HITAM PUTIH

1.1K 90 18
                                    

"Anija, kau mau kemana lagi?"
Seseorang yang dipanggil Anija itu nampak menoleh. Memperhatikan saudara satu-satunya itu tengah menyilangkan kedua tangannya. Tak lupa, wajah dingin itu masih bertengger disana.
"Ke tepi sungai seperti biasa." Jawabnya.
"Ayah memintaku untuk ikut bersamamu."
"E-eh!?"

Si rambut keperakan, Tobirama Senju, nampak mengangkat sebelah alisnya melihat ekspresi kakaknya itu, Hashirama Senju. Kenapa begitu panik? Padahal dia hanya disuruh ikut. Ini mencurigakan.
"A-ano..." Hashirama menggaruk canggung pipinya. Bagaimana cara menolak adik semata wayangnya itu sekarang.
"Kenapa?" Tanya Tobirama.
"Tumben sekali ingin ikut. Apa Ayah mencurigaiku?" Hashirama masih tergagap ria.
Tobirama mengendikkan bahu sebagai jawabannya. Dan mau tak mau, Hashirama mengijinkan adiknya itu untuk ikut bersamanya hari ini.

Mereka berdua masih muda. Usia hanya terpaut dua tahun saja. Sebenarnya mereka juga tiga bersaudara. Namun sayangnya Si bungsu, Itama Senju telah terbunuh dalam perang antar clan yang tiada habisnya.

Perang? Ya, mereka hidup di zaman perang. Dimana Clan Senju dan Clan Uchiha yang tak pernah bisa akur sejak dulu kala. Banyak yang gugur, entah pihak Uchiha maupun Senju. Hashirama sebagai si sulung harus bisa menjaga adik-adiknya. Tetapi takdir berkata bahwa Itama harus terbunuh saat perang. Dua clan ini adalah penghasil shinobi yang hebat. Mereka sama-sama bertalenta, namun sayangnya menolak untuk saling damai.

Mereka akan terus berperang, entah sampai kapan.

"Hm?" Tobirama menautkan kedua alisnya saat ia melihat sosok berambut hitam sudah sibuk melempar batu dari tepi sungai.
"Madaraa!!!" Teriak Hashirama girang saat melihat kawannya itu sudah ada disana duluan. Merasa namanya dipanggil, Madara menoleh. Dan dia sangat terkejut melihat siapa yang ada dibelakang Hashiramanya itu.
"Ahahaha! Maaf, maaf, adikku memaksa ikut. Jadi aku harus mengajaknya!" Hashirama tertawa sangat kencang saat menyadari Madara dan Tobirama sedang adu death glare.
"Anija, apa kau tidak ada hal yang lebih berguna untuk dilakukan? Kau selalu bermain bersamanya. Waktumu terbuang sia-sia!" Umpat Tobirama tanpa filter. Mulutnya memang kurang ajar.

Mendengar perkataan Tobirama yang seakan merendahkan Madara, mulai lah muncul kedutan sebal di pelipisnya. Rasa-rasanya, Madara ingin sekali menghantam kepala putih adik Hashirama itu dengan batu kecil ditangannya.
"Tobirama! Jaga bicaramu." Bentak Hashirama sedikit tegas.
"Cih." Tobirama hanya membuang mukanya. Dia lalu pergi begitu saja meninggalkan Hashirama dan Madara.
"Oi! Tobirama! Jangan terlalu jauh! Kembalilah kemari sore nanti!" Peringat Hashirama pada adiknya itu. Dan hanya dibalas dengan acungan jempol saja.
Hashirama menghela napasnya berat. Kenapa adiknya itu dingin sekali. Padahal dirinya itu begitu humoris dan hangat, kenapa adiknya malah memiliki sikap yang berbanding terbalik dengannya.

"Kau tidak mengejarnya?" Tanya Madara.
"Tidak tidak! Dia akan kembali. Meski tampak begitu, dia akan selalu mematuhi kata-kataku. Kau tenang saja, Madara." Jawab Hashirama penuh keyakinan. Madada hanya mengangguk. Dan menit berikutnya, mereka kembali berbincang dan bermain seperti biasanya. Tertawa, mengejar, dan bertanding. Di usia Hashirama dan Madara yang baru 15 tahun ini, bisa bermain seperti ini adalah hal yang langka.
Mereka tidak bisa sembarangan berteman dan menyebut marga masing-masing di zaman perang ini. Karena itu akan berbahaya.
Tapi sejenak, mereka ingin mengabaikan keruhnya dunia mereka sekarang. Mereka hanya ingin bahagia bersama berdua, walau sejenak saja.

...
Disisi lain, Tobirama nampak hanya berjalan santai menyusuri hutan. Sebenarnya dia sudah tau jika kakaknya itu akan menemui Madara. Yang entah bagaimana dia tidak tau kalau kakanya punya teman misterius. Semenjak kematian Itama, Tobirama semakin dingin. Sedangkan Hashirama mau tak mau harus selalu bersikap hangat pada Tobirama. Jangan sampai adik satu-satunya itu merasa sangat terpukul atas kematian Itama. Yang padahal, Tobirama tahu bahwa kakaknya itu juga sama terlukanya.
Kematian Itama terjadi karena keteledoran ayah mereka harus membuat Itama meninggal diusianya yang sangat muda. Hashirama dan Tobirama saja belum pernah diajak ke medan perang, tapi kenapa Itama justru yang diajak. Padahal dia yang termuda dan ilmu shinobinya belum sangat cukup. Hingga akibatnya adalah, Itama tewas di medan perang.

HITAM PUTIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang