Koma

111 22 0
                                    

KOMA || JEDA

Seberapa lama pun kau menunggu usai, itu tak akan pernah terjadi. Bahkan ketika kau tak ada, cerita masih berlanjut meski sudah di beda dunia.

{, & .}

Lonceng di depan pintu masuk berbunyi. Terlihat seorang gadis tergesa-gesa berjalan mendekat ke arah Meira yang tengah membersihkan meja.

Meira yang menyadari kedatangan temannya itu mendengus. "Dateng juga lo."

Gadis itu tercengir. "Hehe... maapin gue, Mei," ringisnya merasa bersalah lalu melanjutkan, "Si Mahen tuh rese banget, nahan-nahan gue mulu."

"Gitu-gitu lo suka, kan?" tanya Meira dengan nada meledek.

Gadis itu—Anastya—tersipu malu dengan ledekan yang dilontarkan Meira. "Ya suka lah!" Akunya.

"Ha. Luluh juga kan lo akhirnya." Meira semakin meledek gadis berpipi bulat tersebut. "Dulu aja ogah-ogahan dideketin. Kalo—"

Anastya tiba-tiba memeluk Meira erat untuk menghentikan gadis itu. "Makasih banyak udah mau gantiin shift gue, ya. Jadi makin sayang gue sama lo."

Meira meronta minta dilepaskan.  "Gue nggak bisa napas!"

"Ehehe, sorry-sorry." Anastya cengengesan lalu mengambil serbet yang dipegang Meira.

"Sekali lagi makasih, ya."

"Nggak masalah. Kayak sama siapa aja sih lo." Meira mengambil slingbag-nya.

"Ti-ati!"

Meira merespon dengan mengacungkan jempolnya ke udara, setelahnya dia berjalan keluar cafe.

Udara malam ini tampaknya lebih dingin dari biasanya. Meira memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie yang ia kenakan.

Meira Dysdti. Si anak sebatang kara yang sedang mengenyam pendidikan di salah satu universitas yang ada di kota Ceres—Starlight University.

Tidak mudah bisa masuk ke perguruan tinggi tersebut, apalagi dirinya mendapatkan beasiswa.

Meira hanya berasal dari panti asuhan yang berada di pinggiran kota. Setelah tamat SMA Meira memutuskan keluar dari panti asuhan untuk kuliah sekaligus kerja.

Di kota ini Meira nge-kos. Cafe tempat dia bekerja tak jauh dari kos-kosannya. Saat sampai di depan gerbang kos-an, langkah Meira terhenti karena matanya menangkap sesuatu yang tampak bersinar dari samping tempat sampah.

"Apaan tuh?" Meira mendekat dan mengambilnya ragu-ragu.

Sebuah kalung.

Kalung itu terlihat simple, dengan permata berwarna hijau yang menurut Meira terukir seperti pohon, menjadi mainan kalung tersebut.

"Kalung siapa nih? Perasaan nggak ada anak kos yang punya kalung begini."

Meira tahu.

Sebab teman-teman yang tinggal satu atap dengannya adalah orang yang sama seperti dirinya. Mereka berkumpul karena merupakan rekan seperjuangan.

Meira hendak meletakkan kembali kalung tersebut pada tempat asalnya. Mungkin saja ada yang kehilangan dan mencari.

Kalung itu semakin bersinar saat Meira meletakkannya, seperti benda yang kehilangan pemilik dan tengah mencari pemiliknya melalui cahaya.

Tapi Meira merasa itu adalah hal yang biasa, sebab dirinya berada di tempat gelap. Wajar jika benda itu terlihat bersinar.

Meira memutuskan mengambil kembali kalung itu dan mencari pemiliknya esok hari atau bertanya kepada penghuni kos-an. Jika nanti kalung itu dia biarkan di sini, bisa jadi orang-orang tak berhati yang mendapatkannya.

Koma, Spasi, dan Titik. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang