37. Di teras mushola

3.4K 326 14
                                    

Happy reading<3
.
.
.
.
.
.

Hari jum'at

Setelah melaksanakan sholat dzuhur berjamaah bersama seluruh santri putri yang diimami oleh ustadzah Qila selaku bagian ibadah,  Zia dan beberapa santri lain tidak langsung kembali ke asrama. Beberapa ada yang nderes Qur'an, muroja'ah, dan duduk santai. Bahkan ada juga beberapa santri yang ghibah di teras masjid.

"Eh itu si fajar kenapa jadi jelek si  setelah putus sama aku?"

Ucap salah satu santri kepada temannya ketika si mantan melintas usai sholat Jumat di luar.

Memang seperti itu. Abah dan santri putra lebih memilih sholat Jumat diluar daripada di masjid ponpes. Mungkin karena kurangnya jumlah santri putra atau entah apa.

"Heh! Gitu - gitu juga mantan kamu kali. Pernah sidang bareng haha" jawab temannya menanggapi.

"Khilaf aku dulu" elak nya. Dasar. Ada - ada saja.

Dan masih banyak lagi ghibahan tentang santri putra.

20 menit sudah Zia muroja'ah hafalannya. Dan bersyukur, hafalannya belum hilang dari kepala. Karena setiap selesai dari menyetor hafalan dia selalu berdo'a didalam hati agar Allah senantiasa menjaga hafalannya.

"Zii" suara Yuli membuat Zia menoleh dari Al-Qur'an nya. Tatapannya seolah bertanya "Ada apa?"

"Tu..."dia menunjuk seseorang menggunakan dagu. Zia menoleh. Dan mendapati mantan pacarnya-Hadi- menuju asrama usai jumatan diluar.

Zia menunduk seraya beristighfar dalam hati. Ayolah, dia sudah berusaha ikhlas menerima jika memang putus, tapi hati Zia selalu ingin melihat wajah itu, ingin mendengar suara adzan nya, tartil Qur'an nya. Ya Allah, rasanya ingin menangis Zia.

"Zii..."

"Apa li?"

"Kamu gak denger?"

"Hah? Denger apa?" Zia memandang Yuli tak paham.

"Hadi panggil kamu dari tadi tapi kamu malah nunduk terus"

"Hah?"

"Ziaaa..." Panggil Hadi agak keras karena Zia yang tak kunjung menoleh.


"Hah?" Zia blank. Dia sangat mengenal suara itu. Tapi kenapa otak nya malah lemot gini sih?

Yuli geleng - geleng kepala.

"Hah heh hah hoh aja kamu. Sana samperin gih. Mumpung semua ustadzah nya udah pada balik asrama"

Zia yang baru sadar langsung menoleh kebelakang. Dimana Hadi berdiri. Dia terlihat tampan dengan setelan jas hitam serta sarung hitam batik nya. Ah! Jangan lupakan peci putih yang selalu ia kenakan. Damage nya, beuh!

"Apa?" Tanya Zia saat sudah berada dekat Hadi. Ya, tidak terlalu dekat sih, tapi setidaknya tidak sejauh tadi.

"Nih" dia menyodorkan es boba rasa taro.

"Eh?" Zia bingung.

"Buat kamu"

"Eh?" Zia masih bingung.

"Ya ini buat kamu Zia"

"Eh?"

"Aelah ah eh ah eh mulu " Hadi gemas sendiri. Bahkan rasanya ia ingin muncubit pipi nya saat ini.

Menggapai Cinta Sang Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang