"Aku selalu peduli padamu." ~ Jotaro Kujo.
¤¤¤
Salem membawa Furash, Raven dan Alvia ke atas jurang melalui sebuah jalan setapak yang berundak-undak dan berliku. Jalan ini terletak di utara jurang, tersembunyi di balik reruntuhan batu dan akar yang tumbuh liar. Hanya inilah jalan keluar dari dasar jurang, tidak ada yang mengetahuinya selain Salem.
Untuk sampai ke sana, seseorang harus melewati hadangan ratusan ghoul dengan berbagai macam ukuran dan rupa yang mengerikan.
Bagi manusia, itu adalah hal yang sulit dilakukan. Namun, tidak bagi Salem yang entah kenapa dapat membuat para ghoul tersebut tunduk di hadapannya.
Sesampainya di atas jurang, Salem membawa ketiga pemburu monster itu lebih jauh lagi, tepatnya ke jalur yang seharusnya mereka lewati untuk pergi ke Telume.
Tiba di sana, Salem meletakkan ketiganya begitu saja, lalu merapalkan mantra penyembuhan Three Circle Of Saint Astorias Cradle dan memulihkan luka-luka mereka tapi tidak sampai sepenuhnya.
"Sebaiknya kalian jangan mengganggu lagi." Salem kemudian merapalkan sebuah mantra misterius.
Setelah selesai, Salem segera turun kembali ke dalam jurang, meninggalkan ketiga petualang itu dalam keadaan pingsan di tengah hutan.
***
Di saat bersamaan, Giovanni dan Astria sedang dalam perjalanan kembali ke persembunyian Salem.
Mereka menghadapi beberapa ghoul di tengah jalan, namun berkat kemampuan sihir dan berpedang Astria monster-monster itu tak menjadi masalah yang berarti. Elemen sihir gadis itu adalah api, sama seperti Giovanni.
Setelah melihatnya bertarung, Giovanni merasa terpukau. Dia penasaran pada sihir Imbue yang Astria pakai sehingga bertanya kepada gadis itu.
"Apa kau tidak tahu cara menggunakan sihir sederhana ini? Kukira, semua pengguna peralatan magis mengetahuinya."
"Aku tidak tahu. Apa kau bisa memberitahuku?" pinta Giovanni dengan raut wajah polos.
Astria menggaruk kepalanya heran. Namun dia tak ambil pusing lebih jauh.
Astria pun memegang bilah pedang dengan satu tangan, lalu memejamkan mata. Sambil merapal mantra, Astria mengalirkan Mana melalui tangan kiri yang dia pakai untuk memegang bilah pedangnya.
Bilah pedang Astria pun seketika terselimuti oleh api, Giovanni merasa kagum dan terpana menyaksikannya.
"Untuk menggunakan mantra ini kau perlu mengendalikan aliran Manamu. Setelah mengalirkan Mana ke tangan, kau juga harus mengalirkannya ke senjatamu. Tepatnya, ke titik di mana seranganmu akan keluar."
Astria lantas mengayunkan pedangnya, sebuah tebasan berapi melesat ke arah sebongkah batu dan menghancurkannya.
"Kau juga perlu mengingat untuk berhenti mengalirkan Mana saat kau selesai membaca mantra. Tempo dan iramamu harus tepat. Jika tidak, maka itu akan mengakibatkan seluruh senjatamu terkena efek Imbue," papar Astria.
"Prinsip kerjanya sama seperti mantra pada umumnya," sahut Giovanni. "Tapi, bagaimana dengan busurku?"
"Busurmu bisa secara otomatis mengumpulkan Mana di satu titik, jadi kau hanya perlu mengalirkan Manamu seperti biasa. Aku akan menuliskan rapalan mantra Imbue ini padamu nanti."
Keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan.
Tak butuh waktu lama, mereka keluar dari gua. Di sana, mereka berhenti sejenak agar Astria bisa menuliskan rapalan mantra Imbue.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVE
FantasiaKisah ini sudah ada dari zaman dahulu sekali, hingga tidak diketahui secara pasti kapan kemunculan pertamanya. Kisah ini, diceritakan melalui lisan ke lisan, lalu menjadi sebuah legenda, kemudian menjadi mitos, dan pada akhirnya menjadi sebuah cerit...