Es yang beku tak selalu cair oleh madu yang manis.
_________"Pagi, Agi cantik."
Sembagi melengos mendapati Arizona berdiri sendirian di depan kelasnya. Sapaan manis yang dilontarkan Arizona pun tak berbalas. Gadis cantik itu memilih masuk ke dalam kelas, daripada meladeni orang menyebalkan macam Arizona.
"Sombong banget, sih," cibir Arizona yang kemudian mengikuti Sembagi ke dalam kelas.
Sansekerta yang sudah lebih dulu hadir, hanya memperhatikan sikap Arizona yang begitu berbeda ketika mendekati Sembagi. Arizona terlihat lebih hangat, cara bicaranya lebih manis dan tatapan matanya nampak lembut. Sayangnya, Sembagi tak menanggapi perlakuan manis tersebut dan terus berkata ketus pada Arizona.
"Lo diem aja cantik, apalagi kalo senyum. Coba senyum," ucap Arizona membuat teman sekelas Sembagi memperhatikan interaksi mereka.
Sudah tidak kaget lagi sebenarnya dengan kebiasaan Arizona menggoda perempuan. Jika biasanya Arizona datang ke kelas IPA hanya untuk menyuruh atau mem-bully Sansekerta, sekarang Arizona punya hal lain yang bisa dilakukan, yaitu menganggu Sembagi.
Walau jelas gadis yang sedang didekati menghindar, Arizona pantang mundur sebelum tujuan dan keinginannya tercapai.
"Lo gak mau pindah ke IPS?" tanya Arizona kemudian melirik ke arah Sansekerta. "Daripada lo kesiksa duduk sama orang bisu, mending lo sama gue."
Lama-lama Sembagi jengah. Matanya menatap Arizona dengan sengit. "Bisa diem gak? Gue gak tertarik ngobrol sama lo."
"Lo tambah cantik kalo lagi marah-marah," Arizona tersenyum manis.
Sembagi tak menggubris. Gadis itu sibuk mengeluarkan alat tulis serta buku pelajaran yang diperlukan untuk jam pertama. Kala membuka pouch, ia merasa ada sesuatu yang kurang. Lantas Sembagi menoleh pada Sansekerta dan mencolek lengannya.
"Lo bawa bolpoint berapa?"
Sansekerta mengangkat bolpoint yang dipegangnya. Menandakan bahwa itulah satu-satunya bolpoint yang ia punya.
Sembagi melipat bibir ke dalam. Tadi pagi karena terburu-buru ia lupa membereskan barang-barang yang tergeletak di atas meja belajar. Sekarang dia bingung karena tak ada satupun alat tulis di pouch-nya.
Melihat sebuah kesempatan mengambil perhatian Sembagi, Arizona menghampiri seorang siswi yang duduk di seberang meja. "Punya pulpen berapa?" todongnya langsung.
Gadis berambut pendek itu mengerjapkan mata menyadari lelaki famous itu tengah berbicara padanya. "A-da banyak. Lo mau berapa?"
"Pinjemin gue satu," Arizona menengadahkan tangan.
Buru-buru gadis itu mengocek isi kotak pensil dan meletakan satu buah bolpoint di atas telapak tangan Arizona. "I-ini. Buat lo aja, Ari."
Arizona memainkan bolpoint di sela jarinya seraya tersenyum manis. "Thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Novela Juvenil"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...