Happy ReadingSetengah jam perjalanan pulang, Chika masih kesal karena ponsel Jeff masih juga tidak aktif dan pesan singkatnya tak terbalas. Media sosial Jeff juga sia - sia saja bagi Chika. Pria itu sangat jarang sekali mengupload foto ataupun story di instagram. Sama seperti dirinya sendiri yang malas mengabarkan.
"Ke apartemennya aja," usul Mirza sembari menyetir.
"Anterin aku ya?" pinta Chika.
"Pasti. Pasti aku anter kemana kamu mau," jawab Mirza tegas, meyakinkan Chika.
Mirza tak tega melihat Chika begitu susah hati menghubungi pria yang sedang disayanginya itu. Meski ia merasa cemburu, tapi ia juga sayang sama Chika. Badut tidak boleh bersedih, harus tetap tegar menghibur apapun kondisinya. Termasuk andai Chika bertemu Jeff nanti dan dia hanya sebagai nyamuk. Atau nanti ditepuk lalu pergi dengan penuh kesadaran.
Langkah Chika dipercepat ketika sudah dekat dengan unit apartemen Jeff. Sekalian saja ia berlari agar cepat sampai. Wajah sumringahnya lalu berubah cepat menjadi cemberut. Bibirnya mengerucut lagi. Bel unit apartemen Jeff yang Chika tekan berkali - kali selama sepuluh menit, tak ada respon. Mirza membiarkan Chika berdiri di sana sekuat dirinya bertahan. Ia hanya menemani dan bersabar.
"Coba ke cafe yuk, siapa tau dia ninggalin pesan di sana," Mirza mengusulkan.
"Lagian ngapain sih Kak Jeff pake tinggalin pesan di cafe. Kenapa ngga ke Mama aja deh. Aku heran. Padahal Chika dari tadi juga aktif. Masa sebentar aja ngga bisa ngabarin. Ngga mungkin kan ngga pegang hape seharian. Sedangkan kalau Chika we a aja pasti di jawab. Ini kenapa ngga?" cerocos Chika panjang lebar sambil melangkah meninggalkan unit apartemen Jeff. Kepalanya sesekali menoleh, barangkali tiba - tiba Jeff keluar.
"Sabar dulu. Tenang, Chik. Doain Kak Jeff ngga kenapa napa. Dia ngga mungkin ngga kasih kabar. Sabar ya?" Mirza mencoba menenangkan.
Chika menganggukkan kepalanya. Mirza menarik nafas lega saat Chika memeluk lengannya dan bersandar di bahu. Wajahnya sangat sedih dan dipastikan Chika sedang stress memikirkan Jeff.
"Eh, Chik. Bentar." Mirza menghentikan langkah.
"Apa, Mir?"
Mirza menunduk, berpikir kalimat yang tepat. Ia mengetuk - ketuk dagunya, "Nanti, kamu tulis surat untuk Kak Jeff. Selipin di bawah pintu. Siapa tau kalau Kak Jeff pulang, dia hubungin kamu."
Chika langsung melompat dan menjura. Mengagetkan Mirza. Apalagi Chika mengguncang - guncangkan bahu Chika. Mira tersenyum melihat Chika segembira itu. Tangan Mirza langsung saja digamit dan ditarik menuju lift. Chika masih tak sabaran ingin pulang.
°°°
Mirza belum juga pulang, ia masih di ruang tamu unit rusun Chika. Menemani gadis itu yang duduk di lantai sambil sibuk menulis surat untuk Jeff. Wajahnya begitu serius memikirkan kata - kata yang tepat untuk ia jadikan tulisan. Persis fans yang menulis fan letter untuk member Jeketi empat delapan. Gumpalan kertas bertuliskan kata - kata yang salah berserakan di lantai. Entah sudah berapa lembar kertas yang berakhir menjadi bola kertas lecek.
Tangan Mirza refleks bergerak menyibak rambut di sisi kepala Chika dan menyelipkannya di belakang telinga. Chika menoleh dan tersenyum. Tau - tau meledek menjulurkan lidah.
"Bikin makin sayang tau ngga sih kamu tuh ya!" Mirza membatin.
"Abis ini istirahat ya?" bisik Mirza.
"Tapi anterin aku dulu ke tempat Kak Jeff."
"Asal jangan ke KUA. Udah tutup soalnya." Mirza terkekeh.