Part 20

443 52 1
                                    


Happy Reading

Pagi - pagi sekali Mirza sudah menyambangi rusun Chika. Ia hendak menjemput gadis cantik itu dan tak ingin melewatkan momen lagi bersama Chika. Ia memang mengambil kesempatan di tengah ketidakpastian kabar Jeff. Mirza berusaha masuk ke dalam hati Chika yang sempat didominasi pesona Jeff dan Jeff. Mirza boleh kalah ganteng dan tajir, tapi kali ini ia memiliki banyak waktu untuk menemani sehari - hari Chika. Membiasakan dirinya ada dalam keseharian gadis itu.

"Tante, aku mau dibawain bekal!" sahut Mirza dari ruang tamu.

"Tante cuma masak mie goreng. Kamu mau?" Aya menawarkan dan menunjukkan masakannya.

"Ih, nanti ketagihan, Ma. Aku ngga kebagian," Chika merengut manja.

"Tenang, Dek. Mama masak banyak. Masa gitu aja ngga mau berbagi," Aya menasehati dengan kelembutan.

"Berbagi tali kasih?" tukas Chika ngakak.

"Yeeee....emangnya aku kaum dhuafa?" Mirza bersungut.

"Iyaaa deeeeh yang tajir!" Chika menyindir, memeletkan lidah.

"Aku tuh fakir, Tante," timpal Mirza.

"Fakir apa?" Aya terkekeh mengerutkan dahi keheranan.

"Saya fakir cinta anak Tante yang cantik ini. Restui saya jadi calon mantu, Tante. Nanti saya bawakan sekuntum rindu dan sepucuk bunga," Mirza memohon penuh nada jijay, ia mendekati Aya dan merangkulnya.

Aya menepis rangkulan Mirza, "LEBAAAAYYYY!!" teriak Aya dan Chika bersamaan lalu tertawa keras.

Tinggal Mirza menggaruk kepalanya, "Anak sama Emak sama sadisnya dah!" Ia berdecak.

"Ya gimana, aku hasil cetakannya Mama! Wleee!" ledek Chika, memasukkan bekalnya ke dalam tas dan menyerahkan satu box plastik ke Mirza.

"Dek, surat untuk Kak Jeff udah disiapin?" tanya Aya.

"Udah, Mah."

"Belum ada kabar kah?" tanya Aya lagi. Ia juga khawatir dengan Jeff.

Chika menggeleng lemah dan menunduk.

"Sabar, Chik. Doain Kak Jeff baik - baik aja," bisik Mirza di sebelah Chika, ia memeluk Chika dan menepuk punggungnya.

"Heh! Main peluk aja! Ada Mamanya nih!" omel Aya mendelik.

Chika ngakak. Mirza cuma cengengesan, "Maaf, Tante. Aku sayang Chika."

"Soyang sayang! Jangan keliatan Tante kalau mau sayang - sayangan! Bikin ngiri Tante aja," sergah Aya kesal sambil tersenyum.

"Yuk, Chik. Pelukan di luar." Mirza menggamit tangan Chika beranjak dari rusun.

"HEH! ENAK AJA!" pekik Aya.

Chika terkekeh di depan pintu.

"Hahaha. Maaf, Tante. Bercanda." Mirza hampiri Aya lagi dan mencium punggung tangannya, berpamitan. Kali ini ia menggenggam telapak tangan Chika dan melangkah keluar dari rumah.

Di luar mereka berpapasan dengan beberapa tetangga yang juga sedang bersiap - siap beraktivitas pagi hari. Chika menyapa beberapa orang yang ia kenal baik.

"Kamu ngga bosen nemenin aku udah semingguan gini ke apartemen Kak Jeff? Ngelakuin hal yang sama setiap hari," tanya Chika, menunjukkan amplop surat berwarna merah muda dan bergambar tokoh kartun. Ada tulisan 'to: Jeffrey' di muka amplop.

"Aku baru akan ngeluh kalau kamu udah ngga semangat untuk kirim surat untuk Kak Jeff. Tapi aku ngga akan pernah bosen nemenin kamu. Bahkan aku setiap hari ketemu kamu, kadang ngobrol hal yang sama. Aku tetep dengerin kamu cerita."

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang