DAN || PENGHUBUNG
Koma, spasi, titik.
Tak akan sempurna tanpa kata 'dan' untuk menjadi sebuah kalimat. Karena mereka saling melengkapi, bukan saling mendominasi.{, &.}
Meira termenung di dalam kamar. Kalimat Lian masih terngiang-ngiang di kepalanya. Apa maksud ucapan pria itu? Lian sendiri langsung pergi setelah mengatakannya.
Tapi satu hal yang membuat Meira sedikit lega. Lian mempercayainya.
Meira melangkahkan kaki menuju pintu kamar, berniat keluar dari ruangan ini. Ia penasaran dengan dunia antah berantah yang sedang ditinggalinya.
Meira tidak ingin tidur. Dia takut jika terbangun nanti semuanya akan berakhir.
Pria itu. Laki-laki yang ia kagumi sejak lama, kini berada di dekatnya. Mimpi ini terlalu indah untuk diakhiri.
Benar, Meira masih menganggap ini adalah mimpi. Dirinya memang sering berhalu, tapi tetap sadar diri. Menganggap semua yang terjadi adalah mimpi setidaknya tak akan membuat Meira frustasi memikirkannya.
Mimpi yang dia inginkan selama ini.
Baru saja dia berjalan beberapa langkah keluar kamar, suara bariton seseorang menginterupsinya untuk berhenti.
"Nona siapa?"
Meira berbalik, mendapati seorang pria yang sepertinya adalah pengawal, tengah terkejut ketika melihat wajahnya.
Pria itu tiba-tiba menjatuhkan dirinya ke lantai, bersujud di depan Meira. "Mohon ampun atas kelancangan saya, Luna."
Meira mengedipkan matanya beberapa kali, tanda gadis itu sedang loading lama untuk memproses apa yang tengah terjadi. Dengan sedikit linglung, Meira berjalan mendekati pria itu.
"Hey, angkat kepalamu! Bangunlah."
"Tidak, Luna. Sebelum Luna memaafkan saya." Pria itu tetap pada posisinya.
"Siapa yang kau sebut Luna? Aku bukan Luna yang kau maksud, jadi angkatlah kepalamu. Kau seperti tak punya harga diri jika seperti itu."
"Anda adalah Luna. Dan tolong maafkan saya yang lancang tidak mengenali Luna saya sendiri."
"Aku tidak akan memaafkanmu jika kau masih berada di posisi itu."
Ancaman itu akhirnya ampuh, pria itu beranjak dari posisinya dengan kepala yang tertunduk.
"Ingatlah, namaku Meira bukan Luna."
Setelahnya Meira berjalan meninggalkan laki-laki itu. Huh, sepenting apa sih dirinya di dunia ini hingga ada yang rela bersujud di bawah kakinya?
Lagi pula, Meira tidak merasa bahwa pria itu berbuat salah. Dunia yang aneh, pikirnya.
Sebenarnya ini istana yang seperti apa? Fantasi bak negeri dongeng atau kah fantasi dunia immortal?
Langkah Meira berhenti pada hamparan rumput yang berada di belakang istana. Ia kira akan ada taman di sini. Di mana-mana hanya ada hamparan rumput.
Ah, Meira menemukan satu pohon rindang tak jauh dari tempatnya berdiri. Meira mendekati pohon itu dan duduk menyandarkan punggungnya di sana.
Suasana malam hari yang hening, ini yang Meira butuhkan untuk healing. Rehat dari segala macam pikiran dan pekerjaan.
Meira mendongak melihat langit malam, ternyata tak ada yang menarik. Hanya cahaya rembulan yang tertutup awan putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koma, Spasi, dan Titik. [END]
Fantasy[PART LENGKAP || CERPEN FANTASI] Meira Dysdti merupakan anak panti asuhan yang sangat berhalu agar dapat menghilang dari bumi dan pindah ke dimensi lain. Pindah dimensi, bertemu mate, menjadi Luna, hidup bahagia dengan sang Alpha. Setidaknya itulah...