sore itu, seperti biasa felix menjemput nagisa di penitipan anak sepulang kerja.
sambil menunggu nagisa keluar dari penitipan anak, beberapa ibu ibu yang juga menjemput anak mereka menyapa felix.
"ah felix, hari ini bukan housekeepermu yang menjemput?"
"iya, dia mahasiswa dan kebetulan hari ini ada tugas kuliah" jawab felix berusaha ramah. dia berharap saja nagisa segera keluar dan felix punya alasan untuk tak ikut gosip ibu ibu ini.
"benar, kau ganti housekeeper laki laki ya?"
"dia lumayan tampan lho!"
"siapa namanya?"
"ah—soal itu..." felix menundukkan kepala.
"dadda!!" nagisa berlarian keluar dari penitipan anak dan memeluk felix. nagisa tersenyum lebar mencium pipi sang ayah dan kemudian felix pun langsung menggendong nagisa.
"kalau begitu, saya permisi dulu.." kata felix tersenyum kecil berusaha untuk tak langsung lari dari tempatnya berdiri.
"ahh.. felix!"
°・₊ʚ ────── ɞ₊・°
saat makan malam, entah kenapa jeongin merasa felix lebih pendiam daripada biasanya.
ia tidak banyak bicara dan menjawab pertanyaan jeongin ala kadarnya. ia juga sering terlihat melamun dan lama merespons panggilan anaknya.
setelah selesai makan malam, jeongin bersiap merapikan piring piring kotor.
namun, felix menahan tangan jeongin dan tersenyum kecil, "aku saja yang mencuci nanti. apa kita bisa bicara sebentar?"
jeongin merasa jantungnya turun ke lambung. tidak menyangka felix akan mengajak bicara serius tiba tiba. perasaan cemas langsung melingkupi dada jeongin.
felix masih saja tersenyum dengan tenang dan membuatkan teh untuk mereka berdua. jeongin duduk di sofa ruang tengah sambil memainkan jemari yang terasa dingin.
"j-jadi.. apa yang mau kakak bicarakan?" tanya jeongin melihat felix datang dengan dua cangkir teh hangat.
"aku ingin berterima kasih karena sudah menjadi housekeeper yang baik buat aku dan nagisa. sungguh, pekerjaanmu sangat bagus meski kamu hanya mahasiswa yang jelas punya kesibukan."
dipuji seperti itu tak membuat jeongin merasa lebih lega. justru ia semakin cemas karena seperti apa kata orang, badai selalu datang setelah angin tenang.
"kamu berdedikasi sama tugasmu meskipun kadang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan. yahh,, kuanggap saja kamu ini orangnya pandai mencari celah" jeongin hampir tersedak disindir felix.
"s-sama sama. apa ada yang harus kuperbaiki lagi dari pekerjaanku?" felix segera menggeleng.
"tidak, kamu sudah cukup. sangat sangat cukup. kamu tidak perlu berusaha lebih baik lagi karena.."
"..karena kurasa kamu tidak perlu datang lagi ke apartemenku setelah ini."
jeongin merasa ia disambar petir, "m-maksud kakak?"
"maksudku, kau tidak perlu lagi bekerja untukku. k-kita selesai. aku sudah mengirimkan gajimu bulan lalu dan sedikit tambahan untuk bulan ini ke rekening bank."
jeongin diam. ia tahu suatu hari bisa saja datang. ini sudah sangat umum di dunia pekerjaan dan seratus persen adalah hak bosnya untuk memecat sang anak buah.
hanya saja, jeongin tidak menyangka akan secepat ini.
pertanyaannya adalah, kenapa.
"kalau boleh tahu, kenapa kak? apa kakak tidak puas dengan pelayananku? apa kakak tidak nyaman bersamaku?"
"bukan apa apa.. tenang saja. kamu tidak perlu khawatir tentang apapun. aku hanya berharap semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah ini."
benar sekali. dan kalau sang bos tidak ingin menyampaikan alasan kenapa ia memecat anak buahnya, itu seratus persen adalah hak sang bos.
jeongin menggigit bibir, ternyata setelah semua yang dia lalui, bagi felix jeongin tetap hanyalah anak buah untuknya.
"ya sudah kalau begitu.. a-aku pulang dulu.." jeongin berdiri dari tempatnya duduk.
ia mengenakan sepatunya di depan pintu. sebelum jeongin menginjakkan kaki keluar dari apartemen, dia menoleh sekali lagi memandangi felix.
jeongin mendengus kesal. padahal felix yang memecatnya tapi kenapa justru felix sendiri yang terlihat seolah akan menangis?
jeongin tidak suka ini. ia butuh penjelasan tapi tak bisa melakukan apapun karena felix tak mau buka mulut.
ia keluar dari apartemen itu dan merasa bersalah karena sedikit membanting pintu itu.
selama perjalanan pulang, jeongin terus terusan memaki felix. ia tidak tahu apa yang dipikirkan lelaki itu sampai memecatnya tanpa alasan.
jeongin tidak bisa dengan semua ini, apalagi setelah semua perasaan yang dia rasakan bersama felix. ia merasa tidak akan sanggup melupakan felix begitu saja hanya karena dipecat.
"ahhh felix punya housekeeper baru?" jeongin langsung bersembunyi dibalik pagar seseorang.
ia melirik sedikit melihat dua orang ibu ibu yang sepertinya baru pulang dari penitipan anak.
untuk apa mereka membicarakan tentang felix?
© ECLAIR, 180122
doakan gue eligible buat SNM ya gais :')
KAMU SEDANG MEMBACA
❪ 恋 ❫ ECLAIR • jeonglix ✔
Fanfiction🎠 ꒰ jeongin x felix ꒱ ━━━ ❝ tahan je! dia udah punya anak! ❞ ❝ je, mau ikutan mandi bareng? ❞ ••• [ desc.] jeongin mahasiswa pemburu kerja sampingan. ia diterima menjadi house keeper oleh seorang pria single beranak satu yang sialnya sangat seksi d...