Pernahkah kau bertanya-tanya apa benar manusia memiliki perilaku yang terprogram secara genetik yang meningkatkan kemampuan untuk menghadapi kemungkinan lingkungan yang vital? Tatkala menginjak musim panas pada tahun terakhir di sekolah menengah pertama, Kanna mulai percaya bahwa itu benar. Perilaku tersebutlah yang membantu manusia beradaptasi dalam lingkungan yang baru, menerima perubahan kondisi atau bahkan dalam aspek mempertahankan diri serta teritori. Kendati hendak menolak sekeras apa pun, insting mendasar tersebut akan tetap eksis jauh—jauh di dalam benaknya. Well, salah satu contohnya? Mempertahankan kekasihmu.
Terdengar seklise seperti apa yang kerap dikisahkan, namun Kanna bisa memutar setiap inci dari memori ketika para gadis melingkari mejanya di kelas yang lenggang, ekspresi menyalak garang dan ia lantas berkata, "Aku dengar kau mendekati kekasihku," katanya. "Sudah merasa sangat cantik sampai bertingkah seperti itu, ya? Apa maumu?"
Itu bukan kenangan yang bagus, tetapi jelas membuatnya mengerti mengenai manusia lebih baik lagi. Lagipula mereka bilang, pelajaran hidup yang bagus biasanya berasal dari pengalaman mengerikan. Toh jelas, tak akan ada yang akan memasang ekspresi riang gembira saat kau merasa terancam. Tak ada yang suka apabila seekor hama menelisik masuk merusak kebun yang kau miliki. Seperti yang dibilang. Hakikat manusia. Mempertahankan teritori, kekuasaan, juga harga diri.
Jadi pada titik ini, mengerti benar akan dasar tersebut—mengerti dengan kesadaran penuh bahwa ia akan memiliki masalah sama tatkala Kim Taehyung melangkah mendekatinya di sekolah, Kanna bisa merasakan keningnya berkerut lagi. Ah, itu dia. Menyita perhatian semua orang, tersenyum dan membalas sapaan dengan enteng.
Memasukkan bukunya ke dalam loker dan mengambil buku lain untuk mata pelajaran selanjutnya, ia lantas menghela napas berat. Gadis itu bahkan belum sepenuhnya mampu menyingkirkan sisa ingatan atas insiden semalam sementara si pemuda terlihat seolah ia benar-benar menikmati waktu istirahatnya. Sial, belum sempat melarikan diri, Kanna yang kemudian menutup pintu loker tahu-tahu menemukan Taehyung menyandarkan diri di sisinya, menatap ramah saat berkata, "Mimpi buruk?" Ia terkekeh lucu. "Tidurmu tidak nyenyak, ya? Aku bisa melihat kantung mata di sini."
"Mimpi buruk, benar." Kanna melangkah mendahului. Diekori, tentu saja. Apa, sih, yang diharapkannya? Melirik Taehyung sekilas, gadis tersebut melanjutkan, "Kau yang menjadi mimpi buruknya, kalau-kalau ingin tahu."
Taehyung mendengus, jelas berusaha menahan tawa. Hari ini pemuda tersebut mengenakan sebuah sweatshirt berwarna abu-abu gelap yang dilapisi jaket, jeans kasual dan sepatu kets merah. Melangkah di sisi Kanna, ia tetap menyapa banyak orang. Sesekali berhenti, membicarakan sesuatu lalu menyambung berjalan kembali mengikuti menuju kelas.
Kim Taehyung masih tetap menjadi Kim Taehyung seperti biasanya—ceria, manis, lengkap dengan personaliti wah yang membuatmu berpikir Tuhan pasti sudah repot-repot meluangkan waktu guna menciptakan sebuah maha karya yang luar biasa Tetapi beberapa pandangan masih dilemparkan. Sebagian bertanya-tanya, sebagian besar lagi menyelidik waspada. Kanna menyadari itu semua saat berkata, "Kau bisa berhenti."
Taehyung melirik gadis di sisinya, balas bertanya, "Berhenti apa?"
"Berhenti mendekatiku di sekolah." Kanna diam sejenak, menimang apakah ia harus mengatakan isi kepalanya secara terus terang atau sembunyi-sembunyi. Namun mengingat opsi pertama saja memiliki kemungkinan besar untuk disenyapkan, si gadis melanjutkan lugas, "Aku tidak keberatan berhubungan denganmu di luar area ini. Kau bisa berhenti bersikap seolah kita sudah berteman lebih lama daripada yang seharusnya."
Dia menaikkan satu alis. "Boleh tahu mengapa?"
"Mencari celah aman." Gadis itu berhenti melangkah, mendongak menatap Taehyung. "Aku tidak ingin menghabiskan sisa masa sekolahku dengan memiliki musuh dari para gadis yang merasa terancam bahwa aku akan mengusik teritori mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifted & Fracted
Fiksi PenggemarPada musim panas kali itu, Min Kanna mengenal Kim Taehyung dengan seribu satu rahasia, obsesi, serta rencana gila. Pada musim panas kali itu, Min Kanna tak tahu bahwa seberkas cahaya dari neraka baru saja dibidikkan tepat pada kepala. Ah, memang sia...