❄ ' 𝙺𝚎𝚕𝚞𝚑 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚑.¹¹

63 13 0
                                    

༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻

Solar menatap sahabat karibnya dengan penuh keheranan. Walau secara reflek ia melakukan hal konyol, itu adalah salah satu bentuk kekhawatirannya. Beberapa bulan terakhir sifat-sifat Ice berubah sedikit demi sedikit. Mulai dari Ice yang sering menawarkan ia untuk berkunjung ke rumahnya, dan seringkali ingin berkunjung kerumah Solar. Sering melamun dikelas, hingga yang saat ini baru saja ia dengar.

Sebenarnya ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Namun, hal itu makin Solar tahu sendiri bagaimana Ice dihantam oleh banyak gangguan dari sekolah. Salah satu yang paling parah mengancam kondisi kesehatan Ice. Kurangnya bukti membuat mereka kalah saat melaporkan semua kejadian pada guru.

Tentu saja tanpa adanya bukti, siapapun pasti kalah jika melaporkan kejadian yang diperbuat oleh seorang anak dari tempat tersebut. Salah satu penganggu Ice adalah anak dari guru yang mengajar disana. Belum lagi kemampuan penganggu itu dalam memutar balikkan fakta.

Terkadang Solar geram sendiri melihat perlakuan mereka terhadap Ice. Sedangkan yang diganggu seakan akan tidak memperdulikannya. Pernah saat melapor ia kalap, saking kesalnya ia saat itu. Namun, berakhir ia diseret keluar oleh Ice.

Yang masih ia herankan sampai saat ini adalah, mengapa Ice tidak pernah memberitahu pada orangtuanya. Namun, Solar memilih untuk tidak menanyakan hal itu, ia tidak ingin ikut campur tentang urusan keluarga. Mau bagaimanapun urusan yang berkaitan oleh keluarga adalah privasi milik keluarga itu sendiri.

Mengingat Blaze yang menanyakan kondisi Ice disekolah padanya, membuat ia sadar. Jika banyak rahasia yang Ice simpan pada kakaknya, maka rahasia yang disembunyikan dari dirinya juga tak kalah besarnya. Disaat yang tepat ia pasti akan mengetahuinya. Entah itu ia yang mengulik cerita dibaliknya, atau pemilik rahasia yang secara tak sadar mengatakan semuanya.

༺❆༻

Ice berdiri di depan cermin. Melihat pantulan dirinya yang sangat jauh dari kata sempurna. Matanya sedikit sembab akibat baru saja menangis. Daerah sekitar pipinya yang lebam, dan bercak merah yang masih berbekas di area hidungnya.

Ia mimisan disekolah, entah karena apa. Yang jelas itu masih diselidiki. Bekas memar yang ada dipipinya, itu adalah bekas tamparan ibunya. Karena ia mimisan, pihak sekolah menelpon ibunya dan memintanya untuk datang kesekolah.

Ibunya menjemputnya. Setelah sampai dirumah ia dimarahi habis-habisan, karena Ice ia dipanggil ke sekolah. Setelah selesai dimarahi Ice masuk ke dalam kamarnya. Ia menangis disana, sakit rasanya. Tak lama setelahnya ia tertidur, dan baru saja terbangun.

Bukan kali pertamanya ia diperlakukan seperti ini. Hanya saja, sakit rasanya. Ia hanya seorang anak kecil yang sedang beradu dengan kejamnya nasib. Peran yang ia mainkan terlalu berat baginya. Namun, mau bagaimanapun itu harus ia jalankan. Yang pasti peran yang ia dapat tidak dapat diganti maupun di restart.

༺❆༻

Kubuka kertas ulangan yang baru saja dibagi, jujur aku takut melihat nilaiku sendiri. Materi yang diujikan tidak terlalu aku pahami. Salahkan penyakitku yang kambuh pada saat materi yang diujikan itu dipelajari. Itu membuatku drop hampir seminggu lebih. Aku memberanikan diri untuk membuka mataku dan melihat nilai yang tertera dikertas ulangan.

Tujuhpuluh lima adalah itu nilai yang tertera disana. "Sudah kuduga, pasti jelek,"gumamku. "Hmm mana lihat," ucap Solar. "Itu sudah bagus, apalagi kau tidak masuk saat itu," hiburnya. Aku mengangguk pelan, ada benarnya juga. Namun, kurasa mama tidak akan bisa memahaminya. "Sudah yuk lihatin nilainya, ayo pulang," ajak Solar. "Iya, ayo."

Aku berjalan keluar kelas, jantungku berdebar-debar. Ekspresi yang sebisa mungkin kuatur agar tidak terlihat khawatir. Takut untuk pulang, tapi dengan tidak pulangnya aku juga sama saja, tetap kena marah.

❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang