20. Fluctuate

274 69 1
                                    

Mengusap titik-titik air yang meleleh jatuh pada kaleng cola, Kanna memandang lurus pada ombak yang menghantam bibir pantai dengan perlahan. Suaranya berpadu dengan gemeretak api unggun—seolah ikut melirik ke dalam malam yang kian pekat.

Isi kepalanya penuh. Terasa seolah akan dimuntahkan kapan saja. Taehyung masih belum mau berbicara padanya. Jungkook dan kamera sialannya. Lalu Sera dengan rumor mengenai Chaerin, Yoongi, juga Jimin. Menahan napas, Kanna meneguk isi kaleng sebelum meletakkannya kembali di atas pasir. Mungkin—dan agaknya barangkali memang benar—alasan utama mengapa Yoongi tak ingin ia bergaul dengan ketiga pemuda itu karena ia pernah melakukan sebuah kesalahan di masa lalu. Yoongi khawatir Kanna akan terluka. Ini juga melibatkan mantan kekasihnya yang sudah tiada. Mungkinkah salah satu dari Jimin, Jungkook, atau Taehyung pernah menyukai gadis yang sama? Soo Chaerin?

Memalingkan pandangan dan kembali memposisikan diri ke dalam riuh-rendah semua orang, si gadis memandangi kegaduhan yang semakin meninggi. Matahari sudah tenggelam. Malam kian mengecup Bumi secara perlahan dan pasti. Setelah hari panjang yang diisi berbagai kegiatan melelahkan, semua orang kini berkumpul di tepi pantai sejak pukul delapan selepas makan malam—membakar tumpukan kayu dan menciptakan kobaran api di tengah lingkaran.

Dari tempatnya berada, Kanna bisa mendengar Hyeonri serta beberapa gadis lain tengah berkelahi samar, saling menyudutkan mengenai bagaimana cara mengundi pasangan untuk menjalani tes keberanian secara adil dan bijaksana. Kanna seratus persen meragukan kalau dua aspek terakhir benar-benar dilakukan. Beberapa anak laki-laki juga terlihat memprotes, berkata bahwa ini tidak adil kalau hanya para gadis yang bisa memilih dengan siapa mereka ingin berpasangan.

Kanna berharap malam ini akan cepat berakhir.

"Tes keberanian memang selalu dilakukan saat campfire, kok. Jadi jangan cemas. Rutenya aman," ujar Hyeori beberapa jam yang lalu. "Dua orang akan berjalan menyusuri jalanan yang sudah ditentukan, melewati hutan kecil, memutar pada titik-titik tertentu dan beberapa anak lain akan bersembunyi untuk menakut-nakuti pasangan yang lewat."

Kanna menaikkan satu alis. "Oke?"

Hyeonri mengerling. "Kau masih belum mengerti, ya? Ini trik untuk menghabiskan malam terakhir dengan sangat, sangat spesial. Aku tahu, memang agak terdengar kekanakan. Tetapi percayalah, semuanya menyenangkan."

Tidak. Tentu saja tidak. Setelah apa yang kulewati malam sebelumnya? Tidak akan.

Udara malam, euforia, selidik ingin tahu yang bersatu menggulung campfire memang berhasil membuat hampir semua orang menjadi kelewat bersemangat. Kanna juga mengerti benar betapa Hyeonri menginginkan Taehyung menjadi pasangannya, jadi ia tak berharap banyak mendapatkan kesempatan guna memulai konversasi berdua dengan si Kim. Lagipula Kanna juga tak benar-benar berharap untuk berbicara.

Setelah malam ini berakhir—iya. Mari akhiri segalanya. Tanpa sisa. Keinginannya untuk mendapatkan jawaban mengenai alasan atau semata-mata penjelasan mengenai apa yang sudah terjadi kini sukses menguap.

Menatap beberapa orang yang kemudian turut serta mencoba mengatur situasi agar berubah menjadi sedikit lebih kondusif (termasuk menengahi pertikaian mulut Hyeonri dengan gadis lain yang juga semakin memanas), Kanna memalingkan pandangan. Irisnya lantas seolah dipaku mati pada satu titik, tak mampu berpaling dan hanya memandangi Taehyung yang berada di seberang sisi dari lingkaran api unggun─balas memandang lurus, begitu kontras dengan kobaran si merah yang kian membumbung tinggi.

Dalam diam, si gadis menyadari bahwa kedua iris pemuda di seberang sana terlihat begitu gelap dan muram, menunggunya berbicara, menantinya mengatakan sesuatu—tetapi Kanna tahu sekali ia melangkah menghampiri dan menawarkan tempat, akan sulit baginya menemukan alasan untuk pergi lagi. Taehyung terasa seperti ekstasi. Ia akan menemukan dirinya tewas sebab tak mampu berhenti. Memutus kontak mata, merasakan udara musim panas seolah meresap ke dalam pori-pori kulit, gadis tersebut menahan napas.

Lifted & FractedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang