BAGIAN IV

21 1 0
                                    

Keesokan harinya tepat pada jam makan siang, pintu ruangan direktur Goo diketuk. Tamu tersebut adalah sang sekretaris yang memberikan kotak paket dari meja resepsionis yang ditujukan kepada CEO.

Karena sang CEO yang tak kunjung hadir di kantor, maka paket tersebut akan diserahkan pada sahabat beliau, direktur Goo Junhoe. Memperhatikan paket tersebut, Junhoe sedikit terbata mengeja nama dari pengirim barang. Di sana tertulis Bratadikara Group sebagai pengirim.

Jelas dia mengerti nama yang terdengar seperti perusahaan tersebut bukan dari Korea. Akan tetapi jasa pengiriman yang digunakan berasal dari Korea. Hal ini dapat dipastikan bahwa pengirim berada di Korea. Terdapat cap stempel juga disana. Sudah pasti paket ini tidak berisi hal yang berbahaya.

Maka dari itu dia akan berencana memberikannya pada sang atasan setelah pulang dari kantor.
Seperti yang direncanakan sebelumnya, Junhoe akan menuju kediaman sang atasan selepas dari kantor. Tak lupa dia juga mengajak Jungkook untuk menemaninya. Sebenarnya hari ini Jungkook ada rencana lain dan tidak ingin menemaninya. Akan tetapi dia tidak memiliki kuasa menolak jika sebelumnya sang direktur sekaligus beta tersebut mengeluarkan ultimatum dan mengancam untuk membakar semua koleksi pernak pernik berbau kelincinya.

Dia dengan susah payah mendapatkan barang-barang tersebut, jadi tidak mungkin dia rela mengorbankannya demi memuaskan hasrat sang beta yang suka merusak barang.

Keduanya telah sampai di kediaman pemimpin mereka. Suasana kediaman ini telah kembali seperti semula. Beberapa warrior penjaga dan pelayan sudah kembali bertugas setelah sebelumnya sang alpha menugaskan kembali mereka atas bujukan sang beta dan juga gama.

Keduanya menuju lantai dua tempat pemimpin mereka berada. Ruangan sang pemimpin tetap seperti terakhir kali mereka mengunjunginya. Penerangan yang tidak dihidupkan dan hanya mengandalkan sinar rembulan yang terpantul dari jendela.

“Sepertinya kalian berdua begitu merindukanku. Kunjungan pertama bahkan baru dua hari yang lalu.”

“Ada paket yang ditujukan untukmu. Melihat dari stempel perusahaan, sepertinya pengirim berasal dari Indonesia.”

“Paket, dari Indonesia?”

“Benar, sekretarisku telah memastikan keautentikan dari cap stempel tersebut dengan mencocokkannya pada situs resmi perusahaan pengirim. Dan ini asli.”

Kim Mingyu, alpha dari kawanan serigala tersebut menerima kotak paket kecil tersebut. Kotak tersebut seukuran setengah dari batu bata, berwarna hitam dengan simbol perusahaan di tengahnya yang berwarna keemasan.

Mingyu memastikan bahwa apa yang berada di dalam kotak tersebut adalah asli dan bukan barang tiruan atau semacamnya. Dia mengangkat pelan barang tersebut dan memperlihatkannya pada kedua temannya. Dua lelaki beta dan gama tersebut terlihat terkejut setelah mengetahui barang dari kotak tersebut. Itu adalah lambang dari kawanan serigala mereka, Golden Rose.

Lambang itu berupa ukiran bunga mawar yang diwarnai dengan cat emas. Dan karena di tengah kelopak terdapat lambang omega sudah dipastikan yang memilikinya adalah tetua penyihir. Beliau membawa benda tersebut dengan tujuan agar kemudian hari jika saatnya telah tiba pasangan jiwa dari alpha akan menemuinya dan membuktikan diri dengan itu.

Jungkook mengeluarkan api dari telapak tangannya berupaya untuk membakar batu tersebut. Dia ingin membuktikan apakah batu tersebut asli. Dan betapa terkejutnya dia beserta dua orang lainnya karena bukannya hancur terbakar batu tersebut justru memancarkan sinar merah keemasan. Hal ini menandakan batu ini asli dan sinar tersebut sebagai hasil menyerap kekuatan api Jungkook.

“Alpha, ini.” Jungkook tidak sanggup menyelesaikan perkataanya. Dia terlalu terkejut dengan kenyataan yang ada di hadapannya.

“Tetua penyihir telah meninggal. Kita telah memastikannya dari bola krital yang memiliki jejak kehidupannya. Bola kristal itu tak lagi mengeluarkan cahaya, berarti dia telah tiada bukan?” Mingyu yang mulai panik pun memberondong kedua temannya dengan pertanyaan. Junhoe yang berada di sampingnya segera menenangkannya dengan memeluk bahu sang alpha.

“Tenang dulu alpha, tetua penyihir memang telah tiada. Bola kristal tidak mungkin salah dalam memprediksi kematian dan kehidupan.”

Melihat sang alpha yang terkejut sampai panik, Jungkook lantas memeriksa kotak tersebut mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk dari mana asal batu omega tersebut. Jika tebakannya benar, pasti lah mate alpha yang mengirimkannya.

Karena pasti setelah tetua penyihir meninggal, batu tersebut akan kembali pada pemilik yang sebenarnya. Mate alpha, calon luna mereka. Mata Jungkook membulat menemukan sepucuk surat pada bagian dasar kotak.

“Alpha, lihat ada suratnya, bacalah.” Mingyu segera mengambil surat yang ditemukan oleh Jungkook.

Kehilangan kakek telah membuka pintu menuju dunia baru
Dalam pencarian, rasa duka telah menuntun ku
Masa lalu yang telah tersimpan dalam, kini perlahan bangkit kembali
Aku telah disini, di malam yang mempertemukan kita dengan sang dewi
Sang dewi yang menerangi malam dengan sinar purnamanya 
Bisakah kita melihatnya bersama?
Sebelum bulan menyinari malam berikutnya
Luna Rose

“Bagaimana alpha?”

“Malam ini adalah malam bulan purnama bukan, dimana kita bisa melihatnya dengan jelas?”

“Ada apa, apa maksud dari surat tersebut?”

“Pengirim batu omega ini mungkin adalah luna, mate yang selama ini kutunggu. Pada surat ini dia menyiratkan untuk menemuinya di tempat kita bisa melihat bulan purnama. Dia akan menunggu sampai tengah malam.”

“Ada satu tempat yang dikhususkan untuk melihat bulan purnama. Mari segera kesana, sekarang sudah jam sepuluh.”

Ketiganya bergegas menuruni tangga dan menuju mobil yang terparkir tepat di depan pintu utama mansion. Jungkook yang mengetahui tempat mengambil kursi pengemudi. Di sampingnya Mingyu telah bersiap dengan mengencangkan sabuk pengaman, begitu pula dengan Junhoe yang duduk di jok tengah. Jungkook segera menancap dalam pedal gas agar mereka segera sampai di tempat dalam sisa waktu yang semakin menipis.

***

Alicia dan Brisia kini telah menikmati kebersamaan di teras mini market yang buka dua puluh empat jam. Keadaan sekitar masih terlihat ramai meski waktu menunjukkan hampir tengah malam. Malam ini ada festival bulan purnama yang digelar di pinggir sungai Han. Pengunjung festival datang dengan keluarga, teman, ataupun kekasihnya.

Sebelumnya belum pernah ada festival yang mengkhususkan dengan bulan purnama. Akan tetapi karena besok adalah hari thanksgiving dan bertepatan dengan bulan purnama, maka untuk memeriahkan hari thanksgiving digelarlah festival bulan purnama.

“Aku merasa nostalgia. Dulu Sia sering menikmati makan di teras mini market seperti ini saat mengerjakan tugas di kampus.”

“Makanya dulu kamu sering sakit kan. Kamu makan tidak teratur, dan makanan yang masuk ke perut kamu tidak baik semua. Dasar pecandu micin.”

“Maaf, tapi micin kan enak kak, hehe.”

“Dasar kamu. Ayo kita ke tepi sungai, ada banyak lilin yang diapungkan dan banyak lampion disana.”

“Kenapa kakak bersemangat sekali, kita kan sering melihat festival lampion yang seperti itu?”

“Entahlah, mungkin kakak akan bertemu dengan pangeran tampan?”

Keduanya tertawa mendengar gurauan Alicia. Entahlah, akankah gurauan itu akan menjadi kenyataan atau menjadi bualan semata. Berdoa saja semoga sang pangeran datang tepat waktu menjemput sang tuan putri.

Golden RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang