Bab-31

282 23 5
                                    

[Hujan Musim Gugur]

Lebih baik menangis di tengah hujan sehingga tidak ada yang bisa mengerti bahwa kamu bahagia atau kesakitan.

03-01-2022

_________________________________________

Suasana di Jepang tahun 1945, menjadi luluh lantak, banyak bangunan yang hancur bahkan tak tersisa. Terjadi kelaparan dimana-mana. Akibat dua bom atom yang jatuh di Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945, bom Little Boy. Dan bom atom yang jatuh di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, Fat Man Bomb.

Tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1945, pihak Jepang meyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu.

Dampak Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu adalah terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia. Artinya, tidak ada pemerintahan yang berkuasa di Indonesia.

🧸🧶🧸

Tahun 1946.

Sudah satu tahun lama nya. Bagaikan ditelan bumi, Sekar tidak lagi mendengar kabar tentang Hiro. Hiro yang telah merampas hatinya, dan menghancurkannya disaat bersamaan. Selama ini Sekar tidak mengharapkan apapun, soal status ataupun lainnya. Jika Hiro telah gugur, Sekar sudah ikhlas dan selalu mendoakannya. Namun jauh dilubuk hatinya yang paling dalam. Sekar masih berharap Hiro pulang dan berkumpul bersama keluarga kecilnya.

"Jion, pelan-pelan. Nanti kamu jatuh" Ucap Sekar pada baduta yang sudah bisa berjalan.

Terkadang Sekar merasa capek, karena Jion sudah sangat aktif.

"Ayo mamam dulu. Hap, ketangkap" ucap Sekar sambil mendekap Jion, lalu dipangkunya. Dengan gemas, Sekar menciumi pipi Jion, membuat sang empunya tertawa-tawa, dengan gigi yang sudah tumbuh 4 buah. Dua gigi susu diatas, dan dua lagi dibawah.

Dengan telaten Sekar menyuapi Jion.

"Ma ma ma" celoteh Jion disela-sela kegiatan makannya.

"Apa sayang" ucap Sekar pada buah hatinya.

"Pa pa pa" celoteh Jion lagi.

"Hmm, papa belum pulang" ucap Sekar, dan selalu itu yang ia ucapkan jika Jion berceloteh tentang papa nya.

Setelah menyuapi Jion, Sekar menggendong nya dengan kain samping. Tak lama setelah itu, Jion pun tertidur dengan sendirinya.

Sambil menggendong Jion, dengan cepat Sekar bebenah rumah nya yang sudah seperti kapal pecah. Pakaian yang belum dilipat, cucian piring yang kotor, mengepel rumah, dan bebenah lainnya. Sehari-hari inilah kebiasaan Sekar saat sudah menjadi seorang ibu.

Hari sudah sore, diluar pun sedang turun hujan deras.

Sekar segera membaringkan Jion di atas ranjang. Tak lupa ia beri guling dan bantal agar Jion tak terjatuh.

Setelah itu, ia bergegas menutup jendela.

Semenjak Jion berumur lima bulan, Sekar sudah tidak tinggal di rumah kedua orang tuanya. Dan ia memilih untuk tinggal di rumah ini, rumahnya dan Hiro.

Baru saja Sekar membaringkan tubuhnya menghadap Jion. Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Sumimasen" ucap orang itu.

"Sumimasen" suara ketukan itu kian terdengar jelas.

Siapa ya yang bertamu, kok ngomong bahasa Jepang? -batin Sekar.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang