Si Sempurna

79 6 2
                                    

SOSOK gadis dengan surai berkuncir kuda menatap hampa jalanan di depan. Ia terlewatkan satu lampu hijau sebab lamunannya, membuatnya terpaksa kembali menunggu tiga lampu yang menyalakan satu berwarna merah dengan berdiri di sisi jalan. Beberapa anak rambutnya menyentuh wajah, sebab hari ini angin di kota tempatnya sekarang menempuh pendidikan kuliah cukup sejuk dengan langit berawannya.

Lampu hijau menyala, ia melangkah sedikit terburu sembari menghitung garis putih di jalanan aspal tempatnya menyebrang, cukup untuk mengisi pikirannya yang masih sedikit kosong usai lamunannya.

Suara klakson mobil yang menepi membuatnya sedikit terkejut. Dan membuatnya menghelah napas sebab mengetahui siapa pemiliknya,

"Mau bareng nggak?" tanya sang empunya dari kursi kemudi yang jendela mobilnya ia biarkan terbuka.

"Ikhlas nggak?" tanya gadis itu balik. Mengundang tawa kecil antara mereka berdua sebelum pemilik mobil membukakan pintu, mempersilahkan sang gadis duduk di samping kursi kemudi.

"Dari mana, Nin?" tanya pria pemilik mobil dengan masih fokus pada kegiatan menyetirnya.

"Dari mana, lagi. Tentu saja dari rumah."

"Tapi rumahmu sudah cukup jauh dari tempat kamu berjalan."

Gadis itu terkekeh kecil, "Sekalian olahraga, hari ini masih cukup pagi, masa udah malas aja."

Laki-laki itu menyangkal dengan tertawa kecil yang tampak arogan, "Karena masih cukup pagi, makanya masih malas.

Sang gadis hanya tertawa menanggapi, tak menyetujui, tapi juga tak menyangkal lagi. Ia hanya terdiam sejenak mengikuti atensi sang supir ke jalanan. 

"Kamu ada kelas? Jam berapa?" tanyanya merebut atensi sang pria.

Sebenarnya, kelas laki-laki ini masih dimulai lima jam lagi. Tapi karena suatu alasan, ia mencepatkan diri untuk berangkat, padahal bisa saja ia menghabiskan dulu waktunya sampai dua puluh menit sebelum masuk untuk kasur kesayangannya.

"Masih lama. Kenapa, Nin?"

Gadis itu mengangguk-angguk kecil, kemudian menunjuk untuk belok kiri di persimpangan, sedangkan kampus seharusnya lurus saja kedepan. 

Tidak perlu banyak tanya, laki-laki itu sudah tahu kemana tujuannya. Walau baru beberapa bulan ini mengenal gadis di sampingnya, tapi sudah banyak sekali kejutan dan hal istimewa yang ia temukan di diri gadis ini. Contohnya saja, yang akan mereka lakukan di tempat tujuannya nanti.

***

Teriakan kecil dari seorang anak terdengar mengawali sambutan dari anak-anak lain yang bersamanya. Baru beberapa langkah turun dari mobil, gadis itu sudah seperti gula yang di perebutkan semut-semut saking manisnya, mendekapnya beramaian. Sedang sang gadis hanya membalas dan mengusap lembut puncak rambut mereka, bahkan bebrapa di antaranya mendapatkan ciuman lembut di pipi mereka.

Perjalanan kemari dari tempatnya menemukan gadis tadi memakan waktu tiga puluh menit, kalau macet bisa sampai hampir satu jam.

Tapi lelah di perjalanan tak pernah terasa sebab gadis itu selalu bisa mengimbangi pembicaraannya. Dan, selalu tersenyum lebar setiap tergesah untuk turun menyambut sapa dari anak-anak kesayangannya.

Anak-anak tanpa alas kaki di sudut kota, daerah yang bahkan mungkin lebih kumuh daritempat bersemayamnya tikus kolong jembatan.

Di antara sampah-sampah, mereka bermain dengan ceria tanpa harus ada gawai di tangannya. Mereka masih tampak cantik dan tampan dengan tanah di wajahnya.

Dan, senyum gadis itu yang bak cahaya bagi mereka, dan sang pria yang terus memandanginya. Senyum yang bahkan berjuta kali lipat lebih cantik dari pada senja di pantai Kuta.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang