CHAPTER 27
A SLAP ON HIS FACE
Kara mengemudikan kendaraannya menuju lokasi di mana butik Ben berada. Dalam perjalanan pulang dari kedai tadi, perempuan berkacamata itu sempat menghubungi Emmy dan menanyakan keberadaannya. Perempuan berwajah oriental itu bilang bahwa dia tengah berada di butik milik Ben. Jadi tanpa berpikir panjang, Kara mengendarai mobilnya menuju butik milik sahabatnya itu.Setelah memarkir mobil pada pelataran butik, Kara segera menuju ruang kerja Ben yang berada di lantai dua. Melihat pintunya yang terbuka, Kara segera memasuki ruangan yang didominasi cat serta furnitur berwarna gading serta abu-abu itu. Dalam ruangan, dia menemukan Emmy yang tengah berdiri di depan sebuah maneken dan Ben yang sedang sibuk menekuri layar laptopnya. Beberapa kertas dengan coretan tangannya tersebar di hadapannya.
"Kara!" seru Emmy begitu melihat perempuan berkacamata itu memasuki ruangan. "Lihat ini deh. Lucu banget ya gaunnya," ujarnya sembari menunjuk gaun yang memeluk tubuh maneken di hadapannya.
Gaun tersebut merupakan salah satu rancangan yang akan Ben pamerkan pada peragaan busana solonya. Mermaid maxi dress tanpa lengan itu terdiri dari tiga bahan yang dijadikan satu. Bagian torsonya merupakan kain mikado berwarna khaki. Pada bagian bahu hingga di atas dada menggunakan kain tulle transparan dengan warna senada berhias payet yang tampak rumit. Sementara bagian bawah gaun tersebut menggunakan kain batik sogan berwarna cokelat tua dengan corak keemasan. Ben memadukan unsur tradisional dan modern pada baju rancangannya dengan amat apik dan menarik.
"Lo buatin yang kayak gini kalau gue nikah ya, Ben," pinta Emmy. "Tapi gue mau yang warna putih. Terus bagian dadanya pakai aksen sweetheart, jangan yang lurus kayak gini."
"Kelarin dulu tesis lo. Baru ngomongin nikah," komentar Ben tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptopnya.
Mendengar itu, Emmy kontan mencebikkan bibirnya. Dia lalu mengalihkan perhatiannya pada Kara yang tampak menyandarkan bahu pada dinding ruang kerja Ben. Melihat ekspresi di wajah perempuan berkacamata itu, Emmy segera memusatkan perhatian padanya.
"Gimana ketemuannya tadi?" tanya Emmy sambil menyentuh bahu Kara.
"She hasn't changed. At all," jawab Kara. "Sama sekali nggak ada gunanya, Em. Gue juga nggak dapat informasi apa-apa tentang apa yang akan Enzo lakukan ke gue."
"Enzo?"
Mendengar nama itu disebut, Ben seketika mengalihkan tatapan dari laptopnya. Laki-laki itu lalu beranjak berdiri, kemudian menghampiri Kara.
"Are we talking about the same Enzo? That good for nothing traitor?" Ben berusaha memastikan, yang segera disambut anggukan Emmy. "What happened? What did I miss?" tanyanya lagi.
Emmy menatap Kara. Dia meminta persetujuan perempuan berkacamata itu menceritakan segala yang diketahuinya pada Ben. Kara hanya mengangguk singkat sebelum memutuskan untuk merebahkan diri pada sofa abu-abu di ruang kerja sahabatnya itu.
Setelah memperoleh persetujuan Kara, Emmy segera menceritakan apa saja yang telah terjadi pada perempuan berkacamata itu sejak dua hari lalu. Emmy menceritakan segala yang didengarnya dari mulut Kara pada Ben. Mulai dari kenyataan bahwa Bu Elia yang telah memesan kue dalam jumlah besar ke Magnolia, pertemuan Kara dengan perempuan paruh baya itu juga Enzo, seluruh kalimat menyakitkan yang keluar dari mulut laki-laki itu, ancaman tersirat berikut kiriman bunganya, permohonan Bu Elia untuk bertemu, hingga keputusan Kara yang akhirnya mau mengiyakan permintaan perempuan paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
Roman d'amourDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...