Part 1
Pov Ananda Keysya Indrawan
Aku menatap malam yang melukiskan bintang sebagai penyempurnanya. Cinta....omong kosong yang terdiri dari lima huruf sarat makna. Dulu aku memang percaya cinta yang benar untuk orang yang tepat. Tapi kalau kau menerima cinta yang berbalut dusta. Apakah kau kan percaya? Aku memujamu di setiap helaan nafasku. Aku jatuh cinta padamu tanpa tahu luka akan mengejarku.
Andai waktu bisa kuulang, tak kan sudi aku mengenalmu. Andai waktu bisa kembali, tak kan kubiarkan diriku jatuh hati. Sungguh aku menyesal memberikan seluruh hatiku tanpa sisa.
Akhir-akhir ini aku sering melamun. Besok aku akan kembali ke kota kelahiranku. Kota penuh kenangan. Kenangan menyakitkan tentangmu. 5 tahun aku menghilang dari hidupmu. Berharap tidak akan pernah bertemu lagi denganmu. Kisahku sudah usai....ah, bukan usai, aku lupa bahwa kisahku tidak pernah dimulai. Mana bisa diakhiri kalau dimulai saja tidak.
5 tahun lalu, aku pernah merasakan jatuh cinta. Jatuh cinta pada orang yang salah. Ya....aku mengakui itu. Saat aku menganggap cintaku bersambut, namun akhirnya aku sadar selama ini cintaku tak pernah bersambut.
Cinta itu sudah hilang. Hatiku sudah mati. Hidupku hanya untuk anak kembarku yang memberikanku kekuatan. Aku tidak pernah menyesal melahirkan mereka. Walau mereka memiliki darah yang sama denganmu. Yang aku sesalkan mereka harus memiliki Ayah seperti dirimu.
"Ayah"....mendengar kata itu sangat tidak pantas kau sandang. Anak yang tidak pernah kau tahu. Aku harap kau tidak akan pernah tahu bahwa aku memiliki anak darimu. Ya....semoga rahasia ini bisa tersimpan sampai aku mati.
Pintu kamarku terbuka. Aku segera melihat siapa yang membuka pintu kamar ini.
"Permisi Bu! Tadi saya sudah mengetuk pintu. Tapi tidak ada sahutan. Den Kembar sudah pulang dari rumah Pak Lukas!" Kata Luna, asisten dan baby sitter si kembar.
"Oh iya lun....sorry aku tadi melamun. Semua sudah disiapkan barang-barang yang harus kita bawa! Aku nggak mau kalau sampai ada barang yang tertinggal." Kataku sambil menuju ke arahnya.
"Sudah siap Bu. Saya dan Kak Rara sudah menyiapkan segalanya!"
"Sudah 5 tahun lun, kamu dan kakakmu hidup bersamaku. Nggak usah formal gitu manggil aku Ibu segala. Cukup Kakak atau Mbak aja lah!""Ehm...nggak enak Bu eh Kak Nanda....tapi saya usahakan manggil kakak mulai sekarang."
"Good girl. Kamu, Rara dan Mas Damar sudah aku anggap keluarga sendiri. Kalian yang selalu menemaniku selama aku berjuang untuk kehidupan si kembar. Jadi sudah saatnya kalian menganggapku seperti keluarga juga.""Oke Kak Nanda....makasih sudah menganggap kami keluarga kak....terima kasih banyak!"
"Iya....ya udah aku mau nemuin si kembar dulu. Mereka ada dimana sekarang?" Tanyaku.
"Di kamarnya Kak."
"Oh oke!"Aku menuju kamar kedua jagoanku. Saat aku membuka pintu kamar mereka, aku melihat pemandangan yang menakjubkan. Aku melihat mereka tidur dengan saling berpelukan. Mereka kelelahan seharian berada di rumah pamannya. Kak Lukas...salah satu kakak laki-lakiku. Kak Lukas punya kembaran yaitu Bang Lukman. Besok aku pindah rumah di samping rumah Bang Lukman dan istrinya, Tiara.
Selain pindah tempat tinggal, aku juga pindah tempat kerja di kantor tempat sahabatku bekerja. Si Mona teman SMA-ku. Sebenarnya aku bisa saja menjadi sekretaris di perusahaan Kak Lukas. Tapi aku tidak berminat. Aku juga punya usaha kecil lainnya seperti kafe dan toko foto-kopian. Aku juga menjadi dosen honor di Universitas milik keluarga Tiara, Kakak Iparku.
Aku mengajar kuliah hanya hari sabtu. Aku hanya mengajar 2 kelas dengan bebas 4 SKS di mata kuliah management.
Sedangkan kerja di perusahaan, tempat Mona bekerja aku menjadi Asisten Manager bidang desain dan grafis. Kerjaannya tidak terlalu banyak, karena Managee desain dan grafis juga memiliki 2 asisten selain diriku.
Perusahaan tempat Mona bekerja sebenarnya tempat Bang Lukman juga bekerja. Lebih tepatnya Bang Lukman dan temannya Arfan Maldiev (CEO perusahaan tersebut) adalah sahabat dekat mulai SD sampai kuliah. Walaupun Bang Lukman hanya menjabat sebagai salah satu direktur, namun Bang Lukman memiliki saham 30% di perusahaan tersebut.
Kak Lukas yang menggantikan memimpin perusahaan Ayah. Ayah meninggal karena sakit 5 tahu yang lalu tepat saat aku masih mengandung si kembar. Sedangkan Ibuku meninggal saat usiaku menginjak 5 tahun. Ibu meninggal saat di vonis sakit kanker paru-paru. Ayah tidak menikah lagi setelah kehilangan Ibuku.
Kedua saudara kembarku sudah ku anggap seperti orang tuaku sendiri. Aku berharap cukup sekali aku mengecewakan mereka. Saat cintaku ditipu laki-laki yang kucintai dan hamil sebelum menikah. Mereka sangat kecewa padaku. Tapi rasa sayangnya lebih besar dari kecewanya padaku. Kedua saudaraku menyayangi anak-anakku. Aku sangat bersyukur.
Sampai saat ini, aku tidak pernah memberi tahu siapa Ayah dari anakku. Cukup aku saja yang membenci laki-laki brengsek itu. Aku tidak mau saudaraku harus menanggung rasa benci. Cukup ini hanya masalahku. Aku ikut bergabung di kasur si kembar. Aku mencium kening mereka. Lalu aku pun memejamkan mata.
TBC