Jingga mendongak ke atas tempat jam dinding tertempel. Sudah pukul 8, itu artinya sudah 1 jam setengah Raka keluar mencari nasi Padang tapi belum kembali. Dia itu nyari ke ujung dunia apa pingsan sih lama banget. Untungnya, rianti tadi membelikannya nasi goreng untuk mengganjal perutnya yang kelaparan. Tunggu-tunggu! Nasi goreng pengganjal perut? Apa ada yang perlu diluruskan dengan kata-katanya hah?!!
Suara deru motor berhenti, jingga mengintip dibalik gorden. Raka!! Lelaki dengan status Gantung nya datang dengan membawa sekantung kresek.
"Lama banget sih. Nyari nya ke Surabaya apa?" Celetuk Jingga menyambut kedatangan Raka yang sudah seperti suami mencarikan istrinya sedang nyidam. Namun mata Raka membulat seketika saat di depan jingga sudah ada piring yang kosong.
"Kamu habis makan?" Jingga mengangguk tanpa rasa bersalah.
"Dibeliin mbak rianti tadi. Kamunya kelamaan"
"Hh... Kamu kan bisa kabari saya kalau sudah makan. Jadi saya nggak perlu ribet-ribet nyariin kamu sampai kota, sampai mau ke alun-alun tau" gerutunya. Rasakan, ini balasanmu Raka!!
"Kan bisa aku bawa pulang ke posko. Nanti malem aku makan, mana" jingga meraih kresek yang masih di tangan Raka. Laki-laki itu hanya menatap gadis di depannya yang menurutnya menyebalkan tapi tetap menggemaskan itu. Raka menjauhkan kresek dari jangkauan jingga. Hingga mulut gadis itu membentuk kerucut.
"Kamu tau, aku sampek nggak makan cuma nyariin ini buat kamu. Sekarang temenin aku makan dulu. Kalau tidak, proposal mu tadi pagi aku tolak" jingga melotot, huwaah senangnya... Mendengar kata proposal, ia jadi bersemangat.
"Setelah ini aku boleh pulang? Sudah hampir pukul 9"
"Hmm..." Jawab Raka disela-sela kesibukannya makan.
"Biar mbak Rianti aja yang anter aku" tanyanya takut-takut. Laki-laki itu menghentikan aktivitas nya.
"Biar aku aja, aku nggak tau yang terjadi di posko apa setelah drama kamu tadi" jingga memonyongkan bibirnya.
"M-kalau begitu, biar aku diantar mbak rianti, nanti kamu ikut di belakang" Raka tak menghiraukan kata-katanya. Bagi Raka, apa yang sudah dikatakan adalah sebuah perintah dan tak bisa dibantah
------------------******************----------------
Kini keduanya sudah sampai di depan posko, Jingga buru-buru turun dari motor dan ingin cepat-cepat masuk kedalam namun langkahnya terhenti karna tangannya tertahan oleh Raka.
"Saya minta kamu kabarin saya, jangan abaikan pesan ataupun panggilan telepon saya, bisa?" Jingga menarik tangannya, takut ada yang melihat. Gadis itu tak menolak ataupun menyetujui permintaan Raka.
"Ohya, untuk proposal absurd mu tadi pagi..." Hah, proposal absurd? Dia kali, manusia paling absurd sedunia.
"Kalau nggak mau nggakpapa" sahutnya cepat-cepat. Dia tak mau ada ada kalimat menggantung dari Raka, ujung-ujungnya pasti nggak enak.
"Aku usahakan Senin menjadi pembicara kalian. Tapi kamu yang harus membuat materinya. Aku sibuk sekali. Besok pagi, aku jemput..." Jingga mendelik, tuh kan pasti ujungnya nggak enak. Raka memang selalu punya syarat untuk melancarkan aksinya.
"Oke aku anggap kamu tidak menolaknya" Raka memutuskan jawaban jingga seenaknya lalu melangkah masuk ke dalam. Jingga menghentak-hentakkan kakinya ke tanah karna sebal, tapi ternyata rasanya sangat sakit. Ia melupakan luka nya.
"Ngga... kamu nggak apa-apa?" Tanya Dinda lebih dulu saat jingga menyusul di belakang Raka.
"Nggak apa-apa, Sakti mana?"
"Di dalem, untungnya dia juga cuma memar di kaki"
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romance#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...