Mari kita mundur ke waktu lima menit yang lalu.
Pagi hari di dekat gedung perkantoran di Kota Seoul....
Tampak seorang lelaki berambut merah klimis yang mengenakan kaos berlengan panjang berwarna merah abu-abu, dan celana panjang jeans berwarna biru muda tengah berjalan di trotoar. Ia berjalan sembari bicara dengan ketiga temannya. Rupanya, lelaki itu adalah Shinwoo dan ketiga temannya adalah Sui, Yuna, dan Ikhan. Rencananya, mereka hendak ke mall untuk cuci mata dan membeli kebutuhan mereka di sana. Daripada di rumah melulu karena sekolah diliburkan. Kan bosan, begitu kata mereka berempat.
Di mall itu, rencananya Shinwoo mau membeli kaos baru. Ikhan membeli gadget tambahan, Yuna membeli aksesoris smartphone, sementara Sui membeli perhiasan imitasi. Tampak mereka cukup bersemangat membayangkan apa yang hendak mereka beli. Alasan mereka cukup bersemangat adalah karena mereka pergi hanya berempat saja.
"Hanya kita berempat tidak seru," ucap Ikhan tidak bersemangat.
"Andaikan Rai, Seira, dan Regis di sini...." timpal Sui."Kau benar. Kita belum pernah mengajak mereka ke sini," jawab Yuna.
"Kau tahu, aku ingin membelikan mereka baju dan perhiasan. Bayangkan kalau mereka bertiga memakai pakaian kasual," ucap Sui.Yuna terdiam, membayangkan Rai, Seira, dan Regis memakai baju kasual ditambah aksesoris dan perhiasan (khusus Seira). Yuna tersenyum sendiri sementara Sui yang melihat Yuna menjadi girang.
"Mereka keren, kan? Kan, kan, kan?"
"Kau benar."
"Kalau perlu Pak Penjaga, Kakak Tao, dan Kakak Takio juga," timpal Ikhan."Mereka akan tambah keren dan tampan ketika memakainya," imbuh Shinwoo.
"Huum.""Ditambah dengan aksesoris tertentu. Wah~" ucap Sui dan ia menjadi semakin girang.
"Aku jadi tidak sabar menunggu momen itu tiba," ucap Yuna."Tetapi, sekarang mereka tidak ada. Jadi, bagaimana mau melihat itu terjadi?" keluh Ikhan.
"Tenang saja. Mereka kan akan kembali hari ini. Jadi, kita beli barangnya sekarang dan kita serahkan serta meminta mereka untuk memakainya besok," jawab Shinwoo.
"Aku jadi punya pikiran nyeleneh," jawab Ikhan.
"Apa?" tanya Sui."Bayangkan mereka bertiga bertugas mengawasi sekolah namun dengan pakaian kasual."
"Bukannya tidak boleh?" komentar Yuna."Sudah bayangkan saja. Anggap saja oleh Pak Kepala Sekolah diizinkan untuk selamanya."
"Hm...." ucap Shinwoo, Sui, dan Yuna membayangkan apa yang terjadi."Di satu sisi mereka keren. Hanya saja jadi tidak profesional," jawab Yuna.
"Tidak pas dengan tempat dan pekerjaannya," jawab Shinwoo.
"Kecuali mereka ada misi tertentu dan mereka harus menyamar," jawab Sui."Padahal menurutku itu keren sekali," ucap Ikhan dan ia pun menangis sedih. Shinwoo, Yuna, dan Sui yang melihatnya menghela nafas, sweatdrop.
DEG!
Tiba-tiba, Shinwoo merasakan jantungnya berdetak hebat seperti balon yang meletus dengan suara yang keras. Ia terpana merasakannya dan dalam sekejap ia merasakan takut dan juga firasat buruk. Ia berhenti berjalan dan Ikhan yang kebetulan melihatnya menaikkan satu alisnya, heran. Ia sendiri berhenti menangis lalu bertanya pada Shinwoo.
"Shinwoo, ada apa?"
"B-bukan apa-apa," jawabnya gugup.
"Kau yakin?"
"Um."
"Baiklah. Ayo cepat ke mall. Panas, nih.""Ayo," ucap Sui dan Yuna bersamaan. Antusiasme mereka yang semula agak turun kembali naik dan berubah menjadi taraf maksimal. Mereka tersenyum girang lalu berjalan cepat meninggalkan Shinwoo dan Ikhan namun mereka tidak berjauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse: Between Past & Now
FanfictionFrankenstein, Kepala Sekolah SMA Ye Ran sekaligus pengikut dari sang Noblesse yaitu Cadis Etrama Di Raizel, pergi guna mencari sebab tuannya hidup kembali. Di samping itu, SMA Ye Ran dipimpin sementara oleh Tao, yang sebelumnya adalah otak dari Raiz...