Rasanya seperti baru terjadi kemarin saat Kanna mendengar bahwa Taehyung dan Nyonya Hyesung sudah meninggalkan rumah mereka dan pergi. Ibunya berkata bahwa Hyesung bahkan sempat menangis, memohon maaf atas segalanya sebelum pergi seolah tidak ada yang terjadi. Kanna tidak tahu harus merasakan apa. Namun melihat betapa ganjilnya wanita itu bersikap, mungkin Tuan Park sudah bergerak lebih cepat untuk membungkam semua mulut. Kanna tak yakin.
Namun satu hal yang kini berkelindan serta terpasang jelas, semua orang pasti memiliki alasannya masing-masing. Nyonya Kim tak ingin melihat putranya mendekam dalam penjara. Ibunya juga tak ingin pemuda yang sempat melakukan tindak kriminal pada putrinya masih berkeliaran dalam jarak dekat. Kanna juga mendengar bahwa mereka akan pergi ke luar kota, melakukan rehabilitasi atau semacamnya. Namun apa-apaan ini sekarang? Apa yang Taehyung lakukan di sini sekarang?
"Akhirnya, aku—" Pemuda itu tercekat sejenak, kerongkongannya seolah tersendat dan ia melanjutkan begitu lirih, "Akhirnya aku menemukanmu. Mereka terus memaksaku pergi. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Apa yang harus kulakukan, Kanna?"
Pergi. Menjauh. Jangan kembali.
Namun alih-alih mengatakan itu, Kanna mendadak kehilangan seluruh fungsi otaknya. Ia ingin membalas, tetapi ketakutan kembali menggerogoti. Bayangan yang kelewat buruk seketika kembali berdatangan. Potongan adegan di mana suara lecutan mesiu, pandangan dingin pemuda tersebut, sentuhannya, pukulannya, walau saat ini Taehyung berbicara seolah tidak ada yang salah. Dia bahkan tidak berubah.
Bibir gadis itu bergetar, kerongkongannya seperti dicekik dan Taehyung menekuk satu kakinya, bertumpu pada lutut untuk berada di depan gadis itu—mendengarkan Kanna yang bergumam pelan, "Mereka?"
"Tuan Park dan ibuku," Taehyung menyahut kalem. Irisnya sendu, namun dalam satu waktu terlihat begitu dipenuhi keinginan untuk mendekat, menghapus jarak. Kanna bergidik pelan saat pemuda tersebut melanjutkan, "Mereka berusaha menjauhkanku darimu. Bagaimana mereka bisa melakukan hal sekeji itu? Aku sungguh tidak mengerti. Aku bahkan sudah melakukan hampir segala hal demi dirimu dan—"
"Kau harus pergi." Kanna menggigit bibir bawahnya. Irisnya menatap sepasang netra Taehyung yang kebingungan dan menandas tegas, "Pergi dari hidupku."
Taehyung mengerutkan kening. Apa katanya? Ekspresi itu perlahan diselimuti kepanikan, dadanya sesak saat Kanna menatap kosong padanya. Ah, tidak. Tidak bisa begini. Dia tidak menguntit gadis itu hanya untuk ditatap seperti orang asing. Kanna tidak bisa menatapnya seperti itu. Kanna harus membalas perasaannya, seperti dulu. Itu wajib. Sebab Taehyung sendiri serasa akan mati karena perasaan gila tak berakal ini.
Sejurus kemudian, pemuda itu mendadak merasa kesal. Jengkel. Sedikit marah. Ia bahkan sudah melakukan segalanya demi membantu Kanna menghadapi Tuan Park. Ia sudah menyusun taktik dan alasan, mempengaruhi ayah Jimin agar tidak menyentuh Kanna dan melemparnya ke dalam penjara bersama Yoongi. Taehyung bahkan sudah menunggu lama sekali di depan rumah sakit setelah berhasil kabur dari pengawasan ibunya, berusaha mencari celah untuk menemui gadis favoritnya kendati Tuan Park selalu memberikan pengawasan pada ruangan di mana Kanna berada. Tapi apa yang ia dapatkan? Kanna melihatnya dingin. Ketakutan. Apa yang Taehyung lewatkan? Ini tidak adil. Benar-benar tidak adil.
Rumit. Padahal dia hanya menginginkan Kanna. Sesederhana itu. Semua sudah berakhir. Ia juga sangat yakin kalau Jimin bahkan tidak akan mengacau lagi. Apa yang salah?
"Kenapa?" gumamnya. Pemuda itu membasahi bibir bawahnya, bertanya dengan tatapan tak percaya yang terlihat begitu absolut, "Apa salahku sekarang?"
Kanna menatapnya nanar. "Lupakan. Lupakan saja. Tentu saja kau tidak pernah bersalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifted & Fracted
FanficPada musim panas kali itu, Min Kanna mengenal Kim Taehyung dengan seribu satu rahasia, obsesi, serta rencana gila. Pada musim panas kali itu, Min Kanna tak tahu bahwa seberkas cahaya dari neraka baru saja dibidikkan tepat pada kepala. Ah, memang sia...