Dua

4.3K 549 14
                                    

Lampu Mercusuar

Jam makan siang diawali dengan berita seorang siswa hilang. Jibeom namanya. Teman sekelasnya kebingungan lalu melapor pada guru. Teman sekamarnya juga tidak melihatnya lagi, terakhir dia bilang dia ke kamar mandi.

Haruto sangat yakin Jibeom yang hilang itu sama dengan siswa yang hilang di lorong menuju kamar mandi tadi pagi. Dia tidak sengaja membaca masa depannya. Dan benar, gambarannya dia diculik. Tangan diikat, mata ditutup kain hitam, muljt di lakban. Haruto juga sudah mengusulkan pada Jeongwoo agar mereka berdua bisa memberikan kesaksian. Tapi Jeongwoo malah menolak mentah-mentah usulnya. Aneh.

"Tapi sekolah lebih aneh. Mereka kayak ga peduli gitu. Itu lo kan liat sendiri gimana guru-guru tetep ngajar dan bersikap kayak biasa."

Haruto dan Jeongwoo lagi makan di ujung pelosok kantin. Meja paling ujung paling pojok tempat mereka biasa makan.

"Gue mau selidikin sendiri," jawabnya.

"Gue boleh ikut?"

"Boleh."

"Tapi jangan pernah pegang-pegang gue. Gue ga suka kalo lo asal baca masa depan gue." Jeongwoo menatap sinis tangan Haruto yang tanpa sengaja memegang tangan Jeongwoo.

Haruto langsung melepaskan tangannya. "Maaf."

"Nanti lo tolongin gue baca masa depannya Pak Yanto."

"Siaappp!"

Setelah itu Jeongwoo main pergi meninggalkan Haruto. Biasalah, ga kaget.Dan untuk pertama kalinya, Jeongwoo jadi banyak omong. Yah walaupun kalo ngobrol hanya seputar kasus ini saja, Haruto tetap senang Jeongwoo lebih banyak bicara.

Sama seperti bulan-bulan sebelumnya, sekolah sama sekali tidak peduli dengan kasus anak hilang ini. Beberapa murid memang melapor pada guru, mereka memang menanggapinya dengan baik tapi tak sama sekali bergerak mencari siswa-siswa yang hilang ini.

Sebenarnya desas-desus siswa ingin protes juga mulai terdengar dari kamar ke kamar. Haruto setuju saja mau protes tapi dia dan Jeongwoo sudah punya rencana lain. Oleh karena itu malam saat teman-temannya ramai-ramai berdemo di depan ruang guru, Jeongwoo dan Haruto pergi menyelinap daerah TKP menghilangnya korban itu.

"Pak Yanto cuti?" tanya Jeongwoo lagi.

Haruto hanya mengangguk. Sudah terhitung tiga kali Jeongwoo menanyakan pertanyaan yang sama.

"Aneh." Tanggapannya sama lagi.

"Dinding sebelah kanan itu dinding kamar mandi. Sebelah kiri ga ada apa-apa, tanah kosong aja. Sekarang kita di lantai dua." Haruto mengobservasi. "Ke atas? Di atas ga ada apa-apa..." Haruto mendongak menatap langit-langit.

Jeongwoo daritadi mengamati dalam diam. Tangannya bertumpu di dagu, matanya melirik ke arah sekeliling, otaknya sibuk berpikir.

"Ayo balik," katanya tiba-tiba.

"Balik? Kenapa? Kan kita belum tahu apa-apa?"

"Gue udah."

"Terus lo ga ada niatan kasih tau gue gitu?"

"Nanti di kamar."

Oke setuju. Jeongwoo menarik tangan Haruto pergi dari lorong itu. Langkahnya buru-buru seperti dikejar sesuatu. Jadi Haruto terpaksa setengah mati mengikuti tempo langkah kaki Jeongwoo.

Ups. Katanya tadi ga mau di pegang-pegang. Sekarang malah dia sendiri insiatif pegang-pegang.

Tenang aja ya, Haruto udah kontrol diri buat ga baca masa depannya Jeongwoo kok. Walaupun sebenarnya Haruto penasaran banget. Tapi dia tetap menjunjung tinggi privasi Jeongwoo.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang