Geva berdiri di samping mobilnya, menatap ke arah jam tangannya sesekali. Jika bukan karena paksaan mamanya mungkin Geva tak akan berada di tempat ini sekarang.
Badannya langsung berdiri tegak ketika dari kejauhan ia melihat Shakira yang datang sambil menggandeng tangan seorang perempuan sepantaran Geva.
"sumpah, kenapa gue harus ikut juga coba." Ujar Jeje kesal.
Geva menatap adiknya yang duduk di dalam mobil dengan santai. Muka kesal Jeje masih tercetak jelas.
"tanya aja sama mama." Jawab sang kakak malas.
"GEVAAA!!!"
Tubuhnya langsung diterjang dengan pelukan erat, cowok itu bahkan hampir kesulitan bernafas. Jeje menatap jijik keduanya, cewek itu langsung mengalihkan tatapannya begitu saja.
"hai, Jeje!" sapa Olin dengan senyum yang begitu lebar.
Jeje hanya balas tersenyum paksa. "Olin pulang ke rumah kita, ya? Katanya tadi papa kamu lagi sibukkan?" ucap Shakira lembut.
"iya, tante." Jawab Olin ramah.
"Geva, tolong masukin barang-barang Olin ke bagasi." Shakira memerintah.
Melihat sang kakak yang langsung menuruti tanpa menolak membuat Jeje mendengus kesal.
"yang punya barang siapa yang di suruh-suruh siapa." Gumam Jeje.
Olin hanya bisa tersenyum kecil mendengar ucapan cewek tersebut. Selesai Geva memasukkan koper Olin cowok itu langsung duduk di bagian kemudi.
"Olin duduk di depan aja, di sebelah Geva." Ucap Shakira ketika cewek itu hampir saja membuka pintu belakang.
"enggak usah, tante. Olin di belakang aja sama Jeje."
"jangan. Di depan aja." Shakira membukakan pintu dan menarik Olin agar duduk di depan.
Cewek itu pada akhirnya duduk di depan dan Shakira duduk di belakang bersama Jeje. Olin tersenyum lebar ketika pandangan keduanya bertemu, sementara Geva hanya menatapnya dingin.
***
"kamu dari mana?" tanya Lucy yang sedang duduk di ruang tamu dengan TV yang menyala dan sebuah majalah di pangkuannya.
"habis dari gereja sama Fany." Jawab Raline.
Cewek itu berjalan mendekat lalu duduk di singel sofa yang berada samping sofa panjang tempat mamanya duduk.
"mama kapan sampai di rumah?" tanyanya hati-hati.
Lucy menutup majalah yang di bacanya kemudian menatap anak bungsunya tersebut. "tadi jam empat, kamu ganti baju sana, sudah mama siapkan bajunya di atas kasur."
"emang kita mau kemana?"
"makan malam di luar. Udah buruan sana."
Raline segera beranjak dari duduknya, sesampainya ia di kamarnya sebuah dress berwarna putih sudah berada di atas kasurnya. Ia berjalan mendekat, mengambil dress tersebut dan menatap ke arah cermin.
Tanpa pikir panjang lagi Raline langsung pergi ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Tumben sekali Lucy ingin mengajaknya makan malam di luar hari ini.
Mamanya selalu sibuk bekerja, jarang pulang ke rumah, lebih sering menginap di kantor biasanya. Hubungan Raline dan Lucy pun tak begitu dekat sejak ia kecil. Mamanya itu sangat sibuk mengajar balet.
Jadinya masa kecil Raline lebih sering di habiskan dengan sang papa saja. Ia juga memiliki kakak laki-laki, sekarang sudah menikah dan tinggal di Australia. Jika ditanya ke mana papa Raline pergi.
Beliau sudah meninggal semenjak Raline berumur sepuluh tahun, terkena serangan jantung sewaktu di kantor. Dan semenjak itu Raline jadi hidup sendiri di rumah tersebut.
"tumben ngajak makan malam di luar?" tanya cewek tersebut ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
Lucy hanya melemparkan senyum kecilnya. "mama lagi pengen." Jawab wanita tersebut.
Sepanjang perjalanan menuju ke restoran yang mereka tuju keadaan mobil hanya diisi oleh keheningan. Tak ada percakapan atau musik yang mengisi mobil. Keduanya sama-sama merasa canggung karena jarang sekali bertemu.
Sesampainya di restoran, keduanya langsung di tuntun oleh pelayan untuk pergi ke meja yang sudah Lucy pesankan. Sebuah private room. Di atas meja sudah diisi dengan berbagai macam makanan khas eropa.
"mama ngundang orang juga?" tanya Raline lagi ketika melihat jumlah piring yang ada di atas meja lebih dari dua.
"tunggu aja, ok?" Lucy menggenggam lembut tangan anaknya tersebut.
Raline merasa sedikit curiga. Sekitar tiga menit keduanya menunggu di ruangan tersebut sampai pintu kembali di buka oleh pelayan. Seorang pria dengan tuxedo hitam masuk ke dalam ruangan.
Lucy bangkit berdiri, tersenyum lebar ke arah pria tersebut yang mana membuat Raline bangkit berdiri juga. Ia semakin merasa curiga sekarang dengan mamanya.
"ini mama enggak mungkin jodohin gue, kan? Tuhan, Raline belum siap menikah." Batin cewek tersebut.
Ia balas menjabat tangan pria tadi disertai dengan senyum kecilnya. "nama om Raymond Theodore."
"Raline Zafira." Balasnya.
Ketiganya kembali duduk di kursi masing-masing, sempat Raline lihat jika mamanya dan om Raymond bertukar pandang dengan melempar senyum penuh makna ke satu sama lain.
"oh ya, anak-anak kamu mana?" tanya Lucy.
"mereka katanya nyu—"
Belum sempat Raymond menyelesaikan ucapannya, pintu kembali terbuka. Raline yang tadinya sedang minum buru-buru meneguk air yang ada dimulutnya.
"nah, itu mereka datang." Ucap Raymond.
Raline ikut berdiri saat mamanya juga beranjak berdiri. Ia tak dapat melihat jelas wajah anak dari Raymond karena tubuh sang mama menutupi pandangannya.
"astaga Olin, kamu makin cantik aja. Tante kangen sama kamu." Ucap wanita itu kemudian menarik tubuh gadis di depannya ke dalam pelukannya.
Raline terdiam memaku di tempatnya berdiri, ia meremas bawah dressnya ketika pandangannya bertemu dengan iris mata coklat Olin. Jantungnya memacu dengan cepat.
Olin tersenyum miring, balas memeluk Lucy sambil terus memandang Raline.
"halo, Raline." Sapa cewek itu tanpa suara.
TBC.
setelah sekian lama~~~
i'm so sorry guys baru bisa up sekarang, I'm busy with my collage life (sok sibuk), wkwkwk
berhubung ini tahun baru, jadi kenapa enggak aku up cerita ini kan ya dari pada berdebu :)
jangan lupa tekan bintangnya ya teman-teman ★
and happy new year for all of us, hopefully in this new year we will get many blessing, everything that has not been achieved in the previous year can be achieved. tetap semangat jalanin hidup🤍
bye guys! see you in the next chapter🖐🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Teen Fiction"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...