Chapter 19 -- Pemandian Air Panas

6.6K 948 28
                                    

Lima hari sebelum keberangkatan Chang Min ke luar negeri, Chan Ho tiba-tiba kembali menculiknya dan membawanya ke sebuah tempat. Dia ingat beberapa waktu lalu pria itu melakukan hal yang sama, membawanya ke wahana bungee jumping (Chan Ho sendiri tidak terjun), diving di laut lepas (dia masih tidak ikut turun), bermain paralayang (Chan Ho juga tidak terbang saat itu), dan yang terakhir adalah arum jeram (Chan Ho masih tidak ikut dan hanya menunggunya di tepi sambil membawa handuk untuknya). Hae Gyu sekarang tidak tahu olahraga ekstrim apa lagi yang akan Chan Ho suguhkan padanya, dia sendiri bahkan tidak paham dirinya sendiri, kok mau saja?

Sistem terus merutukinya sebagai orang bodoh.

Ketika melihat pemandangan gunung semakin dekat, jantung Hae Gyu mulai berdebar. Ini awal maret, suhu masih sangat dingin. Ketika diving kemarin, dia hampir mati beku. Sekarang, apa dia harus mulai naik gunung?

Bagaiamana, sih, cara Chan Ho meminta izin dari ayahnya? Setahu Hae Gyu, ayahnya tidak terlalu nyaman bahkan ketika dia mendengar namanya saja.

Chan Ho yang melirik Hae Gyu terus menerus, merasa lucu melihat raut wajah paniknya. Dia tahu apa yang di khawatirkan pemuda itu, lalu mengacak rambutnya dengan gemas.

"Tenang saja. Hari ini, kita hanya akan bersantai," katanya ceria.

"Setiap kita pergi, paman memang selalu menjadi orang yang bersantai," balas Hae Gyu penuh sarkas. Pria itu tidak melakukan apapun, bahkan tidak menderita basah-basah dan masuk angin.

"Kali ini serius."

Benar saja. Mobil yang membawa mereka masuk ke kawasan penginapan tradisional namun mewah yang memiliki fasilitas pemandian air panas di dalamnya.

"Kita hanya akan bersantai sebelum kau mulai masuk sekolah lagi," kata Chan Ho.

Penginapan ini bentuknya seperti vila kecil. Setiap orang atau keluarga, akan menyewa ruangan yang terdiri dari kamar, kamar mandi, ruang santai, juga kolam panas pribadi. Vila kecil itu berjejer berdekatan, tapi keamanan dan privasinya sangat terjaga. Apalagi, karena dibawah kaki gunung, tempat ini sangat hijau dan begitu asri. Udaranya jelas lebih sejuk dan bersih dibandingkan di kota.

Hae Gyu cukup menikmati lingkungan ini. Dia lalu membuka pintu dengan kunci yang diberikan Chan Ho padanya, tapi pria itu mengikutinya terus menerus.

"Paman, kau mau apa? Sana pergi ke tempatmu sendiri," usir Hae Gyu judes.

"Ini tempatku."

"Kalau ini tempatmu, dimana tempatku?" tanya Hae Gyu kemudian, ada firasat tidak enak di hatinya.

Chan Ho tersenyum polos. "Apa yang kau bicarakan? Tentu saja ini tempatmu dan juga tempatku."

Hae Gyu langsung lari ke resepsionis ketika mendengar itu.

"Pesan satu tempat lagi."

"Maaf Tuan, tidak ada tempat tersisa. Semua sudah di sewa orang lain."

SIAPA YANG MAU KETEMPAT SEPERTI INI DI MUSIM YANG MASIH DINGIN BEGINI?! Hae Gyu ingin berteriak seperti itu, tapi dia hanya membiarkannya di dalam hati. Dia lalu menatap Chan Ho dengan curiga.

"Aku benar-benar tidak melakukan apapun," pria itu langsung angkat tangan begitu melihat tatapan menuduh Hae Gyu.

"Sumpah?"

"Sumpah," dan kini Chan Ho memberi Hae Gyu tanda V dengan jarinya. Dia benar-benar tidak melakukan itu, tapi asistennya yang melakukan.

Untungnya, meski satu ruangan, tempat tidur mereka terpisah. Chan Ho sepertinya masih tahu bagaimana menahan diri. Tapi, dia benar-benar harus menjauh dari pria itu. Jika terlalu lama bersamanya, bisa-bisa dia terhanyut. Hae Gyu hanya takut perasaannya salah, atau tidak mengenali siapa yang benar-benar disukainya.

[BL] Hiduplah Untuk Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang