BAGIAN III

27 1 0
                                    

Hari menjelang sore sekitar 17.00 waktu setempat. Kini dua kakak beradik Bratadikara telah sampai di Korea Selatan. Keduanya hanya bepergian berdua tanpa membawa satupun pengawal Bratadikara.

Mereka telah terbiasa bepergian ke luar negeri meskipun ini adalah kali pertama mereka bepergian benar-benar sendiri. Mereka menyiapkan sendiri mulai dari tiket dan segala akomodasi di luar negeri seperti tempat menginap, makanan, dan juga kendaraan.

“Kenapa kakak yakin kalau jodoh kakak ada di negera ini?”

“Bukankah dari namanya sudah jelas kalau dia orang Korea. Lagipula kita sudah mencarinya di internet dan dia benar ada di sini. Bahkan dia juga pemegang kursi CEO di suatu perusahaan.”

“Bagaimana kalau hanya kemiripan nama?”

“Kita akan pikirkan itu nanti. Yang jelas sekarang kakak sangat yakin jika dialah orang yang kita cari. Ayo cari taksi, kita harus istirahat dulu.”

Kemudian keduanya meninggalkan area bandara internasional Incheon. Menaiki taksi keduanya menuju rumah sewa yang akan mereka tempati selama mereka mencari jodoh Alice. Rumah yang mereka sewa berada di kawasan yang ramai dan strategis dekat daerah gangnam. Mereka sengaja memilih daerah yang dekat dengan gangnam dan bukan daerah gangnam sendiri. Bukan karena biaya sewa tentunya.

Mereka menyukai hal-hal yang sederhana seperti rumah yang akan mereka tempati sementara. Rumah ini hanya satu lantai dan cukup minimalis. Ada satu garasi dengan beberapa ruangan, seperti ruang tamu, kamar tidur dua ruang, dua kamar mandi, dan satu dapur yang lengkap dengan peralatannya.

****

“Menurutmu kenapa daepyo-nim tidak pergi ke kantor selama seminggu ini?”

“Entahlah, beliau memiliki kesibukan yang bahkan hampir sama dengan presiden. Mungkin beliau sedang mengurus kerja sama dengan pihak luar.”

“Aniyo, ku dengar tidak ada jadwal kerja sama baru yang harus diurus. Dan beliau juga tidak mengambil jadwal cuti atau bepergian, huft aku merindukan pria tampan.”

“Iya, kau benar. Hampir semua karyawan wanita menyayangkan absennya beliau dari perusahaan. Tidak ada lagi prince charming yang begitu humble dan friendly.”

Mengabaikan karyawan wanita yang sedang bergosip, seorang lelaki berpangkat direktur sedikit mengerutkan kening sembari memeriksa dokumen yang tiada akhirnya, justru semakin menumpuk dan menggunung. Ketukan pelan terdengar dari arah pintu dan tak lama kemudian masuklah lelaki lain yang merupakan teman seperjawatannya.

“Mwo hae yeogi isseo?” sang tamu berjalan menghampiri dan mengambil kursi untuk duduk tepat di depan meja  sebelum menjawab pertanyaan yang ditujukan untuknya.

“Apa kau tidak khawatir dengan daepyo-nim. Sudah seminggu dia mengurung diri di rumahnya tanpa membiarkan siapapun merawat atau bahkan menjenguknya. Dia akan baik-baik saja kan?”

“Sebenarnya aku juga merasa khawatir dengannya. Setelah melihat cahaya kehidupan tetua penyihir redup dan bahkan sekarang mati, dia seperti kehilangan cahaya kehidupan. Tapi hal itu bisa dimaklumi. Bagaimanapun tetua penyihir lah yang merawat mate nya. Dan dia belum pernah bertemu barang sekalipun dengan jodohnya itu. Meskipun hanya dari selembar kertas.”

“Apa tidak ada petunjuk tentang keberadaan mate dari daepyo-nim?”

“Sama sekali tidak ada. Karena semenjak dia lahir dia telah dibawa pergi dari negeri ini oleh tetua penyihir sebelum kita mengambil tanda kehidupannya.”

“Kenapa juga dia membiarkan sang mate pergi dari sisinya.”

“Tidak ada pilihan lain, mereka harus dipisahkan sebelum pasukan lintah menyerang dan menghabisi kaum kita. Kau tahu sendiri waktu itu kaum kita sedang dalam krisis dan tidak memungkinkan untuk melakukan peperangan. Terlebih lagi ada ramalan tentang pasangan dari raja lintah itu yang akan lahir dari klan tetua penyihir. Semakin berbahaya jika para lintah mengetahuinya.”

“Demi dewa bulan, kenapa seperti ini semuanya menjadi semakin rumit. Pasti daepyo-nim sekarang sangat  lemah baik fisik atau psikisnya.”

“Itu pasti. Bagaimana kalau malam ini kita pergi ke kediamannya. Lama-lama aku juga tidak tahan jika dia terus bersedih seperti ini. Auranya sedikit redup dua hari terakhir.”

“Tentu, aku akan ikut nanti malam.”

****

Di tempat lain di suatu mansion yang didominasi warna merah dan hitam, terdapat sesosok lelaki yang duduk di kursi laksana singgasana kerajaan. Di sampingnya berdiri seorang lelaki yang sedang menyampaikan informasi penting padanya.

“Your Majesty, tidak ada tanda-tanda alpha Kim akan keluar dari kediamannya. Melihat sepinya suasana sepertinya selama seminggu ini pelayan ataupun karyawan lain termasuk bawahannya tidak diperbolehkan mengunjungi kediaman.”

“Benarkah, aku penasaran dengan pemimpin anjing itu. Apa yang terjadi padanya sampai dia mengurung diri seperti dalam masa berkabung.” Mendengar kata berkabung memunculkan pemikiran pada sang informan. Meskipun sedikit ragu dia akhirnya menyuarakan pemikirannya.

“Jika benar ini adalah masa berkabung, apakah ini tentang tetua penyihir yang kabur itu?” mendengar kata penyihir membuat lelaki yang duduk di singgasana menjadi tegang. Sontak tangannya terkepal dan giginya bergemeletuk menandakan dia sedang menahan amarahnya.

“Tetua penyihir katamu? Sialan setelah puluhan tahun tidak terdengar kabar, apakah akhirnya dia muncul hanya untuk mengabarkan kematiannya?”

“Kita harus memastikannya. Bagaimanapun dia adalah kunci dari keberadaan ratuku. Terus awasi anjing itu dan beritahukan padaku apapun yang kau temukan.”

“Yes, Your Majesty.”

Malam harinya kedua lelaki yang memutuskan untuk mengunjungi boss besar mereka telah berada di perjalanan. Setelah mereka memasuki kawasan hutan, di pertengahan jalan mereka menghentikan mobilnya. Mereka memasuki kediaman yang berdiri satu-satunya di sini. Memasuki gerbang mereka telah disambut beberapa orang yang tengah membungkukkan badan sebelum menyapa mereka.

“Salam beta Goo, gamma Jeon.”

“Bagaimana keadaan sekitar?”

“Seperti biasa Beta Goo, pengunjung yang berdatangan kebanyakan adalah manusia yang ingin melaukan penelitian. Sisanya adalah pengunjung dari kaum penyihir atau rubah yang datang untuk mencari tanaman herbal dan hewan buruan. Itu pun tidak memasuki kawasan utama.”

“Bagus. Bagaimana dengan kaum lintah penghisap darah itu?”

“Seperti biasa mereka terus memantau kawasan kita dari luar batas daerah. Selama mereka tidak melewati batas, kami tidak pernah melakukan tindakan apapun.”

“Tidak kusangka, lintah Jung itu masih berdiam diri dan hanya memantau.”

“Menurutmu apa yang bisa dia lakukan jika dia juga dalam keadaan yang sama. Sama-sama terpisah dari sang takdir bahkan sebelum mengetahui jika mereka ada.”

Setelah memeriksa semua laporan kedua lelaki yang disebut beta Goo dan gamma Jeon melanjutkan perjalanan menuju kawasan hutan yang lebih dalam yang mereka sebut kawasan utama. Kawasan utama merupakan kawasan yang dihuni oleh pemimpin mereka beserta bawahan langsung sang pemimpin. Tidak butuh waktu lama mereka telah sampai di kediaman sang pemimpin. Suasana gelap menyambut kedatangan mereka berdua.

Tanpa basa basi mereka langsung membuka pintu utama dan menyalakan seluruh lampu yang berada di lantai satu beserta halaman. Setelahnya, mereka menuju ke lantai dua kamar paling pojok. Kamar yang menjadi relung sang pemimpin untuk meratapi nasibnya. Dibukanya pelan pintu kamar kayu yang kokoh itu. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah kamar yang remang-remang dari pencahayaan bulan yang terpantul dari jendela kaca.

“Ada apa?”

“Apa yang kau lakukan dalam keremangan seperti ini?”

“Benar. Berhentilah meratapi keadaan yang tidak diketahui kebenarannya.”

“Junhoe, Jungkook, tetua penyihir telah tiada. Tidak bolehkah aku berduka untuk kepergiannya?”

“Benar, tetua penyihir telah meninggal. Tapi kau tidak seharusnya terus berkabung dengang menyiksa diri sendiri seperti ini.”

“Dia telah pergi membawa mate ku. Aku tidak tahu dimana dia sekarang. Lucu sekali, apa maksudnya sekarang, bahkan aku tidak mengetahui keberadannya sedari dia masih dalam kandungan.”

“Kenapa kita tidak bisa melacak keberadaan tetua penyihir padahal kita memiliki tanda kehidupannya?”

“Ingatlah Jungkook, dia adalah tetua penyihir. Dengan gelar itu bisa dipastikan di tingkat mana kekuatannya. Dengan mudah dia bisa menyembunyikan keberadaannya dengan mantra ajaibnya.”

Ketiganya kembali terdiam merenungi perkataan sang boss. Diam-diam Goo Junhoe dan Jeon Jungkook merutuki tetua penyihir yang tidak meninggalkan petunjuk apapun pada mereka. Jika keadaan dibiarkan seperti ini tidak menutup kemungkinan kaum penghisap darah itu akan menyerang mereka.

Mereka akan memaksa mereka memberitahukan keberadaan ratu mereka, pasangan jiwa dari raja mereka. Sungguh memusingkan, bagaimana mereka bisa memberitahukan jika pemimpin mereka juga tidak mengetahui dimana pasangannya. Ya meskipun jika mereka tahu mereka tidak akan memberitahukannya juga. Kenapa harus, toh ini adalah kesalahan mereka sendiri yang dengan bodohnya telah berkhianat.

Golden RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang