BAB 01. KE RUMAH ARIKO

68 59 278
                                    

"Cepet turun lo!" ujar Gavin–abang Diva, korban dari perampokan barang-barang yang Diva ambil.

"Iya-iya, gak ikhlas banget lo nganterin gue!" Diva turun dari motor Gavin dengan wajah yang ditekuk.

"Mana?" Diva mengerutkan keningnya, apanya yang mana, dia tak paham dengan ucapan abangnya ini.

"Duit. Lo kan tadi nebeng gue, gak ada yang gratis di kamus gue,"

Diva berdecak, "sama adek sendiri gitu, nih!" Diva memberikan selembar uangnya pada Gavin.

"Bodoamat." sahut Gavin langsung meninggalkan Diva di depan pintu gerbang sekolah.

Diva berjalan masuk, ia tidak habis pikir, bisa-bisanya dirinya punya abang seperti itu, kenapa dia harus ditakdirkan mempunyai abang seperti Gavin yang pelit, perhitungan, nyebelin! Cewek itu menghembuskan napasnya kasar, mood nya sedang tidak bagus untuk detik ini.

"Pagi bebep"

Diva memutar bola matanya malas, "bebep pala lo!" sepupunya ini semakin merusak mood nya saja.

"Ya elah emang cuma Ariko aja apa yang boleh panggil lo bebep?" ujar Raka merangkul sepupunya.

"Ariko gak pernah alay kayak lo, apaan bebep. Bebek kali!" cibirnya kesal.

Diva berdeham, dia menetralkan raut wajahnya. "LO TADI KEMANA ANJIR! GARA-GARA LO GAK DATENG KE RUMAH, SI GAVIN YANG NGANTERIN GUE, MANA MINTA DUIT LAGI!" teriaknya, Diva kesal karena Raka tidak jadi menjemputnya dan berakhir ikut bersama Gavin.

Raka menunjukkan senyumnya, "ya sorry, lagian lo sama abang sendiri jangan pelit-pelit" ucapnya terkekeh.

Diva berhenti, membuat sepupunya itu ikut berhenti, dia menatap Raka tajam, sontak membuat Raka memperlihatkan gigi rapinya dan jarinya membentuk 'v' pada Diva.

"Males gue sama lo!"

"Ya udah pergi lo" usir Raka.

"Lo ngusir gue? Hah!"

"Engga, maksud gue–AKH!" Raka meringis kesakitan, kakinya di injak Diva. Diva tidak main-main menginjaknya, sakit cuy.

Diva melenggang, meninggalkan Raka yang meringis kesakitan, habisnya Raka selalu membuatnya kesal. Cewek berponi itu berlari saat kedua netranya menangkap sosok sahabatnya, dia berlari menghampiri Syifani dan berakhir cewek itu akan menemani Diva di kelasnya.

                                           °°°°

"Kertas, batu, gunting!"

Syifani tersenyum, tangannya membentuk kertas sedangkan Diva membentuk batu, "dadah Diva," Syifani melangkah ke depan satu langkah sambil melambaikan tangannya ke Diva.

"Liat aja ya, gue bakal nyusul lo!" ucap Diva dengan tegas.

Kedua remaja itu bermain kertas, batu, gunting, untuk sampai ke parkiran, dan keduanya hampir sampai di parkiran. Mereka kembali bersaing, kali ini benar Diva yang menang. Tangan Diva membentuk gunting, sedang Syifani membentuk kertas.

"Kan apa gue bilang, gue bakal nyusul lo," Diva tersenyum bangga saat ucapannya tadi jadi kenyataan.

"Iya-iya, cepet maju lo."

Diva mengangguk, cewek itu akan melangkah ke depan untuk menjajarkan dirinya dan Syifani, tapi naas belum sempat melangkah seseorang menahan tasnya dari belakang. Dia berdecak kesal sambil memutar tubuhnya ke belakang untuk melihat siapa yang sudah menahannya.

"Kenapa?" tanya Ariko saat melihat wajah masam Diva.

Diva melepaskan tangan Ariko dari tasnya dengan kesal, "ya pikir lah!"

"Lo pulang aja, Syif. Diva bareng gue," ucap Ariko pada Syifani.

Cewek itu mengangguk mengerti, sebelum dia meninggalkan Diva dan Ariko, Syifani berpamitan dengan keduanya. Diva ingin melarang Syifani meninggalkannya, tapi sayangnya mulutnya di bekap tangan besar Ariko yang mengakibatkan dia tidak bisa bersuara. Setelah Syifani pergi, Ariko melepaskan tangannya untuk membekap Diva tadi.

"Ih! Iko, aku mau main ke rumah Syifani, tau!" omelnya.

Ariko merangkul Diva, mereka melangkah mendekati motor Ariko, "gak inget?" tanya Ariko memastikan.

Diva mengerutkan keningnya, "inget apa?" tanya balik, jujur dia tidak ingat yang di maksud Ariko.

Cowok berjaket hitam itu memasangkan helm ke kepala Diva, "ke rumah." jawabnya menjauh, kini dia memakai helm fullface nya.

"Oh iya!" Diva tersenyum senang setelah mengingat bahwa Ariko akan mengajaknya ke rumahnya. Setelah Ariko menaiki motor, Diva pun menyusul cowok itu naik ke motor Ariko.

Motor Ariko sudah meninggalkan kawasan SMA Bangsakarya, Diva mempereratkan lingkaran tangannya di perut Ariko. "Mama di rumah?" tanya Diva.

Cowok itu mengangguk kecil, "iya, Mama juga udah nanyain lo. Fiyo juga neror gue terus buat bawa lo ke rumah" balasnya yang mendapat kekehan dari Diva. Padahal baru seminggu dia tidak main ke rumah Ariko.

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai di rumah Ariko, keduanya turun dari motor seusai sampai di rumah itu. Cowok itu langsung membawa Diva masuk ke dalam rumah.

"KAK DIVA!"

Kedua remaja yang berseragam itu kompak menoleh pada suara yang menggema, di atas tangga sana terdapat tiga anak kecil yang menuruni anak tangga. Fiyona tersenyum antusias mendekati kedua remaja itu, Diva dan Fiyona bertos ria ketika Fiyona sudah ada didekatnya.

"Gue ke atas dulu," pamitnya kepada Diva, cewek itu mengangguk paham.

"Hai Kak Diva," sapa Rey–tetangga Ariko sekaligus teman Fiyona dan Nevan–saudara kembar Fiyona, anak kecil itu juga bertos dengan Diva, diikuti Nevan.

"Kak," sapa Nevan.

"Kalian mau kemana?" tanya Diva pada dua cowok itu, dia melihat bola yang berada ditangan kiri Nevan.

"Mau main bola di lapangan depan komplek, Kak." jawab Rey. Diva mengangguk, "kita main dulu ya Kak" pamit kedua anak kecil itu pada Diva.

"Hati-hati, jangan jauh-jauh loh, Nev, Rey"

Setelah kepergian dua anak kecil itu, Fiyona menariknya ke atas, bocah itu membawa pacar abangnya ke kamar. Fiyona mengajak Diva untuk main guru-guruan, yang berakhir Diva menjadi murid Fiyona.

                                          °°°°

°See you next part°

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang