02- Sakit Tak Berdarah

22 5 2
                                    

HAPPY READING!!

vote komen, vote komen

•••
Jadian aja belum, kok udah gamon?

—Agam gula-gula—
———

Kafa menutup pintu ruang musik dengan Agam yang masih membuntutinya, menanyakan pilihannya. Padahal tadi ia sudah menjawabnya, loh! Ya, walaupun asal, tapi yang penting ia sudah menjawab 'kan?

Kafa menghela nafas dalam, "Ck, kenapa nggak lo tanyain ke orangnya langsung aja, sih?!" kesalnya.

"Lo, mah, nggak becus kalo urusan ginian! Urusin satu cewek aja malah kejebak friendzone," cibir Agam yang dibalas lirikan tajam oleh Kafa. "Raka kemana, lagi? Mending tanya Raka daripada elu!"

"Dih, lo nanya gue aja kagak dapet jawaban apalagi nanya ke Raka! Gini-gini gue lebih mending daripada Raka."

"Belagu amat lo, jomblo!" ejek Agam.

"Jomlo? Firasat gue mengatakan, bentar lagi gue punya pacar!"

"Feya maksud lo?" tanya Agam setengah mencibir dengan tawanya yang meledak. Teman akhlakless memang!

Kafa terdiam sejenak. "Gue mau move on dari Feya,"

Agam syok berat mendengar itu. Detik selanjutnya, ia kembali tergelak keras hingga menarik banyak perhatian. "Anjir HAHAHAHA, gue lebih percaya nasi nangis kalo nggak dihabisin daripada denger lo mau move on dari Feya tiba-tiba gini!"

"Gue serius!" Padahal dari matanya sangat ketara bahwa Kafa tidak yakin dengan keputusannya. Agam tahu itu.

Agam menoleh ke sembarang arah. "Wuidiihhh Neng Feya cantik banget, kiw!"

Tak sampai satu detik, Kafa refleks menoleh.

Tidak ada Feya. Kafa berdecak kesal.

"Gitu yang lo maksud mau move on?" tanya Agam bermaksud menyindir.

"Move on itu butuh proses. Gue baru ngomong mau move on, satu menit yang lalu. Mana bisa langsung berhasil?"

"Tapi perlu di catat. Selain proses, move on juga butuh niat dari hati! Lo aja nggak niat mau menjalankan proses, gimana mau berhasil?"

Baru kali ini Kafa kalah telak dengan Agam. Makan apa Agam menjadi bijak seperti ini. Kafa memilih diam.

Di sepanjang koridor yang mereka lewati, ramai tatapan-tatapan yang tertuju pada mereka berdua. Apalagi mengingat saat ini masih jam istirahat. Kafa dan Agam seolah menjadi Fizi dan Jarjit ditengah-tengah rakyat Bikini Bottom. Terlalu mencolok.

Tanpa sengaja kakinya menendang sesuatu. Kafa menurunkan pandangannya untuk melihat benda yang baru saja mengganggu jalannya. Bola bekel orange menggelinding dihadapannya akibat mendapat tenaga dari kakinya.

"Siapa coba yang main bola bekel di sini? Kaya anak kecil aja!" Kafa memungut bola bekel itu. Menimang-nimang di tangannya. Kemudian dengan iseng, cowok itu melemparkannya ke sembarang arah.

"AAA!!"

Pyar

Suara itu membuat Kafa dan Agam menengok serentak.

"Mampus! Pala siapa tuh yang pecah?!"

Tak menghiraukan pertanyaan tak bermutu Agam, Kafa melangkahkan kakinya ke arah sumber suara. Dan dapat ia lihat tiga orang siswi sedang melakukan, em... Manekin Challenge?

Emang masih zaman challenge begituan, ya?

Ah, dihadapan salah satu dari ketiga siswi itu terdapat pecahan keramik. Ya, Kafa yakin bola yang ia lempar tadi telah memecahkan keramik tersebut. Kafa akan berjalan menuju ketiga gadis itu dan meminta maaf. Simple!

KAFARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang