Ah, Hari Valentine.
Hari dimana para gadis memberikan hadiah untuk mengungkapkan perasaan mereka kepada orang yang mereka suka. Hadiahnya antara cokelat,..... Oke, cuma cokelat doang yang muncul di kepala. Maklum, masih pagi.
Entah kenapa para gadis ribet banget sama tanggal 14 Februari ini. Itu cuma hari biasa! Kayak, heh???
Kenapa? Gue keliatan kesel? Emang!
Maaf sekali lagi. Ini dampak yang terjadi jika terlalu lama sendiri, dan ngga ada orang yang ngasih hadiah di hari yang super biasa ini. Gue ngga jealous, kok. Ngga sama sekali.
Untungnya, gue menemukan ide untuk membuat hari ini menyenangkan. Well, gue sama Peter, sih. Kenapa sama Peter doang? Kalian udah liat tiga sahabat kita? Yang punya mata sehat pasti bisa tau kenapa kita berdua ngga pernah jadi pilihan orang untuk disukai.
Oke, balik lagi. Jadi kita mengadakan sebuah kompetisi, siapa yang dapet hadiah terbanyak di hari ini bakal memenangkan sebuah permen yang harganya tinggi banget kayak Remus. Pake duit yang kalah pastinya. Maksud dari hadiah ini bukan hadiah buat kita, nonono. Hadiah ini pastinya untuk para 'pencuri hati' di Hogwarts yang merupakan 3 sahabat kita, James, Sirius, dan Remus. Kadang ngga ngerti gue, kenapa para gadis bisa suka sama mereka. James terlalu bucin, Sirius...punya banyak bawaan, dan Remus terlalu sibuk sama pendidikan dan masalah berbulunya.
Sekarang pas dipikir lagi, kenapa gue bisa temenan sama mereka dah?
Pas sampe di aula utama yang masih rada sepi, langsung aja ketemu Remus yang lagi baca. Jadi gue langsung mendudukkan diri di sampingnya, sebelum Sirius dengan santainya mengambil kursi yang udah gue TEP. Kampret emang tu orang, udah jelas gue mau PDKT malah dihalangin mulu. Lebih parahnya dia juga tau gue suka sama tiang itu, jadi setiap kali ngeliat Sirius ngobrol sama Remus jadi bikin was-was.
"Pagi, Remus," Sapa gue.
"Pagi," Remus menatap gue sekilas, "Lo pasti lagi ngerencanain sesuatu,"
Gue naruh tangan ke depan dada, "Gue sakit hati lo nuduh gitu,"
Dia tertawa kecil, "Asal ga ada yang patah tulang aja, udah bersyukur gue,"
"Tenaang, ngga bakal ada yang masuk rumah sakit. Everything will be a-okay." Gue memberikan tanda OK dengan jari.
Saat itu juga, Peter, James, dan Sirius masuk ke aula utama. James dan Peter duduk di seberang kita berdua, sedangkan orang terkutuk berambut panjang itu langsung menempatkan dirinya di sisi Remus yang lain.
"Hai, Remus. Mau denger cerita gue ngga?" Sirius memberikan gue wajah isengnya dari seberang Remus. Gue perlahan mengarahkan jari tidak sopan kepadanya.
Untungnya, Remus ngga menghiraukan ocehan Sirius, "Kalo ceritanya tentang musang putih yang terus lo mimpiin, gue ngga tertarik," matanya tidak meninggalkan buku yang dibacanya sama sekali. Sekarang pas diliat lagi, kok kayaknya masih di halaman yang sama sejak gue sampe, ya? Apa tulisannya begitu kecil sampe dia lama baca?
Tapi pikiran gue teralihkan karena Peter mendekatkan dirinya untuk membisikkan sesuatu, "Gue udah dapet 2 kado," Sebuah senyum puas terlukis di wajahnya setelah dia mundur.
"Curang! Lo kan ada di kamar cowok!"
"Eh! Liat deh," James tiba-tiba menyela. Otomatis mata kita semua mengarah ke arah pandangannya James, "Lily ganti style rambut, ya?" begitu mendengar nama Lily, serentak kami kembali menghadap meja sambil menghela napas. "Ra," Panggilnya, tapi gue biarin aja. Udah tau dan capek dengan pertanyaan yang sama. Namun, laki-laki berkacamata itu ngga menyerah, "Amara,"
KAMU SEDANG MEMBACA
harry potter oneshot kinda
Fanfictionisinya yah itu sesuai judul mostly fluff and hurt/comfort bcs my love language is words of affirmation :]]]] warning; - pake bahasa lokal (gue-lo), - POV pertama, - cringe (tapi kalo tetep mau baca saya rekomendasikan bacanya pas udah ngantuk) *...