Berpura baik-baik saja itu
tidak segampang yang ku pikirkan
Asa_________________________________________________
Tandai typoAsa memiliki lima sahabat, yaitu Ririn Amuna yang akrab di sapa Ririn, berbeda dengan para sahabat Asa yang memanggilnya Lifo. Lifo adalah salah satu metode persediaan barang dalam Akuntansi. Dan antara sahabat Asa yang lain termasuk dirinya, Ririn lah yang paling tua, namun Ririn lah yang wajahnya terlihat paling muda.
Ririn berpostur tubuh pendek di antara teman-teman Asa yang lain, sahabat Asa yang satu ini memiliki sifat yang tidak terlalu banyak bicara, namun dia bukan sosok yang dingin dan ... Ririn ini adalah pengagum setia Alwi Assegaf.
Yang kedua adalah Triani Kemangi akrab di sapa Tria berbeda dengan para sahabat Asa yang memanggil Tria dengan sebutan Fifo lawan kata dari Lifo alias Ririn. Postur tubuh Tria sama dengan Ririn. Tria memiliki sifat yang blak-blakan, dan berwajah judes.
Yang ketiga adalah Resa Kemala, akrab di sapa Resa. Resa berpakaian lebih tertutup di antara yang lain, menggunakan gamis, berjilbab panjang tak lupa dengan kaus kaki dan Handsock, tetapi ... terkadang ia memiliki sifat sedikit sombong, lemot, kekanak-kanakan, dan manja. Sering membuat para sahabat Asa yang lain naik darah, dan memiliki tingkat kepekaan yang sangat minim, tetapi ... ia pintar dalam pelajaran di kelas. Sedikt informasi, Resa ini menjunjung tinggi cinta dalam diam.
Yang keempat Ilfani Sarta, akrab disapa Fani. Fani adalah kekasih Latif sedari kelas sepuluh SMK dulu hingga sekarang. Fani memiliki pribadi yang santai dan netral, masalah otak jangan di tanya, ia memiliki pemikiran yang cukup dewasa. Para sahabat Asa menganggap Fani adalah Ibu bagi mereka.
Dan yang terakhir.
Lara Mahendra, akrab di sapa Lara. Lara paling tinggi postur tubuhnya di banding yang lain termasuk Asa. Ia memiliki hobi bernyanyi. Di antara sahabat Asa yang lain, Lara lah yang paling peka dan Asa, ia selalu berada paling depan saat Asa sedang tidak baik-baik saja, begitupun dengan yang lain.
***
"Sa?" panggil Fani.
Bel sudah berdentang lima menit yang lalu, sedang para sahabat Asa, baru saja hendak keluar.
"Ni anak lamunin apa sih?" heran Ririn.
"Alah ... paling juga lamunin si dia." celetuk Tria bersedekap dada.
"Fifo? Lifo? Diam!" tegas Lara menatap tajam keduanya. Ririn dan Tria hanya memutar bola mata malas.
"Dia teh saha?" bingung Resa.
Mereka semua menatap datar Resa yang gelagapan kala di tatap seperti itu.
Fani menyentil dahi Asa. Jelas saja membuat sang empu meringis kesakitan seraya mengusap-usap dahinya.
Asa menatap datar para sahabatnya.
"Lo mau disini nemenin ni kelas, atau ikut kita makan? Malah bengong disini!" ucap Lara menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Makan!" singkat Asa beranjak dari bangkunya lalu menarik tangan Lara diikuti yang lain.
Kini mereka sedang menuju ke kantin yang berada di ujung gedung sekolah. Sepanjang jalan menuju kantin mereka terus saja tertawa kecuali Asa. Entah apalah yang diucapkan Lara, sehingga para sahabat Asa tertawa hingga memegang perut mereka karena sakit akibat tertawa.
"Asa!" panggil seorang remaja laki-laki yang bernama Hikam. Hikam adalah seorang mantan ketua osis di SMK ini, Hikam berada di jurusan Pariwisata.
Satu sekolah juga tahu, bahwa Hikam sudah menyukai Asa sejak memasuki sekolah ini dulu. Sayangnya, Asa tidak pernah menerima cinta Hikam.
Langkah mereka terhenti kala mendengar pekikan Hikam.
"Mau ngapain lo hah!" galak Fani menatap tajam Hikam.
"Muak gue liat muka songong lo itu!" sarkas Tria melirik sinis Hikam, ia hanya kesal pada Hikam yang selalu saja mengganggu sahabatnya Asa.
Hikam menatap datar para sahabat Asa. Sedangkan Asa? Ia hanya diam, rasanya malas sekali ia untuk berbicara, apalagi untuk hal yang tidak penting seperti inj.
"Kam? Balik sana lo!" titah Lara sebelun para sahabatnya menyeret Hikam untuk enyah dari hadapan Asa.
"Ih ... Lara jahat," ringis Resa menatap Hikam tak enak.
Lara yang mendengar penuturan Resa hanya memutar bola matanya jengah.
"Udah ah ayok! Gue laper banget!" celetuk Ririn menarik Tria dan Fani di susul dengan Asa dan Lara lalu meninggalkan Hikam.
"Asa!" panggil Hikam membuat langkah Asa dan Lara terhenti kembali.
"Opo meneh semprul!" geram Lara memutar bola matanya malas.
Hikam menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu menatap Asa yang menatapnya datar. Hikam menyodorkan dua silverqueen yang berukuran sedang.
Asa menaikkan sebelah alis matanya menatap dua silverqueen itu. Hikam tersenyum tulus, "Untuk kamu, Sa. Di makan ya?" ucap Hikam lembut.
Lara merampas dua silverqueen itu dengan cepat, "Makasih banyak-banyak Hikam!" antusias Lara menatap dua silverqueen itu dengan semringah.
"Bukan untuk lo!" kesal Hikam merebut kembali dua silverqueen itu dari tangan Lara.
Lara membulatkan mata lalu menatap tajam Hikam, "Heh Samsudin! Tu cokelat ngape lo ambil balik! Kalo udah ngasi mana boleh di ambil balik lagi! Dosa hukumnya. Benerkan, Sa?" Lara menyenggol lengan Asa.
"Bener tuh!" timpal Asa mengangguk setuju.
"Ya ... ya tapikan ini untuk lo bukan untuk si lampir di samping lo itu, Sa." dengus Hikam.
"Ck. Yaudah sini si manis jembatan ancolnya!" Asa merampas dua silverqueen itu.
"Makasih," ucap Asa sebelum berlalu dari hadapan Hikam.
"Masama Cantik!" semringah Hikam.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi Kafi dan juga tiga temannya yaitu Aldo, Mars dan Rifal melihat interaksi ketiganya, bahkan sebelum para sahabat Asa yang lain berlalu.
Aldo menepuk bahu Kafi, "Saingan lo banyak, kalau lo nggak mau dia di ambil orang. Lo perjuangin dia lagi," ucap Aldo di angguki kedua sahabatnya.
Kafi hanya diam, tidak berniat untuk membalas ucapan Aldo barusan.
"Kayanya dia udah bahagia deh, mending lo jangan deketin dia. Ntar lo sia-siain lagi!" sindir Mars blak-blakan.
Rifal menggeplak kepala Mars. "Diem, dasar planet Mars sialan!"
Mars menatap Rifal penuh permusuhan.
Kafi menatap sendu kepergian Asa, yang sepertinya gadis itu sedang tertawa akibat lelucon yang di lontarkan Lara.
'Lo bahagia, Sa?' batin Kafi.
~••~
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Lengkap/TERBIT)
Teen FictionAsa menatap sendu sang Mama, perlahan tangannya menggenggam Lita sang Ibunda. "Asa lelah, Ma. Seperti halnya nama Asa, yang berarti harapan. Asa memiliki satu harapan untuk Mama. Asa pengen Mama bangun dari koma, di saat Asa sedang putus asa dan yan...