali"

jeongin tidak tahu bagaimana felix bisa bertahan dengan punggung sekaku itu. jeongin menekan bagian pinggangnya dengan lebih kuat, felix tak bisa menahan desahan kencangnya lagi.

"i-iyaaakhh jeongin! d-disitu.. ditekan lagi.. sshhh i-itu enak banget.." gawatlah jeongin, kenapa felix harus seseksi ini hanya karena dipijat?

"huh? jeongin...?" felix menoleh merasakan pantatnya terasa dingin karena jeongin menarik celananya turun.

"aku bisa bikin kakak enak di tempat lain" ujar jeongin memasukkan jemarinya yang licin karena lotion dengan mudah di lubang felix.

"sshh-jeongin? apa harus dipijat bagian sananya juga?" keluh felix dengan wajah memerah.

"aku hanya menjalankan tugasku menjadi pemijat yang baik" kata jeongin.

keesokan harinya, felix terbangun dengan tubuh yang sangat lega dan nyaman. ototnya terasa bebas meski sedikit panas. otot yang dia maksud adalah semuanya. 

ya, semuanya termasuk otot yang ada di antara selangkangannya sana.

© ECLAIR, 160122

kepikiran ekspresi felix waktu dipijetin abin dan lino :>

❪ 恋 ❫ ECLAIR • jeonglix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang