36

1K 172 34
                                    

Di dalam mobil Eca melirik Jaka yang kelihatan masih marah setelah mendengar ucapan sepupunya tadi. Sejujurnya Eca penasaran apa yang Abi bisikan sampai membuat Jaka kelihatan marah, ingin bertanya tapi Eca terlalu takut malah membuat mood Jaka jelek.

Jaka yang merasa gadis di sebelahnya bergerak gelisah menoleh, "ada apa Ca?" Tanya Jaka.

Eca menggeleng. "Kamu marah ya, maaf Jaka."

"Hm? Kok lo minta maaf."

Eca memperhatikan Jaka kemudian lagi lagi menggeleng dengan lucu. Eca merasa kasihan kepada Jaka, hidupnya terlalu dikelilingi oleh orang orang dengan kepribadian negatif, dari teman masa SMA Jaka, keluarga Jaka bahkan sampai sepupu sepupu Jaka pun bisa dibilang orang toxic, Eca jadi khawatir dengan Jaka.

Abang Jaka saja, Sekala yang menurut Eca punya kepribadian ceria dan menyenangkan.

"Ca kenapa lo yang minta maaf? Harusnya gue yang minta maaf karna tiba tiba bilang kalau lo itu cewek gue, maaf ya." Jaka mengaruk garuk tenguknya, salah tingkah.

Eca mengangguk tidak mempermasalahannya. "Jaka, kamu hati hati ya."

Jaka menoleh mengerutkan dahi. "Maksud lo hati hati apa Ca?"

"Aku tau kamu sebenarnya orang baik tapi di lingkungan yang nggak tepat. Aku nggak bilang kalau keluarga kamu buruk, nggak sama sekali. Ayah kamu baik, Mama tiri kamu juga orang baik, apalagi abang kamu tapi nggak tau kenapa aku ngerasa kamu harus extra hati hati. Jangan kemakan arus mereka, ikuti kata hati kamu aja."

Jaka tidak mengerti pembicaraan apa yang diomongan oleh gadis ini.

"Lo lagi ngomong tentang apa sih Ca?" Tanya Jaka.

"Bukan apa apa."

Eca menutup mulutnya.

"Ca gue boleh nanya nggak?" Tanya Jaka ketika mobilnya berhenti di lampu merah.

Eca mengangguk.

"Lo kenapa masih aja baik sama gue? Setelah semua hal yang gue lakuin dulu ke lo? Kenapa juga mau maafin gue padahal jelas jelas dulu gue jahat banget sama lo dari bully sampai ngatain fisik lo segala macem."

"Kalau ada orang lain yang memperlakukan kamu dengan buruk, jangan pernah bales perbuatannya dengan cara yang sama itu tandanya kita nggak ada bedanya. Aku pernah baca kata itu di sebuah buku, mungkin bisa jawab pertanyaan kamu."

"Dan soal kamu ngatain fisik aku dulu, buat aku pribadi nggak masalah karna setelah semua hinaan kamu dan temen temen kamu dulu, aku bisa jadi Eca yang sekarang, Eca yang lebih paham soal kesehatan dan nggak cuma makan doang," ujar Eca tulus. "Mungkin luka sama traumanya nggak bakal bisa sembuh dengan cepet, apalagi di proyek film Kak Tayo ada Kak Emma sama Kak Monika, mereka yang dulu mati matian bully aku padahal aku pribadi udah janji sama diri sendiri untuk nggak berurusan sama orang di masa lalu, tapi emang nggak ada yang bisa di prediksi sih."

"Tapi gapapa, Eca yang dulu sama Eca yang sekarang itu dua orang yang beda. Aku belum terlalu kuat sih tapi setidaknya Eca yang sekarang lebih berani dan nggak merasa sendiri lagi, ada banyak orang yang ternyata sayang sama aku."

Rasanya Jaka ingin mengubur dirinya mendengar curhatan panjang dari Eca. Gadis ini terlalu baik, membuat Jaka merasa minder.

Pemuda itu tiba tiba menepikan mobilnya dan kini menutupi wajah dengan kedua telapak tangan, Jaka tak bisa menahan tangis teringat saat saat dulu Eca dia jadikan bahan bullyan dengan teman temannya. Hanya karna kemiripan wajah dari selingkuhan ayahnya membuat Jaka berubah menjadi seorang monster dan semena mena kepada perempuan, padahal sejak dulu mendiang bundanya tidak pernah mengajarkan Jaka berbuat kasar.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang