Saat Kageyama terbangun ia sudah berbalutkan baju baru dan berada di ruang kamar berbeda. Ia mengendus tubuhnya sendiri, wangi dan segar. Aroma keringat dan sperma tak lagi tercium.
Tobio pun bangkit berdiri perlahan, nyeri di pinggangnya masih sangat terasa. Dengan sedikit tertatih si raven mencoba untuk melihat keluar.
Sebuah lorong panjang berlantai marmer. Kageyama terperangah dengan betapa indahnya mension ini. Lukisan, patung, vas, keramik, semua bertebaran dengan apik.
"Kageyama-san.."
Sebuah suara memanggil dari arah belakang, Kageyama berbalik, tampak Hoshiumi mendatanginya. "Makan malam sudah siap di bawah.." Pria itu tersenyum ramah.
Mereka berdua pun berjalan bersama ke bawah. Kageyama ingin bertanya soal siapa yang membersihkannya dan soal kakaknya, tapi ia ragu, merasa sungkan.
"Yang membersihkan anda adalah tuan Sakusa sendiri, dan juga tentang kakak anda, operasinya sudah dapat dilangsungkan kalau saja anda penasaran."
Kedua alis Kageyama terangkat dan ia menatap lelaki di sampingnya. "Sungguh? Kakakku sudah di operasi?"
"Sedang.. Saya tidak tahu sampai pukul berapa akan selesai." Jawab Hoshiumi, ia balas menatap pada Kageyama. "Anda tidak perlu khawatir, berkat tuan Sakusa, yang menangani perawatan kakak anda sekarang adalah dokter yang terbaik di bidangnya di Jepang."
Tobio mengusap genangan air disudut matanya seraya tersenyum lebar. Dengan begini harapan untuk sang kakak sehat kembali dapat menjadi nyata. Dia sangat senang sekali. "Terimakasih, Hoshiumi-san.."
Hoshiumi berhenti melangkah, ia tersenyum lagi. "Saya tidak melakukan apapun, hanya menjalankan perintah, semuanya berkat tuan Sakusa."
"Dimana Sakusa-san?"
"Beliau sedang pergi, sepertinya baru akan kembali besok.. Mari, silahkan menikmati hidangan, tuan Sakusa menyuruh saya untuk memastikan anda kenyang malam ini.."
Untuk pertama kalinya, Kageyama merasakan berbagai macam menu hidangan dalam satu meja. Masakan Hoshiumi sangat enak di lidahnya, ditambah perutnya yang keroncongan, ini kombinasi yang sangat pas.
.
Kageyama sudah kembali berada di dalam kamar barunya. Ia membuka lemari yang isinya lumayan penuh dengan pakaian dari setiap musim. Lemari sepatu ada sendiri, lemari untuk aksesoris ada sendiri, lemari untuk kaos kaki ada sendiri.
Lelaki blueberry itu melempar tubuhnya keatas kasur. Sangat empuk dan bantalnya serasa dibuat dari kumpulan bulu angsa. Inikah rasanya menjadi orang kaya. Kageyama senang bukan kepalang, ia kembali ke lemari, mengambil beberapa set baju kemudian mencobanya satu persatu. Berpose di depan kaca. Rasanya luar biasa.
Sampai lelah, Tobio mengenakan hodie kebesaran sepanjang setengah paha dan sepasang kaos kaki putih yang dirancang untuk musim dingin. Sesaat Tobio terduduk memeluk lututnya sendiri diatas kasur.
"Sakusa-sama sangat peduli dengan anda. Jika ada apapun yang mengganggu pikiran anda, atau ada sesuatu yang anda inginkan, jangan ragu mengatakannya, ini adalah perintah beliau."
"Sakusa-san.." Pipi Kageyama memerah. Setengah kepalanya bersembunyi di balik lutut. "Arigatou.." Senyum Kageyama mengembang tipis.
.
.
.Pukul 6 pagi Hoshiumi sudah bersiap untuk membuat sarapan. Ia menyiapkan bahan-bahan keatas meja.
"Selamat pagi, Hoshiumi-san.." Sapa Kageyama. Ia juga sudah bangun dan kini menyusul ke dalam dapur.
"Selamat pagi Kageyama-san, anda membutuhkan sesuatu?"
Kageyama tersenyum dan menggeleng. "Aku ingin ikut membuat sarapan, bolehkah?"
Hoshiumi tampak ragu. "Saya tidak yakin memperbolehkan anda, Sakusa-sama mengatakan-"
"Kumohon," Kageyama menggenggam kedua tangan Hoshiumi membuat pipi pria itu memerah dengan betapa imut wajah Kageyama saat ini. "-aku ingin berterimakasih pada Sakusa-san, biarkan aku ikut membuatkan sarapan untuknya.."
Hoshiumi menelan ludah. "B-baiklah.."
"Terimakasih!" Kageyama terpekik kesenangan. "Jadi kita memasak apa pagi ini?"
.
Cklek
Sakusa tiba di rumahnya pukul 8 pagi. Ia melepas sepatu dan hendak melepas jas, disaat bersamaan suara langkah terburu mendekat kearahnya membuat kepala pria itu mengadah.
"Sakusa-san!" Kageyama sedikit terlalu bersemangat. Ia mengerem mendadak berusaha untuk tidak menabrak tubuh si pria besar. "Aku memasak untukmu!" Mata Kageyama berbinar.
Sakusa menaikkan kedua alis mendengar pernyataan itu. Kepala Kageyama menunduk tapi matanya menatap keatas tepat pada netra sakusa, sebelah kakinya menyilang kebelakang, menggosok naik turun. Tangan kanannya memegang pergelangan tangan kiri dibelakang badan.
"Aku tau Hoshiumi-san sudah melarangku untuk memasak tapi aku ingin berterimakasih jadi aku bersikeras untuk tetap memasak kumohon jangan marah padanya karena ini adalah keinginank—"
Sakusa mengecup bibir Kageyama. Menenangkan pria mungil yang tiba-tiba kelebihan energi pagi ini. Hanya sebuah kecupan, setelahnya Sakusa mundur dan terkekeh. Tangan besarnya mengelus pucuk kepala Kageyama. "Soudesuka.."
Kageyama membatu dan pipinya bersemu. Matanya masih melebar dan kenapa dengan jantungnya yang ikut-ikutan berdebar.
"Karena kau sudah memasak, kita harus segera sarapan bukan?"
Kepala Kageyama mengangguk terbata. Sakusa tersenyum, melihat Kageyama yang masih membeku sangat menggemaskan. Lelaki besar itupun merengkuh pinggangnya.
"Eh.." Tubuhnya tertarik dan kedua tangannya reflek menyentuh pundak Sakusa. Wajahnya jadi kian memerah.
"Katakan padaku, mana yang harus kumakan lebih dulu jika kau seimut ini, kau atau masakanmu?"
Napas Kageyama tercekat. Ia tidak mampu menjawab. "Ja. Kau butuh tenaga."Sakusa mengajak Kageyama ke meja makan.
Di atas meja sudah tersedia semuanya. Sakusa tersenyum lalu duduk. "Kau yang memasak semuanya?"
"Mm ya.. Dibantu Hoshiumi-san juga.." Mata Kageyama menatap kearah lain.
"Kau suka dengan kamarmu? Kalau kau butuh lebih banyak baju atau sepatu katakan saja pada Hoshiumi." Mata Sakusa masih tertuju pada Kageyama.
Si raven mengangguk dan tersenyum. Ia memberanikan diri menatap yang lebih dewasa. "Ya sangat suka.. Terimakasih banyak, Sakusa-san.."
Netra Kageyama kembali mengedar mengamati seluruh ruangan. "Sakusa-san orang yang sangat menyukai keindahan ya.."
"Hmm, karena itu aku menyukaimu."
Hoshiumi yang tengah menuang wine ke gelas tuannya tersenyum tipis. Ia melirik kearah Kageyama. Wajah semerah kulit apel itu sangat ketara kikuknya. Kemudian ia melihat pada Sakusa, tatapan mata pria itu sangat lain saat menatap Kageyama. Menyenangkan rasanya melihat pemandangan langka ini.
"Mau menjenguk kakakmu setelah ini?"
Kageyama mengangguk-angguk.
Seperti biasa rajin up, tpi kalo udh mendekati tamat ga update-update
(´。_。`)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfic[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...