BAB XX Entek Atine

580 72 1
                                    

SELAMAT SORE SEMUAA...
KITA KETEMU LAGI🙋

AKU JUGA MAU NGUCAPIN SELAMAT TAHUN BARU DENGAN BAB BARU PASTINYA😊😁

JANGAN BOSEN UNTUK BACA KELANJUTAN JAMANIKA YAH!

JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT

SELAMAT MEMBACAAA.....

***************

Kejahatan tidak akan selamanya terkubur.
Dia seperti biji yang akan muncul menjadi tunas. Semua akan terlihat.
Biji yang kau tanam sendiri.

_Anila

***************

Tanpa pasukan, tanpa jabatan, tanpa senjata. Hanya dia. Tangan memacu kencang kuda melaju cepat tanpa henti kuda hitam sebut saja Harsa yang berarti 'sebuah kegembiraan' ini seperti pertama kali saat bertemu dengannya. Teman seperjuangan dalam berbagai peperangan.

Misi terakhir untuk mendekati sebuah kematian. Tidak akan pernah kembali itu yang mereka katakan. Kemarahan masih berkobar di tanah pasundan. Tanggung jawab dan itu satu-satunya cara demi seseorang.

"Hanya perlu satu lagi yang kamu perlu kerjakan. Jika kamu ingin dia masih hidup," ancam Menteri berkumis hitam bercampur putih.

"JIKA KAMU BERANI MENYENTUHNYA. KAMU MATI!!!" tegas Mada semakin menekan dada Menteri keras.

"Kamu hanya perlu menerima misi terakhir." Sudut bibir terangkat. Senang melihat Mada lemah.

Hanya perlu mengandalkan dirinya sendiri. Walau tidak akan pernah tahu apakah bisa kembali dalam pelukannya. Jika takdir bisa melakukan itu maka dia hanya perlu melawan. Tidak akan pernah terjadi. Semua yang telah dilalui akan menjadi kisah hangat dalam kehidupan. Satu kesempatan. Kesempatan untuk kembali dalam menjemputnya untuk kembali dalam pelukannya. Hidupnya lebih penting dari apapun sekarang.

"Jagadewabatara tolong jaga dia sampai saya kembali," batin Mada dengan memacu kencang tali pelana.

Terhenti tepat didepan gerbang. Pasukan berpakaian lengkap penuh membentuk lingkaran siaga menyerang. Mada mengangkat kedua tangan kemudian turun dari kuda.

"Tangkap dia!" suruh salah satu prajurit.

"Dengar! Kedatangan saya kesini untuk-" ucapan Mada terpotong sebuah tendangan keras pada kaki membuatnya tertunduk. Mada tahu ini pasti akan terjadi. Tidak ada perlawanan apapun yang Mada berikan karna akan lebih memperkeruh keadaan.

Pasukan Padjajaran membawa Mada seperti tahanan. Sebuah kotak kayu bersamanya juga ikut disita. Penyiksaan dimulai kedua tangan terikat pada batang kayu. Tempat khusus untuk menyiksa penjahat. Mereka hanya prajurit tingkat bawah tentunya Mada mampu mengalahkan mereka semua untuk menghindar tapi dia hanya diam menahan kesakitan menunggu keturunan terakhir Kerajaan Padjajaran datang.

AAAAA.....

Teriakan akhirnya terdengar. Ini adalah batasnya.

"HENTIKAN!"

Perlahan Mada mengangkat kepalanya terengah-engah. Rambutnya basah karna keringat. Bibir memucat tidak ada sedikit kemerahan tertinggal.

"Paduka!" lirih Mada menatap penuh.

"Apa yang sebenarnya kamu lakukan disini? Menyerahkan nyawamu?" tanya Adik Dyah Pitaloka tegas. Tatapan tajam berapi-api. Tangan mengempal sampai buku-bukuannya memutih menahan amarah. Aura kepemimpinan Wastu Kancana bisa Mada rasakan.

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang