Manusia itu punya banyak cara untuk menikmati hidup, untuk menghargai diri sendiri. Seolah memberi penghargaan untuk dirinya yang sudah bekerja begitu keras selama ini.
Ada yang melakukannya dengan membeli makanan enak, membeli barang-barang yang kadang tak ada gunanya, maupun berjalan-jalan menikmati setiap pemandangan yang memanjakan mata.
Itu adalah beberapa cara yang manusia normal lakukan, beda lagi dengan jenis manusia tak mau banyak repot dan menghabiskan banyak energi.
Diantara banyaknya manusia di dunia ini, memang ada beberapa yang seperti itu. Salah satunya mungkin adalah Jaemin yang masih tenggelam dalam mimpinya.
Membiarkan dirinya bangun sedikit siang karena sekarang adalah hari Minggu. Seminggu ini dia sudah bekerja keras jadi sudah sepatutnya dia memberikan dirinya sebuah hadiah penghargaan. Tidur seharian contohnya.
Sosok itu masih memejamkan mata mengubur diri dalam-dalam pada hangat selimutnya, mengabaikan matahari yang mungkin saja sudah terik sinarnya.
Mengabaikan fakta kalau bisa saja ibunya akan marah karena sudah membiarkan wanita itu memanggil namanya dari lantai bawah lebih dari tiga kali. Sungguh, dia tidak peduli.
Deru nafasnya terhembus teratur, benar-benar menikmati waktu tenang itu. Dia dengan sengaja menggosokkan wajahnya pada bantal lembut miliknya. Nyaman sekali.
Tapi memang benar apa yang dikatakan orang dahulu jika tak ada yang benar-benar abadi buktinya dia tersentak saat pintunya dibuka dengan kasar.
Dia mengerang pelan mengangkat selimutnya agar menutupi seluruh tubuhnya.
"Bangun!"
Seseorang menendang pelan tubuhnya membuatnya mendengus namun tetap mempertahankan posisinya.
"Heh!! Dengar tidak!!"
"Bangun!!"
Lagi, sosok itu menendang tubuhnya kali ini dengan sedikit lebih keras.
"Berisik!"
"Bangun, bodoh! Ibu akan marah!"
Jaemin mendengus malah berbalik membelakangi sosok itu.
"Tidak peduli!"
Sosok itu kehilangan kata-kata tak habis pikir lagi atas kelakuan Jaemin.
"Benar-benar ya" katanya kemudian menarik kaki Jaemin begitu saja.
Membuat Jaemin melotot tersentak dan sedetik kemudian sudah jatuh dari kasur dengan tidak elitnya.
"Anak kurang ajar aku lebih tua tahu!!"
"Tidak peduli" katanya membalik kata-kata Jaemin barusan dan berbalik ingin meninggalkan kamar Jaemin.
Jaemin melotot dengan buru-buru mengambil bantal yang ada di sampingnya dan melempar sosok itu dengannya. Tapi agaknya sosok itu lebih lihai sehingga bantal itu bahkan tak menyentuh dirinya. Sosok itu menyeringai kali ini dia berhasil lagi mengalahkan Jaemin.
Dia menjulurkan lidah mengejek Jaemin dan benar-benar melangkah keluar setelah membalas melempar Jaemin dan tentu saja kena telak. Tepat pada wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Disaster
FanfictionBeberapa orang bilang punya saudara itu adalah anugerah tapi beberapa lagi mengatakan punya saudara itu bagai bencana.