"Biarkan sosok yang pernah singgah lalu meninggalkan tanpa sebab itu abadi dalam kenangan. Tak perlu menghapus segala tentangnya cukup melepas dengan ikhlas agar hati lebih tenang tanpa ada rasa kebencian."
-Agaraya-
Semburat warna jingga di langit telah pergi digantikan oleh tergantikan oleh cahaya bulan yang terang benderang.
Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB. Gadis itu sedari tadi belum bisa tidur. Semenjak kejadian tadi sore tadi, kepalanya cenat-cenut memikirkan pertanyaan dari Aga. Dia merasa ada sesuatu yang terlupakan olehnya. Namun, saat dirinya berusaha keras mengingatnya kembali justru menyiksa batinnya sebab sulit untuk memutar memori sama sekali tak tersimpan tapi itu nyata.
Dia mengecek Hpnya mungkin ada sesuatu yang penting.
Rain : Tadi elo pulang jam berapa Ray? Habis sama Aga.
Gadis itu mengerutkan keningnya. "Kenapa dia nanya gitu sih?"
Pertanyaan dari sahabatnya membuatnya bingung karena dalam pikirannya tak terlintas sekalipun hal tentang belajar bersama Aga.
Raya : Emang gue ke sana ya? Ngapain. Gue bingung waktu sore tiba-tiba gue sama Aga. Tapi gue ga ingat sekalipun kalau gue ke sana.
Raya menunggu balasan dari sahabatnya.
Rain : Lah, kok elo lupa sih? Emang tadi elo sama Aga belajar kelompok buat ikut olimpiade matematika.
Raya : Masa sih? Kenapa gue ga ingat sama sekali.
Rain : iya Raya
"Berarti yang di bilang apa beneran ya?" gumamnya menurutuki ucapannya sendiri. Entah mengapa lagi-lagi dia melupakan sesuatu padahal baru beberapa detik kemudian itu terjadi. Gadis itu bingung mengapa kejadian ini selalu terulang kembali?
Apakah Raya mengidap dimensia?"Kenapa sih gue selalu lupa gini? Arkhhh," teriaknya sulit untuk menerima kenyataan ini.
Dia membulatkan matanya membaca pesan dari Aga.
Aga : Assalamu'alaikum, Ray. Maaf aku mau nanya tadi kamu kenapa manggil aku Gama? Siapakah dia kenapa setelah mengatakan itu kamu menangis? Maaf aku lancang nanya gitu sebab aku cuman mau membantu. Mungkin sosok Gama ada kaitannya dengan sesuatu yang membuat kamu halusinasi.
Hp yang berada di tangannya seketika terjatuh ke bawah. Mata memerah, pelipisnya berdenyut diikuti tangannya bergetar hebat. Sementara bibirnya terdiam membisu sejenak.
Seakan ada belati yang menusuk hatinya walaupun sebenarnya hanya sekedar ketikan. Jiwanya merasakan kegelisahan dan ketakutan teramat dalam. Entah mengapa saat di bawah alam sadarnya. Gadis itu mengutarakan laki-laki itu.
Dia lah Gama, sosok laki-laki yang pernah berlabuh di hatinya, pemberi kebahagiaan sekaligus duka dalam kehidupannya. Hadirnya mungkin hanya sebentar saja. Namun, apa yang telah dia berikan kepada Raya itu sulit untuk dilupakan.
Sebisa mungkin dia tak menyebutkan sosoknya, tetap saja akan terus menghantu kehidupannya.
Yang bisa dilakukannya sekarang adalah menenangkan dirinya agar bibirnya tak akan pernah mengucapkan namanya walaupun dalam keadaan tidak sadar.Apakah saat dia mengalami halusinasi gadis itu mengutarakan sesuatu hal yang penting tentang Gama? Sampai Aga bertanya akan hal itu.
Andaikan saja ada seseorang di sampingnya sekarang. Pasti hatinya bisa sedikit lega. Kadang, memiliki sahabat itu belum cukup untuk bisa membagi masalahnya. Sebab, ketakutan akan ditinggalkan membuatnya sulit untuk mengutarakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...