12. Terjebak Nostalgia

2.3K 136 0
                                    

Pagi ini sepertinya akan menjadi pagi yang suram bagi Jingga dan teman-temannya. Yang lainnya pun sama was-was nya. Sudah satu jam lebih dari waktu yang dijanjikan Raka untuk berangkat menuju tempat wisata. Dari kemaren pun Ferry sudah mengomelinya habis-habisan.

"Din, anterin aku jemput pak Raka dong" Dinda mengangguk menuju basecamp Raka yang terletak di sebelah rumah pak lurah.

Sampai disana, ia melihat Raka masih belum bersiap-siap.

"Ngapain?" Tuh kan, dia berubah kayak kanebo kering lagi.

"Jemput kamu. Udah ditunggu anak-anak di posko. Katanya mau jalan-jalan semalem" laki-laki itu cuma melirik.

"Tunggu aku belum mandi, setengah jam lagi" jingga menghela nafas. Yaa ampuun dia kalau lagi marah memang kayak anak kecil, bener kata Ferry.

"Kita udah nungguin sejam Raka. Bisa lebih cepat nggak"

"Ya kalau mau nggakpapa kalian berangkat sendiri"

"Beneran??!!!!! Yaa ampuuuuunn kenapa kamu nggak ngabarin kita dari tadi sih. Kata jingga memekik. Rasanya dia hilang kesabaran.

"Bilang saja mereka berangkat duluan. Nanti kita nyusul" hah apa tadi maksutnya, kita?

"Maksutmu?"
"Yaa kita berangkat berdua, mereka duluan aja" jawabnya sambil melenggang ke kamar mandi. Jingga langsung lemas rasanya. Dia segera mengabari Ferry dan yang lainnya. Mereka bersorak kegirangan.

Jingga memilih menunggu Raka di teras pak lurah, beruntung ada kursi dan meja disana. Ia duduk dibawah lantai lalu menumpu kepalanya di atas tangan yang ia taruh diatas meja. Ia kurang tidur semalam hingga rasanya masih mengantuk pagi ini.

Jingga terbangun saat lehernya terasa sangat pegal. Sepertinya ia menghabiskan waktunya untuk tertidur disini. Menengok jam yang melingkar ditangannya, ia membelalak. Ini sudah satu jam lebih dari yang diperkirakan Raka. Kemana Raka, kenapa ia tak membangunkannya.

Jingga melihat ke basecamp, pintu tertutup. Apa Raka sudah berangkat? Jingga mengetuk-ngetuk pintu, tak ada jawaban. Huh, rasanya ia ingin menendang pintu itu sekuat mungkin karena dongkol dan ingin menangis. Jingga mencoba menelfon Raka, namun tak ada jawaban sama sekali.

Awas kamu Raka! Kalau KKN ini berakhir akan kucekik dan kulempar kamu ke laut. Sabar! Hingga nilai KKN nya keluar dengan sempurna, dia harus sedikit bersabar dengannya. Walaupun ia tak tak yakin, apakah ia mampu untuk mencekiknya.

"Kamu ngapain berdiri disitu mondar-mandir nggak jelas!" Akhirnya, suara itu muncul membuatnya kaget sekaligus lega dari depan pintu rumah pak lurah. Raka yang tampil casual dengan t-shirt hitam tidak seperti biasanya. Rambutnya masih basah karena gel yang selalu rapi. Damn!! Dia begitu saja tampak berdamage luar biasa!

"Kamu dari mana sih. Kenapa nggak ngebagunin aku? Ini udah jam berapa?"

"Kamu tidur kayak orang mati" oke, bisakah ia tarik ucapannya tadi, kalau mulutnya masih harus disekolahin lebih tinggi.

"Kamu darimana sih, aku pikir kamu ninggalin aku" jingga merengut.

"Dari sini di dalem sini. Kamu ngapain ngetuk-ngetuk basecamp aku" hah? Dari tadi dia di dalam rumah pak lurah?? Astagaa..

"Ngapain disitu? Aku kan taunya kamu di basecamp?"

"Ngeliatin kamu kebingungan lah" jawabnya sambil melenggang santai ke arah motor yang terparkir di halaman rumah pak lurah yang sangat luas.

"Cepet naik. Kita udah kesiangan" kenapa ganti dia yang buru-buru. Harusnya kan kata-kata itu dilontarkan oleh jingga yang sudah menunggunya beberapa jam. Jingga memanyunkan bibirnya, ia masih melihat-lihat motor siapa yang dinaiki Raka.

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang