9. Yang di Rindukan

2.4K 84 12
                                    

Lyon mendengar kabar bahwa Desiree kembali dari Irlandia bersama putrinya. Perasaan Lyon jadi berdebar dan rasa rindunya menguar.   Jeni mengundang ibu tiri yang di sangaka merebut ayahnya dari ibu kandungnya.

Entah apa yang di pikirkan Jeni waktu itu. Tiba-tiba saja ingin mengundang Desiree untuk ayahnya yang sangat merindukan putri kecilnya.

"Aku tahu papa merindukan adikku." kata Jeni pada ayahnya yang bingung.

"Papa pikir kamu membencinya." kata Lyon, bibirnya mengunggingkan senyum, tapi Jeni tidak bisa mengartikan senyum itu. Entah bahagia, atau sebaliknya? sedih, jadi terluka hatinya.

"Dulu, aku benci. Dia mengejar-ngejar Jeno aja aku jijik, lalu aku melihat dia jadi istrimu, apa yang bisa aku lakukan? Kau mencintainya, aku mencaci maki dan menjambaknya tidak akan mengubah apapun. Papa tetap mempertahankannya.:

Lyon menatap bibir indah Jeni mengaku. Lyon hanya terpaku tidak berkedip beberapa saat.

"Aku harap Papa tidak marah padaku."
Jeni meraih tangan ayahnya. Lyon tersenyum, lalu di peluknya Jeni dengan penuh kasih sayang.

"Tidak, Papa tidak marah, hanya... Rasanya aneh, kami sudah berpisah, Papa agak sungkan sekarang."

"Wajar sih, semua terjadi bukan atas kemauanmu. Mama sudah menikah dan aku melihat mereka sangat bahagia. Sekarang giliranmu Papa,  kaupun harus bahagia seperti Mama."

Lyon diam tidak menanggapi pembicaraan Jeni, tapi Lyon merasakan bahwa selama ini Jeni tahu bahwa hidupnya tidak bahagia, tapi ia baik-baik saja.

"Papa nggak menyedihkan kan?"
Tanya Lyon, wajah humornya membuat Jeni tersenyum.

"Kalau begitu mari kita pergi makan malam berdua." ajak Jeni.

"Kau harus istirahat, besok kamu harus terlihat bersinar."

"Aku sudah merencanakan ini. "

Lyon menatap Jeni yang meringis padanya.

"Ayo kalau begitu."

"Yes." Jeni kembali memeluk ayahnya lalu berdiri.

"Aku harus cantik."

Jeni bergegas ke kamar, mempersiapkan diri untuk pergi makan malam bersama ayahnya.

Jeni telah membuat janji untuk makan malam berdua dengan ayahnya di luar. Jeno penasaran kenapa mereka berdua memilih makan di luar dari pada makan bersama keluarganya?

"Aku mau bernostalgia." kata Jeni asal.

"Kenapa? Nggak boleh?" Jeni melotot pada abangnya.

" Terserah kalian saja." kata Jeno tidak peduli.

"Maaf, aku harus nurutin kemauanya." Lyon membela putrinya yang sudah menggelayut di di lengannya.

"Nggak pa-pa, tapi kamu harus hati-hati Jeni. Kamu akan menikah sebentar lagi." Nessa bicara pada Jeni sambil tersenyum pada mereka berdua.

"Ya kakak, aku pasti aman karena ada Papa." sahut Jeni senang.

"Pergilah!" kata Nessa.

Jeni dan Lyon meninggalkan rumah. Mereka sampai di restoran tepat waktu.
Mereka duduk di kursi yang sudah di pesan.

"Aku sudah memesan menu terbaik di sini, Papa akan suka." kata Jeni dengan wajah berbinar karena senang.

"Hmmm... Ya, Papa tahu kau pasti akan memberi makanan yang enak, dan juga mahal." Lyon terksan.

"Tapi kenapa ada tiga kursi di sini? Siapa yang akan bergabung? Calon suamimu?" Lyon penasaran sambil menatap kursi yang ada di samping meja.

"Bukan." jawab Jeni.

Edward's BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang