₹Reader POV₹
"Two years...after blip"
I'm still in my bedroom.
Mulai bermain game online RPG.
Tidak buruk juga, aku belum pernah main game online.
Lebih sering main catur ketimbang game seperti ini.
Bosan main catur.
Permainan papan lain aku bosan.
Aku hanya main game ini sebagai pelarian dari rasa sepiku.
Rasa sedihku.
Air mataku sudah mengering.
Lelah menangis meratapi penyesalanku.
Aku tidak perlu khawatir dengan 2 android itu, mereka bisa memperbaiki diri jika ada yang rusak sedikit.
"Ehm sis"
"Oh, is time for lunch?"
"No, you have a messenge"
"From?"
"Steve Rogers"
Selama 2 tahun juga Steve terus menghubungiku.
Terkadang Nat juga menghubungiku.
"Jawab sekadarnya seperri biasa, Nexus"
"Dia mau kemari"
"Aktifkan mode bunglon"
"Baik"
Mode bunglon untuk mengelabui orang lain dengan membuat rumahku menghilang.
Maaf Steve, aku belum siap untuk melihatmu atau dunia luar.
Aku belum siap.
Maaf aku menghindarimu.
Maaf Nat, aku belum siap.
"Oh, God...take a breath, take a breath [y/n]"
Selalu saja begini.
Panic attack.
Anxiety.
Setiap kali Steve atau Nat akan kemari, panic attackku kambuh.
"It will be okay...it will be okay...everything is gonna be okay"
Liontin kalungku aku genggam erat.
Meski dia tidak di sini aku punya benda pemberiannya.
Ini saja membuatku tenang.
"It will--"
✴️✴️✴️
₹
Author POV₹
Bruk!
Tiba-tiba pantatmu menyentuh lantai.
"Ouch", desismu.
Kau menggerutu apa alat ungravitymu rusak atau apa.
"Is working..."
Keningmu mengernyit mendengar suara familiar.
Suaramu sendiri.
Matamu mengerjap beberapa kali karena cahaya yang masuk ke matamu begitu silau.
Manikmu membesar ketika melihat siapa di hadapanmu.
Kau berdiri dengan hati-hati.
"Is that mirror?"