Taehyung seharusnya sudah tahu sejak awal, ketika bulat menyanggupi semua resiko ketika harapannya didengar Tuhan.
Seharusnya Ia tak akan merasa menjadi pihak korban jika menyetujui kesepakatan. Bahwa begitu Ia siap dengan mimpinya yang menjadi nyata itu tandanya Ia juga harus siap dengan konsekuensi sebagai timbal balik.
Seharusnya, Ya!. Seharusnya Taehyung tidak bermimpi kelewat tinggi dan meminta hal yang aneh-aneh.
Lahir dari keluarga sederhana dengan ekonomi digaris standar, Taehyung hadir dengan mimpi setinggi langit miliknya.
Dengan ijazah sekolah menengah atasnya, Ia berhasil memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan tamatan miliknya.
Seorang karyawan biasa disalah satu pusat perbelanjaan. Dengan kontrak menahun tanpa kejelasan status. Itu artinya, Ia harus siap didepak kapan saja jika kinerjanya tidak lagi dirasa menguntungkan.
Hidup dengan sederhana. Meski gajinya cukup jika ingin Ia gunakan untuk sedikit bersenang-senang seperti anak seusianya. Dalam tanda kutip, membeli pakaian yang bukan designer ternama serta tidak makan lebih dari 2 kali di restoran bintang 5 setiap bulannya.
Setidaknya Ia bisa membeli baju tiruan yang mungkin berada dilevel atas barang palsu.Tak memiliki banyak teman, Taehyung terlena dengan kepribadian introvert miliknya.
Mengesankan.
Bocah sederhana dengan kepribadian introvert pula. Berani sekali menaruh mimpinya tinggi-tinggi.Seharusnya, Ia letakkan saja didekat akar. Toh, Ia juga jarang bisa terbang 'kan? Mengingat kemampuan dan ekonominya tidak begitu mendukung.
Namun Tuhan berbaik hati menitipkan hati seorang pemuda tampan nan mapan untuk dijaga oleh Taehyung.
Jeon Jungkook.
Putera bungsu keluarga Jeon, salah satu pemilik perusahaan pupuk Asia serta sang Ayah yang kini tengah menjabat sebagai salah satu wakil rakyat.
Terlalu kontras dengan kehidupan Taehyung, Jungkook tumbuh dan besar dengan serba berkecukupan serta memiliki kepribadian menyenangkan serta ramah. Memiliki kenalan dimana saja dengan kehebatan sosialisasinya.
Tak jarang Ia turut diundang menjadi pembicara dibeberapa kesempatan, melihat sepak terjangnya mengembangkan usaha keluarganya tersebut. Terlebih dengan umurnya yang belum menginjak kepala tiga namun sudah mampu mengemban jabatan tinggi dengan hasil melampau ekpektasi, tentu nama Jungkook sudah lumayan banyak dikenal banyak orang. Apalagi dengan rupa bak anak dewa menjadi nilai plus untuknya."Kau pulang malam lagi hari ini?" Suara Jungkook terdengar dari speaker ponsel yang Taehyung telungkupkan disalah satu deretan cokelat di rak ke-2, sementara Ia sibuk menyusun kotakan permen dibagian bawah.
"Uhm, hu'um." Jawab Taehyung sembari menarik kardus besar yang berada di samping tubuhnya. Mungkin saja berat kotak itu berbobot seperempat dari tubuh kecilnya.
"Tae?" Panggil Jungkook ketika mendengar kekasihnya hanya bergumam dengan suara seperti menahan sesuatu.
"Kau sedang mengangkat sesuatu yang berat lagi?" Jungkook kembali melempar pertanyaan yang sepertinya sudah kerap kali ia lontarkan pada lawannya ini.
Sempat hening sejenak sampai akhirnya terdengar suara lain yang menyapa Taehyung sekali lewat.
"Taehyung? Semangat!"
"Ah, Ya. Baik! Kau juga Hoseok hyung. Kau juga harus membongkar ulang pajangan dilantai 2 'kan?"
Jungkook memilih diam dan mendengarkan obrolan singkat Taehyung dengan salah satu teman di tempat kerjanya tersebut.
Terdengar gumaman bernada keluhan.
"Uhmm. Kunjungan direktur benar-benar merepotkan."Lalu mereka tertawa bersama. Tak berselang lama, kembali terdengar hening diikuti langkah menjauh salah satu.