Bagian 4 ⅕

97 16 2
                                    


Dia seakan tidak percaya orang yang tengah duduk di depannya ada di hadapannya bagi Utahime merasa mimpi melihat dirinya lagi.
Terakhir Utahime melihatnya sewaktu dia masih kuliah dulu, dia berpamitan waktu itu di hadapannya--berpamitan pergi ke Cappadocia memulai hidupnya di sana, dia merindukan sosok di depannya, dia tahu betul rumah tangga seperti apa.

"Kenapa kamu melamun?" Tanya dia.

Utahime menggerakkan kepala dan tangannya karena kepergok melamun.
"Ti-tidak ada Suguru-san... apa kabarmu?" Kata Utahime

"Baik, semuanya baik... karirku di Cappadocia sangat lancar, hanya saja... setelah aku mendengar kabar dari kedua anak angkatku Nanako dan Mimiko mengenai masalahmu dengan Satoru, itu membuatku sakit hati..."

"Pria mana sih yang bodoh melukaimu? Satoru sangat bodoh, menyianyiakan wanita sebaik Utahime. Sabar ya Uta, aku yakin karma akan membalas semuanya" kata Suguru.

Dia hanya membalas senyum dan mengangguk, Suguru memberikan bingkisan oleh-oleh dari Turki. Utahime terlihat senang melihat pernak-pernik yang di belikan Suguru.

"Pakai ya, aku yakin itu sangat cocok untuk Utahime. Maaf merepotkanmu" kata Suguru berdiri dari posisi duduknya dan bergegas pergi.

"Aku pamit ya, bahaya kalau Satoru menemukanku. Adanya salah paham lagi" kata Suguru mengusap puncak kepala Utahime dengan lembut.

"Terima kasih Suguru-san" kata Utahime masih membuka pintu rumah, memandang Suguru yang sudah di ambang gerbang rumah Utahime.

"Tidak masalah, Utahime. Selamat malam" pamit Suguru.

.
.

Utahime kembali ke aktifitasnya seperti biasa, membersihkan seisi rumah besar ini, mencuci, merapikan. Utahime termasuk wanita yang sangat apik-dia akan risih melihat rumah berantakan.

Sebentar lagi Ulang tahun ibu mertuanya, dia belum memikirkan hadiah apa yang akan Utahime beri. Mencari inpirasi untuk wanita tua inginkan cukup sulit bagi Utahime, dia mencari barang-barang yang cocok untuk ibu mertuanya.

Utahime terkadang kurang pede dengan hadiah yang selalu dia berikan untuk ibu mertuanya, seperti sepatu heel dan tas. Semuanya brended dan Utahime selalu minta izin suaminya untuk memakai uang kiriman Satoru untuk membelikan hadiah ke mertuanya, dia selalu mengizinkannya bahkan terlihat tidak peduli.

"Buket bunga aja kayanya?"

~♧◇♧◇~

Utahime tersenyum manis melihat mertuanya menyukai buket bunga yang dia buat sendiri, beliau memeluknya begitu hangat.

Apa Satoru datang?  Jawabannya tidak.
Dia tidak hadir di pesta ulang tahun ibunya sendiri, entah dia sedang dimana dan dengan siapa.

"Menantumu cantik sekali" kata ibu arisan teman mertuanya.

"Tentu, dia menantuku yang paling cantik" kata beliau merangkul pinggangku.

"Satoru sangat beruntung bukan, istrinya cantik. Pasti dia betah di rumah" kata ibu arisan lain.

Utahime mendadak murung mendengar perkataan itu, beruntung, betah. Semuanya salah Satoru tidak pernah melihatnya, tidak sedikitpun membuat Utahime kecewa.

"Nak, kapan kamu kasih mertuamu cucu" kata ibu arisan lain.

Utahime makin jatuh mendengar perkataan jahat dari teman-teman ibu mertuanya, jujur di lubuk hati Utahime. Dia sangat menginginkan buah hati yang hadir di tengah-tengah rumah tangganya dengan Satoru tapi dia tidak mau anaknya bernasib sama seperti ibunya, dia tidak mau itu terjadi.

"Tuhan berhendak lain... saya masih betah berpacaran dengan suami saya, mungkin tuhan belum mempercayai saya untuk memberikan garis keturunan." Kata Utahime begitu lembut dan beberapa ibu arisan itu terdiam dengan perkataan Utahime.

"Kami doakan, untuk tahun sekarang... nak Utahime mendapatkan anak" kata salah satu ibu arisan.

"Terima kasih doanya" kata Utahime begitu lemah lembut.

.

"Satoru"

Dia menoleh tepat di samping wanitanya, mereka tengah berada di prefektur Nagano distrik matsumoto. Menikmati liburan kecil yang sudah di atur Satoru karena kekasihnya libur prakter pekerjaan dokternya.

"Kenapa melamun?" Lantunan suara manjanya membuat telinga pria itu berubah mood menjadi tenang.

Dia memeluk tubuh kecilnya di antara dua tangan besar Satoru, menenggelamkan wajahnya di bawah selangkanya. "Shoko... kamu menikmatinya?" Tanya Satoru, hembusan nafasnya begitu mengelitik kulit leher telanjang Shoko.

"Iya, aku menikmatinya. Liburannya sangat memuaskan, terima kasih sayang" kata Shoko meninggalkan ciuman di kepala pria berambut uban tersebut, Satoru memasang senyum dan semakin erat pelukannya.

"Hei sayang, boleh aku bertanya"

"Tentu Shoko" kata Satoru masih menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Shoko.

"Satoru, kamu memilih aku atau Utahime? Siapa yang sangat kamu cintai. Aku atau istrimu" tanya Shoko begitu mendesak, Satoru mengendurkan pelukan dan menarik diri untuk menatap Shoko.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku mencintaimu" kata Satoru menyentuh pipi tirus kekasihnya.

"Aku mencintamu Shoko, kamu tahu itu. Kamu yang aku inginkan, bukan Utahime" tegas Satoru.

.

3 hari kemudian...

Utahime tidak melihat suaminya, lebih tepatnya Satoru tidak pulang kerumah. Utahime berusaha berpikir positif, mungkin Satoru ada pertemuan dengan kliennya di luar kota.

Dia menunduk sedih menatap aspal jalanan, kini dia hanya duduk diam mengamati pemandangan menara sky three Tokyo. Matanya tidak bisa berbohong--Utahime iri pada pasangan muda yang begitu serasi, dia hanya bisa mengutak-atik isi ponselnya.

Dan tidak sengaja dia menemukan photo mereka bertiga, iya photo mereka; dirinya, Satoru dan Shoko.

Utahime menjatuhkan air mata yang sudah ia tahan karena takut hatinya kembali menjadi kelabu, dia takut tidak bisa kembali dari dasar jurang yang sudah di ciptakan dirinya sendiri.
Dia tidak mau dirinya kembali sakit, Utahime bodoh menangisi pria yang bahkan tidak mempedulikannya.

Seketika dirinya tersadar ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan untuknya--dia mendongkak untuk melihat siapa yang mau memberikannya sapu tangan.

"Suguru?" Kejut Utahime, dia menerima sapu tangan dari Suguru.

"Jangan menangis, kamu jelek kalau menangis. Hime" kata Suguru.

Utahime membola mendengar ucapan familiar dari telinganya, dia bergegas menoleh pada Suguru.

"Familiar bukan? Itu ledekan Satoru padamu... ingat waktu kamu semester terakhir dan kalau tidak salah, Utahime di bentak habis-habisan kepala dosen Gakuganji. Disanalah Satoru mengatakan itu, aku tahu kamu sedih... aku mengerti perasaan sakitmu, tapi tetaplah berdiri dan bergerak seperti wanita pintar dan cantik, Uta"

Utahime terdiam, masih menggengam sapu tangan Suguru.

"Iya tapikan..."

"Tentang Shoko bukan?"

"Dari awal, Shoko dan Satoru memang pacaran waktu kuliah"

"Ma-maaf?"

"Mereka pacaran waktu kuliah"

Utahime terdiam lagi seakan memori semasa kuliahnya ia paksa merapikan kembali benang kusut kaset memorinya. Memori dimana dia selalu curhat pada Shoko tentang dirinya menyukai Satoru, tentang dimana Utahime naksir berat Satoru, tentang dimana Utahime ingin Satoru melihatnya.

Utahime bodoh, dan karena kebodohannya dia semakin tahu semua rahasia kecil suaminya yang sudah di tata rapi oleh Satoru--mulai terbongkar.

"Begitu... terima kasih Suguru. Sudah memberitahuku"

















-Bersambung-

05-01-2022

Look at me (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang