P E R F E C T
15.
"Secret Touch"
"Tentu," Aku sempat dibuat terkejut dengan permintaan Shun barusan. Selama kami berpacaran, Shun tidak pernah mencium bibirku. Bisa dibilang hanya ciuman-ciuman kecil di kening, pipi atau kelopak mata. Kami selalu menghindari bibir karena berpikir bagian itu hanya untuk sesuatu yang lebih serius. Aku meraih gagang kacamata yang dipakainya dan melepaskan dari wajahnya. Shun tersenyum lembut dan tangannya turun ke tengkukku. Dengan perlahan, Shun menempelkan bibirnya. Aku sempat terkesiap dan hendak mendorong Shun lagi namun urung saat merasakan jemari Shun yang mengelus pipiku, membuatku yang awalnya kaget dan tegang karena pertama kali merasakan ciuman pertama ini, menjadi rileks.Perlahan kupejamkan mataku membalas ciuman Shun. Aku bisa merasakan bibir milik Shun mengisap lembut bibir bawahku, kemudian lidahnya yang lembut melesak masuk. Tak perlu waktu lama bagiku untuk mengikuti irama ciumannya. Semakin lama gerakannya semakin cepat. Napasku mulai tersengal karena gerakan bibir dan lidah Shun semakin terasa menuntut.
Sembari menahan pinggangku dengan kedua telapak tangannya yang kokoh, Shun mendorongku untuk rebahan di atas sofa. Tangan Shun mengusap punggungku dengan penuh gairah, sehingga kurasa kaos bagian belakangku naik. Sialan. Shun melumatku tanpa ampun, membuat ujung-ujung jemariku seperti tersengat aliran listrik. Shun menjauhkan dirinya dariku dan memandangi wajahku yang kurasakan sudah memerah padam. Aku memejamkan mataku dan menarik leher Shun untuk kupeluk, menenggelamkan wajahku dibalik lehernya. Aku benar-benar malu. "Shunsuke... That's my first kiss..." ujarku pelan dengan napas masih tersengal berkat ciuman Shun tadi. Kudengar suara tawanya yang kecil. "Syukurlah aku yang mengklaimnya." Aku berdecak dan memukul pelan punggungnya. "Keiko." Panggilnya.
"Hm?"
"Can i touch you tonight?"
Aku tidak bisa bilang kalau aku tidak terkejut dengan permintaannya kali ini. Shun mengangkat kepalanya dan tersenyum kearahku, mengusap pipiku lagi dengan lembut. Aku membalas senyum Shun dan mengangguk. Shun sedikit bangkit untuk melepaskan pakaiannya, aku menahan napas dan memejamkan mata. Aku benar-benar malu. Ada rasa aneh di perutku, seperti banyak kupu-kupu yang terbang disana. Kurasakan usapan lembut di kelopak mataku, membuatku membuka mata dan bertemu dengan sepasang mata yang menatapku lembut. "Breath, ya, Kei. I will be gentle." Setelah itu, Shun menenggelamkan wajahnya di balik tengkukku. Menarik kaosku keatas dan melepasnya. Meski agak takut aku mencoba membiarkan Shunsuke melakukannya. Melakukan hal yang di lakukan orang dewasa.
Matahari bersinar terang keesokannya. Aku terbangun dipelukan seseorang kali ini. Kupandangi wajahnya beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum lembut. Rambutnya yang acak-acakan dan poninya menutupi sepasang matanya. Kuulurkan tangan untuk menyingkirkan sedikit rambutnya. Ingatanku memutar pada saat sebelum Shun tertidur tadi malam. "Kita ini sebenarnya sempurna untuk satu sama lain, Keiko..."
"Aku berharap hal yang sama, Michieda..."
Uwahhh gak nyangka bakal selesai tepat sebelum mulai semester baru. Huhuhuhu. Emang ucapan tuh suka kejadian yaa. Wkwkwkwk
Anyway, maaf ya kalo endingnya malah cringe gini. Huhuhuhu.
Tapi terlepas dari itu semua, hope you enjoy this fanfiction!See you. Xx 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] • P e r f e c t •
FanficKisah cinta di dunia hiburan memang tidak selalu berjalan mulus. Dia mungkin bukan lelaki yang bisa kukenalkan pada ibu dan ayahku. Bukan lelaki yang bisa leluasa membuat janji temu dengan kesayangannya tanpa takut dilihat orang-orang. Michieda Shu...