Hidup kita tak ada yg tau bagaimana kedepannya dan apa yg akan kita alami di kemudian hari,jadi teruslah berusaha melakukan yg terbaik dalam hidup,walau terkadang itu menyakitkan.
.
.
.
.
.
.
Sore itu hujan turun dengan derasnya, semua orang berteduh dari derasnya hujan namun berbeda dengan seseorang yang kini tengah berdiri di pinggir jalan dengan sebuah payung di tangannya, matanya yang sendu menatap ke arah jalan, dinginnya hujan tak membuatnya enggan untuj beranjak dari tempatnya berdiri.
"Yin kapan kau pulang?" lirihnya di tengah derasnya air hujan, "apa kau tak ingin tahu, bahwa kini aku sedang mengandung anak kita." diusapnya perutnya yang masih rata.
Hujan kian lebat namun dirinya tetap saja tak menghiraukannya, dirinya selalu seperti ini selama sebulan ini bahkan kedua orang tuanya pun tak mampu menghalanginya.
"Sampai kapan kau akan seperti ini War!" suara nyaring terdengar dari arah lain.
War lah laki laki yang sedari berdiri di pinggir jalan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ayo masuk War! hujan semakin lebat. Ingat anak mu, jangan sampai dia kenapa-napa." ujar orang tersebut seraya mengusap bahu War.
War pun menatap orang tersebut, "Pho, apakah aku bisa melewati ini sendirian?" Ujar War dengan derai air mata yang membasahi pipi nya.
Laki laki tersebut adalah sang Pho, "ingat, di sini kau tak sendiri ada Pho dan Mae juga ada semua teman teman mu," ujar Sang Pho, "sudah ayo masuk kasian anak mu dia akan kedinginan jika kau begini," bujuk sang Pho lagi.
War pun mengusap kembali perut nya, "baiklah Pho." akhirnya War pun mengalah dan ia pun masuk ke dalam rumah.
Setelah masuk kedalam rumah nya War pun langsung naik ke lantai atas, masuk ke dalam kamarnya dan naik ke kasur juga menyelimuti sekujur tubuhnya dengan selimut hangat.
"Aku akan terus menunggu walau aku tak tau sampai kapan, aku akan terus merindu kan mu. tanpa tau apa kah kau juga merindukan ku, aku kan terus tetap disini, dengan cinta yang tak mungkin berubah." hati War seolah terkunci oleh sosok Yin.
.
.
.
.
.
Pagi itu War tengah sarapan bersama sang Mae juga Pho nya.
"Sayang hari ini Pho dan Mae akan keluar sebentar na, kau akan di temani Bass nanti na." ujar Sang mae saraya mengusap rambut sang anak.