11

543 56 13
                                    


Warning for typo!












Jikyung merasakan sekujur tubuhnya yang membeku. Bukan tanpa alasan, wanita cantik berusia dua puluh tiga tahun itu harus kembali kontak mata dengan Kim Taehyung. Pria yang jelas-jelas tidak ingin ia temui lagi.

"Kau... Jung Jikyung, kan?" Lirih Taehyung lagi setengah sadar.

Jikyung masih terdiam. Mulutnya masih tertutup rapat, seolah kehilangan fungsinya untuk bicara. Hingga tak lama kemudian para perawat tiba-tiba datang, membuat fokusnya terpecah. Rupanya Jimin lah yang memanggil perawat untuk datang.

"Dokter, Jung?" Para perawat sepertinya menyadari Jikyung yang bertingkah aneh.

"A-ah Maaf, tolong kau siapakah ruangan Rontgen, kita akan menjalani sejumlah pemeriksaan." Perawat pun mengangguk lalu segera pergi.

Sedangkan tatapan Taehyung terkunci pada sosok Jikyung. Setiap pergerakan Jikyung tak  luput dari pandangannya. Tak lama perawat kembali dan langsung membawa Taehyung  menuju ruangan yang Jikyung maksud.

Jikyung sendiri masih terpaku di tempatnya. tiba-tiba kepalanya terasa begitu berat, sepertinya dia mulai kelelahan

"Hei, kau baik-baik saja?"

"A-aku baik."

"Kau yakin bisa menanganinya? Kau nampak lelah."

Jikyung menatap Jimin sejenak, pertanyaan itu membuatnya berpikir. Apa memang dia harus menyerahkan tugasnya pada dokter lain?

"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja kok. "

Jawaban Jikyung justru berlawanan dengan isi hatinya, dan Jimin sadar jika gadis itu tengah berbohong. Seolah tahu Jimin tak mempercayai nya, Jikyung pun tersenyum paksa.

"Aku pergi dulu. Kau bisa menunggu di ruangan ku." Jikyung pun pergi, meninggalkan Jimin sendiri.

"Di antara banyaknya pasien, mengapa harus dia?"








...









"Sejauh ini tidak ada luka fatal pada kepalanya, namun untuk berjaga-jaga akan adanya kemungkinan buruk, dia harus di rawat beberapa Minggu ini. Karena kita belum tahu apa dampak dari benturan kepalanya."

Penjelasan Jikyung sedikitnya dapat membuat Jimin bernafas lega. Pria itu membuang nafasnya setelah sebelumnya begitu tegang menunggu hasil pemeriksaan. 

"Syukurlah. Melegakan sekali."

"Omong-omong apa ayahnya sudah tahu mengenai ini?"

"Jangan berharap terlalu banyak, tapi aku sudah memberi tahunya tadi. Kita tunggu saja apakah dia akan datang atau tidak.

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu, ada hal yang harus aku lakukan. "

"Aku mengerti. Aku juga akan pergi menemui Taehyung. Jangan memaksakan diri Kyung-ah."

"Hm, terimakasih. Kalau begitu aku pergi dulu."

Jimin pun mengangguk, membiarkan Jikyung pergi. Kemudian sesampainya dia di ruang rawat Taehyung, Jimin melihat pria itu tengah melamun sembari menatap kosong jendela. Jimin
Yang melihat itu membuang nafasnya lelah.

"Apa kau tidak bosan terus menerus berada di rumah sakit? Ini sudah kesekian kalinya kau berada di tempat ini karena kelakuan bodoh mu."

Taehyung belum bereaksi, dia malah menatap Jimin dengan wajah datarnya.

"Kapan dia kembali? Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Tch, untuk apa memangnya? Bukankah kau tidak peduli lagi padanya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IF WE WERE DESTINED [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang