25. Terima?

420 99 20
                                    

Anna membuka matanya. Ia tertegun melihat Farhan berada disampingnya.  Lelaki itu tertidur menggenggam erat tangan Anna.

"Bang," panggil Anna lirih.

Farhan terperanjat, lelaki itu langsung terbangun. "Apa ada yang sakit?" tanyanya panik.

"Sedikit, tapi nggak papa kok."

"Perlu gue panggilin perawat?"

Anna menggelengkan kepalanya. Sepertinya lukanya tidak terlalu serius, jadi ia tidak perlu perawat untuk mengurusnya. Toh, luka ini ia sendiri yang buat.

Tangan Farhan terangkat, mengelus puncak kepala Anna dengan lembut. "Maaf," ucapnya.

"Lo nggak salah," balas Anna, "ini gue yang salah. Bisa-bisanya gue gegabah ngelakuin ini. Maaf, Bang."

Farhan bangkit, duduk di samping tempat tidur Anna. Lelaki itu menarik Anna ke dalam dekapannya.

"Kenapa lo berbuat kaya gitu lagi, An?" tanya Farhan begitu lembut, ia tidak mau membuat Anna tidak nyaman atas pertanyaannya.

"Gue cuma ketakutan aja, Bang. Makanya tanpa pikir panjang, gue malah nyakitin diri gue sendiri," balas Anna bersandar di dada bidang milik Farhan.

"Gue nggak bakal ninggalin lo, An. Gue bakal selalu ada buat lo. Gue janji."

Anna menghela napas pelan. "Gue nggak papa kok, kalau lo mau ke luar negeri," ujarnya.

"Lo yakin?"

Anna berdeham sebagai jawaban. "Lo anak tunggal, lo satu-satunya yang bakal ngelanjutin usaha keluarga lo. Egois, kalau gue ngelarang lo. Sedangkan, kita nggak ada hubungan darah sedikitpun."

"Jangan bicara kaya gitu. Gue udah anggap lo kayak adik gue sendiri, An. Bahkan gue nggak tega lihat lo sedih, apalagi sampai terluka."

Anna melepas pelukannya, menatap wajah Farhan.

"Disini ada Fiki, Fenly, Bang Lang, Bang Rick. Mereka bakal jagain gue Bang, jadi lo jangan khawatir."

"Tapi gara-gara gue, lo terluka kayak gini, An," ucap Farhan tertunduk, ia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Anna.

"Lo nggak salah. Ini salah gue, gue terlalu berlebihan, nggak bisa berpikir panjang."

Farhan menangkup kedua pipi Anna. "Jangan ulangi lagi, An. Gue sakit, gue hancur lihat lo kaya gini."

Anna memeluk tubuh Farhan dengan erat. Suatu hari, ia akan merindukan perhatiannya, pelukannya, kasih sayangnya dan segala hal tentang lelaki tersebut.

Detik ini, Anna mengikhlaskan lelaki tersebut. Membiarkan lelaki tersebut menggapai impiannya, menjadi kebanggaan keluarganya.

"Gue akan selalu sayang sama lo, An."

****

Kini Farhan dan Fiki berada di kantin rumah sakit. Tadi pagi, Farhan mengabari Fiki tentang kondisi Anna. Alhasil disinilah Fiki sekarang, di rumah sakit untuk menjenguk Anna.

"Fik, jagain Anna ya," pinta Farhan yang di balas anggukan oleh Fiki.

Fiki nampak tidak kaget, dengan permintaan Farhan. Ia sudah lebih dulu tahu fakta ini dibanding Anna.

Hanya saja, ia harus menyembunyikan fakta tersebut. Agar tidak membuat Anna sedih.

"Gue yakin, lo bisa jaga Anna dengan baik," kata Farhan yakin,

"dan inget, lo nggak boleh nyakitin dia, apalagi sampe ninggalin dia lagi."

Fiki mengangkat tangannya, hormat pada Farhan,  seolah lelaki itu adalah komandannya.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang